Sempat turunkan sabu 1,5 ton di laut lepas

id satu ton sabu

Sempat turunkan sabu 1,5 ton di laut lepas

Wakil Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (Wakasal) Laksamana Madya TNI Achmad Taufiqoerrochman (kiri) saat berada di Mako Lanal Batam. (Istimewa)

Kita menduga ada mother shipnya tapi ini masih dugaan dan akan kita dalami lagi,
Batam (Antaranews Kepri) -  KM Sunrise Glory ternyata sempat menurunkan 1,5 ton sabu di laut lepas sebelum diamankan tim Western Fleet Quick Response (WFQR) TNI AL ke pelabuhan Batuampar Kota Batam Provinsi Kepulauan Riau.

"KM Sunrise Glory diduga membawa tiga ton lebih sabu-sabu. Hal tersebut berdasarkan informasi awal kita dari Australia berarti di sini masih ada sekitar 1,7 ton lagi," kata Wakil Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (Wakasal) Laksamana Madya TNI Achmad Taufiqoerrochman, di Batam, Sabtu.

Wakasal menambahkan apabila dilihat dari pengerakan kapal, pihaknya menduga kapal-kapal pembawa narkotika memiliki pelabuhan induk di tengah laut.

Aktivitas bongkar muat barang tersebut lanjut Wakasal dilakukan para tersangka saat berada di laut lepas.

"Kita menduga ada mother shipnya tapi ini masih dugaan dan akan kita dalami lagi," katanya.

Baca juga: KM Sunrise Glory diikuti sejak Desember 2017
Baca juga: KM Sunrise akan bawa satu ton sabu-sabu ke Australia

Pihaknya juga menduga pemasok satu ton sabu lebih itu merupakan jaringan dari kapal Wanderlust yang diamankan pada Juli 2017 lalu, karena modus operandi yang dilakukan tidak jauh berbeda yaitu memanfaatkan alur laut.

Menurutnya saat ditangkap kapal ikan tersebut menggunakan nama KM Sunrise Glory. Padahal dari rekam data yang didapatkan pihaknya transportasi laut itu memakai nama lain.

Namun kata Wakasal disetiap kapal memiliki alat keselamatan yaitu Emergency Position-Indicating Radio (Epir) yang sesaat setelah kapal tenggelam akan secara otomatis terlepas dari dudukannya dan mengambang di permukaan air.

Serta secara memancarkan sinyal yang ditangkap oleh satelit International Mobile Satellite Organization (INMARSAT) diteruskan ke stasiun pantai, sehingga bisa dengan segera diketahui posisi kapal yang memerlukan pertolongan.

"Begitu alat ini memancarkan sinyal akan muncul sandemen 66, nama kapal bisa dihapus tapi ini tidak bisa dihapus karena melekat di nama kapal itu sendiri," kata dia.

Baca juga: TNI AL amankan 1 ton sabu-sabu di Batam

Pihaknya juga akan mendalami dari mana para tersangka mendapatkan bendera Singapura dan Indonesia. Karena kata Wakasal saat berada di Selat Malaka kapal tersebut menggunakan bendera Singapura. Namun saat akan ditangkap nakhoda kapal mengantinya dengan bendera Indonesia.

Bahkan dokumen yang diperlihatkan para tersangka kepada tim WFQR berbahasa indonesia. (Antara)

Editor : Pradanna Putra

Komentar

Komentar menjadi tanggung jawab anda sesuai UU ITE