Tanjungpinang (ANTARA) - Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Provinsi Kepulauan Riau, Buralimar mengatakan mahalnya harga tiket pesawat beberapa bulan belakangan ini disebabkan oleh monopoli dua maskapai penerbangan yang ada, yaitu Lion Group dan Garuda Group.
"Itu menurut pandangan pelaku industri pariwisata di Kepri, karena mereka sangat merasakan efek harga tiket tinggi," ujar Buralimar, di Tanjungpinang, Jumat (22/3).
Oleh karena itu, kata Buralimar, kawan-kawan industri pariwisata melalui Dispar, menyarankan pemerintah pusat menambah perusahaan penerbangan domestik untuk Provinsi Kepri.
"Kalau ada tambahan maskapai lain, kemungkinan itu sebagai kompetitor. Sehingga menurunkan harga tiket dan tidak ada lagi monopoli," ungkapnya.
Lanjut Buralimar, salah satu perusahaan penerbangan yang berkemungkinan bisa masuk ke Kepri seperti AirAsia.
"Biar ada persaingan, itu tadi kita menghindari monopoli," katanya.
Mantan Kepala BPMD Kepri itu turut menjelaskan, terkait kenaikan tiket maupun bagasi berbayar akibat mahalnya harga avtur. Pemerintah pusat sudah mengadakan pertemuan, dihadiri Presiden RI Joko Widodo di Jakarta beberapa waktu lalu.
"Hasilnya kenaikan itu bukan karena mahalnya avtur, tetapi keputusan maskapai pesawat terbang masing-masing. Ini yang masih dibahas sampai sekarang," tuturnya.
Dikatakan Buralimar, kenaikan harga tiket dan adanya aturan bagasi berbayar sangat berdampak kepada pariwisata Kepri. Terutama kepada kunjungan wisatan nusantara ke Kepri.
"Untuk saat ini agen travel mencatat sudah ada pembatalan keberangkatan ke Kepri sebesar 60 persen akibat hal tersebut," ujar dia.
Apalagi, tahun 2019 Kepri ditargetkan Kementerian Pariwisata (Kemenpar) harus mendatangkan wisatawan mancanegara (wisman) sebanyak empat juta kunjungan ditengah polemik harga tiket.
"Tetapi kita harus tetap optimis target itu tercapai," kata dia.
"Itu menurut pandangan pelaku industri pariwisata di Kepri, karena mereka sangat merasakan efek harga tiket tinggi," ujar Buralimar, di Tanjungpinang, Jumat (22/3).
Oleh karena itu, kata Buralimar, kawan-kawan industri pariwisata melalui Dispar, menyarankan pemerintah pusat menambah perusahaan penerbangan domestik untuk Provinsi Kepri.
"Kalau ada tambahan maskapai lain, kemungkinan itu sebagai kompetitor. Sehingga menurunkan harga tiket dan tidak ada lagi monopoli," ungkapnya.
Lanjut Buralimar, salah satu perusahaan penerbangan yang berkemungkinan bisa masuk ke Kepri seperti AirAsia.
"Biar ada persaingan, itu tadi kita menghindari monopoli," katanya.
Mantan Kepala BPMD Kepri itu turut menjelaskan, terkait kenaikan tiket maupun bagasi berbayar akibat mahalnya harga avtur. Pemerintah pusat sudah mengadakan pertemuan, dihadiri Presiden RI Joko Widodo di Jakarta beberapa waktu lalu.
"Hasilnya kenaikan itu bukan karena mahalnya avtur, tetapi keputusan maskapai pesawat terbang masing-masing. Ini yang masih dibahas sampai sekarang," tuturnya.
Dikatakan Buralimar, kenaikan harga tiket dan adanya aturan bagasi berbayar sangat berdampak kepada pariwisata Kepri. Terutama kepada kunjungan wisatan nusantara ke Kepri.
"Untuk saat ini agen travel mencatat sudah ada pembatalan keberangkatan ke Kepri sebesar 60 persen akibat hal tersebut," ujar dia.
Apalagi, tahun 2019 Kepri ditargetkan Kementerian Pariwisata (Kemenpar) harus mendatangkan wisatawan mancanegara (wisman) sebanyak empat juta kunjungan ditengah polemik harga tiket.
"Tetapi kita harus tetap optimis target itu tercapai," kata dia.