Batam (Antara Kepri) - Pemkot Batam bersama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menanam 2017 bibit koleksi tanaman serta seribu pohon ketapang kencana untuk memperingati hari menanam pohon Indonesia dan persiapan lauching Kebun Raya Batam (KRB) pada Maret 2018.
"Kita harus bekerja keras untuk menyelamatkan keanekaragaman hayati Indonesia dan harus didayagunakan secara optimal untuk kesejahteraan masyarakat," kata Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati (IPH) Enny Sudarmonowati, di Batam, Selasa.
Enny mengatakan Indonesia menjadi salah satu negara yang kerap terjadi kebakaran hutan. Namun, hal itu justru menjadi masyarakat Indonesia sadar akan pentingnya pengelolaan keanekaragaman hayati secara berkelanjutan serta adanya dukungan dari pemerintah pusat dan daerah.
Selain itu lanjut Enny, hal lain yang dilakukan pemerintah pusat adalah melakukan konservasi in situ atau usaha pelestarian alam yang dilakukan di dalam habitat aslinya dan ex situ, pelestarian alam di luar habitatnya guna menyelamatkan keanekaragaman hayati.
"Srategi konservasi yang ideal adalah konservasi in situ, karena dilakukan pada jenis biota tertentu beserta ekosistemnya," kata dia.
Menurut dia, strategi in situ seringkali menemui kendala akibat keterbatasan sumber daya dan konsevasi ex situ dilakukan sebagai pendukung.
Ia mengatakan salah satu bentuk konservasi tumbuhan ex situ yang telah mendunia adalah kebun raya.
Sementara itu Wali Kota Muhammad Rudi mengatakan pihaknya mendukung penuh program yang diperlukan LIPI untuk pengembangan kebun raya batam. Salah satunya pembangunan mushola.
"WC umum juga akan kita bangun, kita support semua dan ini akan menjadi ruang terbuka hijau yang ketiga di Batam," katanya.
Rudi mengatakan saat ini masyarakat tidak dipungut biaya apabila ingin masuk ke dalam area kebun raya. Saat ini pihaknya fokus akan melakukan pembangunan seluruh bagian kebun raya.
Dalam kegiatan tersebut dihadiri para siswa dari tingkat SD, SMP dan SMA. Mereka turut melakukan penanaman pohon ketapang kencana di area kebun raya batam. (Antara)
Editor: Evy R. Syamsir
Komentar