Natuna (ANTARA) - Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Natuna kembali melakukan identifikasi jenis seni dan budaya daerah untuk persiapan Natuna menjadi Geopark Dunia.
"Dalam mendukung hal tersebut kita telah melaksanakan workshop seni tari, musik tradisional dan kegiatan pelatihan, aktualisasi adat budaya daerah mulai tanggal 25 sampai 28 Juni, serta malam pergelaran seni budaya oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Bidang Kebudayaan Kabupaten Natuna," ungkap Hadisun, Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pariwisata Kabupaten Natuna dalam sambutannya di Gedung BPMKS (Balai Pertemuan Masyarakat Kecamatan Serasan) Kampung Pelimpak, Kelurahan Serasan, Kecamatan Serasan, Kabupaten Natuna, Jumat (28/6) malam.
Ia juga mengatakan, tujuan kegiatan tersebut lebih pada menggali potensi budaya yang terdapat di daerah-daerah setiap kecamatan se-Kabupaten Natuna.
Menurutnya, Natuna dengan jumlah 15 Kecamatan dan ratusan pulau tentunya memiliki potensi karya seni dan budaya berbeda.
"Kegiatan ini melibatkan 50 peserta dari berbagai sanggar seni, setelah tiga hari berjalan kita telah dapat menunjukkan seni dan budaya Serasan, di antaranya, hadrah, zapin, tari, dan emping," kata Hadisun.
Meski masih dalam satu daerah kabupaten, namun menurutnya ada perbedaan dari setiap karya seni Serasan dengan pulau yang lain.
"Karya seni emping misalnya, selain di pulau Bungaran besar disebut Alu, Serasan Emping, ternyata disini berkembang dan masih ada sampai hari ini, dan tanaman padi juga masih ada di desa payak hingga saat ini," ucapnya.
Karya seni Emping merupakan budaya lokal saat mengolah padi sebagai bahan makanan.
" Alu atau Emping Natuna berbeda dengan daerah lain, di Natuna lesungnya 1 buah, sementara palunya lumayan banyak, di tempat lain palunya satu atau dua dan memiliki lesung panjang, sementara disini bulat," jelasnya.
Dijelaskannya juga, hasil pelatihan tersebut Dinas Pariwisata mencoba menggali dan memberi sedikit sentuhan atau polesan suatu karya seni daerah agar lebih menarik, salah satunya detail gerak dan mimik wajah.
"Kedepan kami berharap apa yang telah dibuat hari ini tidak berakhir sampai disini saja, berharap timbul semangat baru bagi penggiat budaya agar dapat dilestarikan secara berkelanjutan," harapnya.
Ia juga mengingatkan saat ini masing-masing desa memiliki Dana Desa, dari dana tersebut tentunya bisa mendukung upaya pelestarian budaya tempatan tanpa harus bergantung pada dinas terkait.
"Dengan cara membuat kompetisi di desa masing-masing, atau dibuat kompetisi tingkat kecamatan minimal setahun sekali," kata Hadisun.
Tidak hanya itu, Ia juga berharap pihak sekolah bisa berperan untuk melestarikan budaya daerahnya masing-masing.
Hadisun berpendapat, jika ada kesadaran semua pihak untuk ikut melestarikan budaya sebenarnya tidak sulit, cukup dengan tidak mengubah tradisi keseharian yang mana memang sudah dijalankan sebagai aktifitas keseharian masyarakat itu sendiri.
"Itulah bentuk dari upaya melestarikan karya seni budaya, bukan pada Dinas saja, kami Dinas, hanya bersifat pembuat program, ujung tombak itu ada pada masyarakat itu sendiri," tegasnya.
Ia juga mengapresiasi bagi para pegiat Hadrah, Zapin, Emping, musik dan tari karena telah memberikan sumbangsih besar selama ini.
Dari hasil workshop tersebut dihasilkan beberapa karya kolaborasi perpaduan bebagai jenis seni budaya dan Musik di antaranya Compang zikir.
Menanggapi hal tersebut, Pemerintah Kecamatan Serasan berkomitmen akan terus berupaya dalam melestarikan budaya setempat.
"Kami berkomitmen akan terus melestarikan budaya kita ini," kata Wenriady, Sekretaris Camat Serasan dalam sambutannya.
Ia juga berterima kasih atas partisipasi sanggar seni Sinar Mutiara, Terang Mutiara, dan kelompok seni Melayu Raya, selama ini telah berkontribusi dalam melestarikan kebudayaan di Serasan.
"Kegiatan ini menyadarkan kita bahwa seni budaya serasan perlu kita pertahankan, untuk itu kita akan lakukan kegiatan berkelanjutan dalam melestarikan budaya ini," janjinya.
Ia juga mengatakan tentunya butuh bantuan serta bimbingan semua pihak, terutama Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Natuna.
"Jika ada iven tingkat kabupaten, dan kami menjadi tuan rumah, kami siap," ujarnya.
Ia juga berharap, dari 3 sanggar yang telah dilatih, agar terus menjaga kesenian daerah secara berkelanjutan, dan tidak menutup kemungkinan kegiatan workshop kali ini membuat sanggar seni lainnya termotivasi.
"Dalam mendukung hal tersebut kita telah melaksanakan workshop seni tari, musik tradisional dan kegiatan pelatihan, aktualisasi adat budaya daerah mulai tanggal 25 sampai 28 Juni, serta malam pergelaran seni budaya oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Bidang Kebudayaan Kabupaten Natuna," ungkap Hadisun, Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pariwisata Kabupaten Natuna dalam sambutannya di Gedung BPMKS (Balai Pertemuan Masyarakat Kecamatan Serasan) Kampung Pelimpak, Kelurahan Serasan, Kecamatan Serasan, Kabupaten Natuna, Jumat (28/6) malam.
Ia juga mengatakan, tujuan kegiatan tersebut lebih pada menggali potensi budaya yang terdapat di daerah-daerah setiap kecamatan se-Kabupaten Natuna.
Menurutnya, Natuna dengan jumlah 15 Kecamatan dan ratusan pulau tentunya memiliki potensi karya seni dan budaya berbeda.
"Kegiatan ini melibatkan 50 peserta dari berbagai sanggar seni, setelah tiga hari berjalan kita telah dapat menunjukkan seni dan budaya Serasan, di antaranya, hadrah, zapin, tari, dan emping," kata Hadisun.
Meski masih dalam satu daerah kabupaten, namun menurutnya ada perbedaan dari setiap karya seni Serasan dengan pulau yang lain.
"Karya seni emping misalnya, selain di pulau Bungaran besar disebut Alu, Serasan Emping, ternyata disini berkembang dan masih ada sampai hari ini, dan tanaman padi juga masih ada di desa payak hingga saat ini," ucapnya.
Karya seni Emping merupakan budaya lokal saat mengolah padi sebagai bahan makanan.
" Alu atau Emping Natuna berbeda dengan daerah lain, di Natuna lesungnya 1 buah, sementara palunya lumayan banyak, di tempat lain palunya satu atau dua dan memiliki lesung panjang, sementara disini bulat," jelasnya.
Dijelaskannya juga, hasil pelatihan tersebut Dinas Pariwisata mencoba menggali dan memberi sedikit sentuhan atau polesan suatu karya seni daerah agar lebih menarik, salah satunya detail gerak dan mimik wajah.
"Kedepan kami berharap apa yang telah dibuat hari ini tidak berakhir sampai disini saja, berharap timbul semangat baru bagi penggiat budaya agar dapat dilestarikan secara berkelanjutan," harapnya.
Ia juga mengingatkan saat ini masing-masing desa memiliki Dana Desa, dari dana tersebut tentunya bisa mendukung upaya pelestarian budaya tempatan tanpa harus bergantung pada dinas terkait.
"Dengan cara membuat kompetisi di desa masing-masing, atau dibuat kompetisi tingkat kecamatan minimal setahun sekali," kata Hadisun.
Tidak hanya itu, Ia juga berharap pihak sekolah bisa berperan untuk melestarikan budaya daerahnya masing-masing.
Hadisun berpendapat, jika ada kesadaran semua pihak untuk ikut melestarikan budaya sebenarnya tidak sulit, cukup dengan tidak mengubah tradisi keseharian yang mana memang sudah dijalankan sebagai aktifitas keseharian masyarakat itu sendiri.
"Itulah bentuk dari upaya melestarikan karya seni budaya, bukan pada Dinas saja, kami Dinas, hanya bersifat pembuat program, ujung tombak itu ada pada masyarakat itu sendiri," tegasnya.
Ia juga mengapresiasi bagi para pegiat Hadrah, Zapin, Emping, musik dan tari karena telah memberikan sumbangsih besar selama ini.
Dari hasil workshop tersebut dihasilkan beberapa karya kolaborasi perpaduan bebagai jenis seni budaya dan Musik di antaranya Compang zikir.
Menanggapi hal tersebut, Pemerintah Kecamatan Serasan berkomitmen akan terus berupaya dalam melestarikan budaya setempat.
"Kami berkomitmen akan terus melestarikan budaya kita ini," kata Wenriady, Sekretaris Camat Serasan dalam sambutannya.
Ia juga berterima kasih atas partisipasi sanggar seni Sinar Mutiara, Terang Mutiara, dan kelompok seni Melayu Raya, selama ini telah berkontribusi dalam melestarikan kebudayaan di Serasan.
"Kegiatan ini menyadarkan kita bahwa seni budaya serasan perlu kita pertahankan, untuk itu kita akan lakukan kegiatan berkelanjutan dalam melestarikan budaya ini," janjinya.
Ia juga mengatakan tentunya butuh bantuan serta bimbingan semua pihak, terutama Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Natuna.
"Jika ada iven tingkat kabupaten, dan kami menjadi tuan rumah, kami siap," ujarnya.
Ia juga berharap, dari 3 sanggar yang telah dilatih, agar terus menjaga kesenian daerah secara berkelanjutan, dan tidak menutup kemungkinan kegiatan workshop kali ini membuat sanggar seni lainnya termotivasi.