Tanjungpinang (ANTARA) - Bisnis sampah semakin menarik perhatian dan minat warga karena dapat menghasilkan uang dengan cara yang relatif mudah, kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau Riono.
"Jumlah bank sampah semakin banyak. Bulan ini saja, bank sampah bertambah dari 48 lokasi menjadi 56 lokasi," ujar dia di Tanjungpinang, Jumat.
Riono menjelaskan konsep bank sampah seperti perbankan, namun yang ditabung bukan uang melainkan sampah kering yang memiliki nilai jual, seperti sampah plastik, kabel, kaleng, tembaga, dan botol. Warga atau nasabah juga mendapatkan buku tabungan dari bank sampah.
Baca juga:
Menpan RB resmikan MPP Tanjungpinang
Pemkot Tanjungpinang cegah praktik pernikahan anak
Nasabah dapat mengambil uangnya sewaktu-waktu. Nasabah juga dapat meminjam uang kepada bank sampah dan mengembalikan uang tersebut dengan sampah yang memiliki nilai.
"Buku itu berisi catatan sampah yang ditabung warga, yang dikonversi dengan nilai Rupiah. Harga sampah seperti plastik, kaleng, tembaga, besi dan botol itu selalu berubah. Pihak bank sampah biasanya sampaikan kepada nasabah," katanya menjelaskan.
Baca juga:
Polres Karimun cari pengemudi kapal bawa 32 kg sabu setelah terjun ke laut
Kapolda Kepri instruksikan pelayanan aduan SIM harus optimal
Pasokan vaksin meningitis di Batam cukup hingga akhir 2022
OJK perluas akses pembiayaan bagi UMKM di Lingga
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: DLH Tanjungpinang: Bisnis sampah semakin menarik minat warga
"Jumlah bank sampah semakin banyak. Bulan ini saja, bank sampah bertambah dari 48 lokasi menjadi 56 lokasi," ujar dia di Tanjungpinang, Jumat.
Riono menjelaskan konsep bank sampah seperti perbankan, namun yang ditabung bukan uang melainkan sampah kering yang memiliki nilai jual, seperti sampah plastik, kabel, kaleng, tembaga, dan botol. Warga atau nasabah juga mendapatkan buku tabungan dari bank sampah.
Baca juga:
Menpan RB resmikan MPP Tanjungpinang
Pemkot Tanjungpinang cegah praktik pernikahan anak
Nasabah dapat mengambil uangnya sewaktu-waktu. Nasabah juga dapat meminjam uang kepada bank sampah dan mengembalikan uang tersebut dengan sampah yang memiliki nilai.
"Buku itu berisi catatan sampah yang ditabung warga, yang dikonversi dengan nilai Rupiah. Harga sampah seperti plastik, kaleng, tembaga, besi dan botol itu selalu berubah. Pihak bank sampah biasanya sampaikan kepada nasabah," katanya menjelaskan.
Riono mengemukakan bisnis pengelolaan sampah sesuai moto DLH Tanjungpinang yakni "from nothing to something", dari sesuatu yang tidak berharga menjadi sesuatu yang memiliki nilai.
Bisnis pengumpulan sampah ini potensial berkembang karena dalam sehari Tanjungpinang produksi sampah sekitar 95 ton, yang sebagian besar merupakan sampah kering.
DLH Tanjungpinang mendorong seluruh RW di ibu kota Kepri itu mendirikan bank sampah. Bisnis pengumpulan sampah kering dinilai relatif mudah digeluti masyarakat.
Bisnis itu pula secara langsung memberi tambahan pendapatan kepada warga, terutama kepada ibu rumah tangga. Mereka hanya cukup mengumpulkan sampah kering, kemudian menjualnya ke bank sampah.
Baca juga:
Pemkot Tanjungpinang imbau pedagang berjualan di pasar sementara
Pemkot Tanjungpinang setujui kenaikan tarif pompong ke Pulau Penyengat
"Biasanya sampah dianggap tidak bernilai, kemudian dibuang, sekarang sampah dikumpulkan kemudian dijual. Jika ditekuni, tentu hasilnya juga lumayan, paling tidak dapat membayar tagihan listrik dan air di rumah," ucapnya.
Riono menuturkan sampah yang dikumpulkan di bank sampah, dijual kepada bank sampah induk setelah dibersihkan. Di Tanjungpinang, kata dia terdapat dua bank sampah induk.
"Bank sampah induk rutin mengambil sampah-sampah yang dikumpulkan bank sampah setiap pekan," katanya.
Ia berharap bisnis pengumpulan sampah tersebut dapat mengurangi produktivitas sampah di Tanjungpinang yang selama ini dibuang ke tempat pembuangan akhir di kawasan Ganet.
"Kami juga mengupayakan agar bisnis sampah tidak hanya sekadar pengumpulan sampah, melainkan pengelolaan sampah plastik menjadi BBM dan vaping blok," ucapnya.
Bisnis pengumpulan sampah ini potensial berkembang karena dalam sehari Tanjungpinang produksi sampah sekitar 95 ton, yang sebagian besar merupakan sampah kering.
DLH Tanjungpinang mendorong seluruh RW di ibu kota Kepri itu mendirikan bank sampah. Bisnis pengumpulan sampah kering dinilai relatif mudah digeluti masyarakat.
Bisnis itu pula secara langsung memberi tambahan pendapatan kepada warga, terutama kepada ibu rumah tangga. Mereka hanya cukup mengumpulkan sampah kering, kemudian menjualnya ke bank sampah.
Baca juga:
Pemkot Tanjungpinang imbau pedagang berjualan di pasar sementara
Pemkot Tanjungpinang setujui kenaikan tarif pompong ke Pulau Penyengat
"Biasanya sampah dianggap tidak bernilai, kemudian dibuang, sekarang sampah dikumpulkan kemudian dijual. Jika ditekuni, tentu hasilnya juga lumayan, paling tidak dapat membayar tagihan listrik dan air di rumah," ucapnya.
Riono menuturkan sampah yang dikumpulkan di bank sampah, dijual kepada bank sampah induk setelah dibersihkan. Di Tanjungpinang, kata dia terdapat dua bank sampah induk.
"Bank sampah induk rutin mengambil sampah-sampah yang dikumpulkan bank sampah setiap pekan," katanya.
Ia berharap bisnis pengumpulan sampah tersebut dapat mengurangi produktivitas sampah di Tanjungpinang yang selama ini dibuang ke tempat pembuangan akhir di kawasan Ganet.
"Kami juga mengupayakan agar bisnis sampah tidak hanya sekadar pengumpulan sampah, melainkan pengelolaan sampah plastik menjadi BBM dan vaping blok," ucapnya.
Baca juga:
Polres Karimun cari pengemudi kapal bawa 32 kg sabu setelah terjun ke laut
Kapolda Kepri instruksikan pelayanan aduan SIM harus optimal
Pasokan vaksin meningitis di Batam cukup hingga akhir 2022
OJK perluas akses pembiayaan bagi UMKM di Lingga
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: DLH Tanjungpinang: Bisnis sampah semakin menarik minat warga