Ternate (ANTARA) - Perangkat Kesultanan Ternate, Maluku Utara menyatakan malam ela-ela pada 27 Ramadhan merupakan tradisi turun temurun yang telah dilestarikan sejak ratusan tahun guna menjaga dan merawat toleransi antar-umat beragama di daerah setempat.

"Memang, tradisi malam 27 Ramadhan di Kesultanan Ternate membawa pesan silaturahmi dan toleransi antar-umat beragama karena dalam tradisi ini juga diikuti saudara umat Kristiani dari masyarakat Tabanga sebagai salah satu tradisi turun-temurun sejak ratusan tahun lalu," kata Fanyira Kedaton Kesultanan Ternate, Rizal Efendi di Ternate, Ahad.

Saat itu, Sultan Ternate akan ke masjid Kesultanan Ternate bersama-sama barisan "Kabasarang Uci" dan mengikuti barisan bersama masyarakat Tabanga yang notabene beragama Kristen dan di belakang diikuti musik dan benda-benda purbakala dan pusaka dari Kesultanan Ternate juga dipamerkan dalam momentum ini.

Tradisi ela-ela tradisi "Kabasarang Uci" lazimnya digelar tepat pada malam 27 Ramadhan.

Pada tradisi ini  Sultan Ternate Hidayatullah Mudaffar Sjah dan rombongan turun dari kesultanan untuk melaksanakan ibadah di Masjid Sigi Lamo.

Sultan Ternate Hidayatullah Mudaffar Sjah atau sebutan Jou Kolano sebelum menjalankan ibadah shalat tarawih di masjid Kesultanan Ternate, membakar ela-ela  didampingi Wali kota Ternate Muhammad Tauhid Soleman dan Forkompimda disaksikan ratusan warga ingin menyaksikan tradisi tahunan di malam 27 Ramadhan tersebut.

Setelah membakar ela-ela, pasukan “doi-doi” bertugas menandu Sultan Ternate dari Kedaton Kesultanan Ternate untuk diarak ke Masjid Kesultanan Ternate.
 
Dalam arak-arakan Sultan Ternate juga akan diikuti Bobato Kesultanan Ternate dan personel Pambobvit Polda Malut mengikuti barusan dari Sultan Ternate ke masjid.

Sultan Ternate ditandu ke masjid, didatangi perangkat Imam dari Kesultanan Ternate kemudian bersama-sama Sultan Ternate menuju ke Masjid Kesultanan Ternate.


 

Pewarta : Abdul Fatah
Editor : Yuniati Jannatun Naim
Copyright © ANTARA 2024