LKBN ANTARA Biro Kepri gelar diskusi virtual peringati Hardiknas

id Hardiknas

LKBN ANTARA Biro Kepri gelar diskusi virtual peringati Hardiknas

Diskusi Virtual Hardiknas Kantor Biro ANTARA Kepri. Foto ANTARA/Ogen

Tanjungpinang (ANTARA) - Kantor LKBN ANTARA Biro Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) menggelar diskusi virtual Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) tahun 2020 dengan mengangkat tema "belajar dari rumah di tengah pandemi COVID-19", Sabtu (2/5).

Diskusi virtual dipimpin langsung Kepala Biro Kantor LKBN ANTARA Provinsi Kepri Evy Ratnawati, dengan melibatkan sejumlah narasumber, Direktur Politeknik Caltex Riau Dadang Syarif, Guru Berdedikasi Tingkat Nasiona Yurnida, Ketua Stisipol Raja Haji Tanjungpinang Endri Senopaka, Anggota Komisi IV DPRD Provinsi Kepri Wahyu Wahyudin, Pelajar SMAN 1 Bunguran Timur Dimas Hafid Syabputra, Pelajar SMAN 1 Serasan Vivit okilasari. dan mahasiswa Umrah M. Chairuddin.

Mengawali diskusi virtual kali ini, Evy Ratnawati  menyebut jika Perum LKBN ANTARA bukan hanya bertugas menulis maupun memproduksi berita, tetapi juga berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat, salah satunya melalui diskusi virtual tersebut.

"Pada momen Hardiknas ini, kami ingin berdiskusi bagaimana proses pembelajaran dari rumah di tengah pandemi COVID-19. Khususnya di daerah tiga T, yakni Tertinggal, Terdepan, dan Terluar," ujar Evy.

Direktur Politeknik Caltex Riau Dadang Syarif, menyampaikan sejauh ini Indonesia belum siap melakukan proses pembelajaran dalam jaringan (daring) dari rumah.

Dia menyampaikan tiga alasan, pertama masih terdapat kesenjangan infrastruktur jaringan telekomunikasi di Indonesia, terutama daerah tiga T.

"We are social mencatat, dari total 270 juta penduduk Indonesia, masih ada 36 persen warga belum dapat akses internet," ujarnya.

Kedua, jaringan ada, tapi warga belum punya peralatan atau perangkat yang mendukung seperti smartphone atau laptop untuk mendukung pembelajaran daring.

Ketiga, kata dia, jaringan, smartphone maupun laptop, namun kuota tidak ada.

"Kendati demikian aktivitas belajar dan mengajar harus tetap berjalan, dengan memanfaatkan apa yang dimiliki dan diperbuat saat ini," ujar Dadang.

Ketua Stisipol Raja Haji Endri Senopaka, menyatakan di era COVID-19 sekaligus momentum Hardiknas, bahwa akses pendidikan tidak hanya dibatasi jarak dan waktu.

Menurutnya, metodologi pembelajaran daring dari rumah bisa menjadi model pembelajaran sekolah/perguruan tinggi ke depan.

"Suka atau tidak, kita harus siap menghadapi kondisi saat ini," sebut dia.

Berbicara daerah tiga T di Provinsi Kepri, seperti Natuna, Anambas, dan Lingga. Menurut Endri, sebenarnya pemerintah sudah menyediakan infratstruktur jaringan telekomunikasi meskipun belum terlalu serius

Pemerintah, lanjut dia, sudah menyiapkan program palapa ring di tiga kabupaten tersebut, hanya saja provider komunikasi dan internet belum bersedia memberikan akses  lebih, karena berkaitan dengan orientasi bisnis.

"Sebenarnya layanan sudah bisa disediakan di 3 T, cuma pemerintah nampaknya belum serius," ungkapnya.

Salah seorang guru di Provinsi Riau, Yurnida menyebut selama pandemi COVID-19, sekolah membuat strategi pembelajaran daring melalui website, tapi terkadang juga sulit diakses karena keterbatasan jaringan.

Beberapa faktor penyebab lainnya, yaitu tidak semua siswa memiliki laptop dan andorid untuk mendukun model pembelajaran tersebut.

"Sekolah ada jaringan, tapi siswa tidak ada. Karena tidak punya kuota akibat faktor ekonomi di situasi COVID-19," ujar dia.

Maka itu, lanjut dia, terkadang guru mengambil alih pembelajaran menggunakan aplikasi WhatsApp. Tugas diberikan kepada siswa via whatsap, lalu siswa mengerjakan di kertas, setelah itu difoto dan dikirim kembali ke guru.

Namun, tidak semua anak punya android, sehingga diambil solusi, bagi anak yang dekat dengan rumah guru diminta mengantar sendiri tugasnya, atau guru menjemput langsung tugas ke rumah anak-anak yang tidak punya fasilitas buat mendukung sistem pembelajaran daring.

"Saya cukup lama bertugas di daerah tiga T. Memang jaringan telekomunikasi sangat minim. Apalagi model pembelajatan daring, sangat sulit," ujarnya 

Direktur Keuangan Perum LKBN ANTARA, Nina Kurnia Dewi mewakil suara orangtua, menyarankan semua pihak harus mengubah mindset bahwa perpindahan belajar dari kelas ke rumah, tidak hanya soal distribusi tugas tetapi juga berdiskusi.

"Siswa stres kalau diberikan tugas dan bacaan terus-menerus oleh guru, sementara tidak ada feed back yang baik antara guru dan siswa," kata Nina.

Selain itu, lanjut Nina, dalam pelaksanaan belajar daring, guru bisa melibatkan orangtua buat mencapai target pembelajaran selama pandemi COVID-19.

Kemudian, guru pun disarankan tidak cuma menggunakan aplikasi zoom dalam berkomunikasi, tetapi juga memanfaatkan sosmed, misalnya WhatsApp grup, atau bisa juga menggunakan rekaman suara.

"Saat ini semua tiarap. Untuk beli kuota internet sulit, karena masyarakat lebih berpikir beli sembako," ucap ibu dua anak ini.

Nina menambahkan, sistem belajar daring dari rumah bisa jadi momen untuk melompat menuju ke perubahan.

Setelah corona berkahir, menurut dia, proses pembelajaran seperti ini bisa diterapkan. Misalkan, seminggu sekali tetap bisa dilakukan melalui jarak jauh agar anak terbiasa dengan teknologi.

Komentar

Komentar menjadi tanggung jawab anda sesuai UU ITE