Udang kering Sungai Buluh tampung 20 karyawan

id udang kering lingga

Udang kering Sungai Buluh tampung 20 karyawan

Pelaku UKM udang kering Sungai Buluh Lingga. Salah satu karyawan sedang merapikan udang yang sedang dikeringkan. (antarakepri.com/Nurjali)

Saya sudah belasan tahun mengelola usaha udang kering ini, kendala produksi kita akan sedikit berkurang jika cuaca buruk

Lingga (Antara Kepri) - Pelaku usaha kecil menengah (UKM) udang kering asal Desa Sungai buluh Kecamatan Singkep Barat Kabupaten Lingga Provinsi Kepri, mampu menampung 20 orang karyawan, dengan jumlah produksi udang kering rata-rata dua puluh kilo perhari.

"Saya sudah belasan tahun mengelola usaha udang kering ini, kendala produksi kita akan sedikit berkurang jika cuaca buruk," kata Atiam kepada Antara saat ditemui di tempat usahanya, Rabu.

Udang tersebut dibeli dari nelayan dengan harga yang lima ribu rupiah perkilogramnya, namun tidak semua udang yang dibeli dapat dikeringkan kaerna hanya jenis udang krosok yang bisa di produksi menjadi udang kering. Udang yang tidak dapat diproduksi biasanya dijual kembali di pasar, ada juga yang diolah untuk pakan ternak.

Proses pengeringan udang dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu dengan cara di kukus atau dipanaskan setelah itu udang dijemur selama dua hari ditengah matahari sampai menjadi kering kemudian dihempaskan ke tempat yang disediakan. Setelah itu udang tersebut dikupas kulitnya, barulah dapat diproduksi untuk dipasarkan di Kota Dabo, bahkan ada juga yang dibawa keluar Dabo.

"Tergantung stok di Dabo, kalau lebih kita jual keluar tapi kebanyakan kita tidak mampu memenuhi permintaan pasar di Dabo," kata dia.

Udang kering dijual dengan harga Rp160.000,- perkilogramnya kepada pengecer, udang kering asal Desa Jagoh Kecamatan Singkep barat ini adalah kualitas terbaik di Kepualuan Riau. Menurutnya ada juga jenis udang kering ebi yang diproduksi didaerah lain, namun udang ebi dijual lebih murah daripada udang krosok hal ini karena keduanya memiliki kualitas dan rasa yang berbeda.

"Udang krosok kita ini, bisa dimakan langsung tanpa dimasak atau dijadikan penyedap, kalau udang ebi biasanya harus dimasak atau dijadikan penyedap rasa, karena udang ebi itu sangat halus," ujarnya.

Seluruh produksi pembuatan udang kering ini menggunakan cara tradisional atau manual dengan memanfaatkan tenaga manusia. Atiam mengaku senang bisa memberikan lapangan pekerjaan kepada masyarakat sekitar.

Untuk bahan baku udang Atiam tidak saja mendapatkannya dari masyarakat sekitar di Desa Sungai Buluh, kadang dirinya juga membeli dari masyarakat yang ada di pulau-pulau di seputaran wilayah Singkep Barat.

Selain menjual udang kering, kulit udang tersebut juga dapat diproduksi dan dijual ke luar Kabupaten Lingga, selain itu kulit udang juga dapat diolah sendiri untuk pakan ternak, bumbu penyedap rasa dan campuran pupuk tanaman. (Antara)

Editor: Evy R Syamsir

Komentar

Komentar menjadi tanggung jawab anda sesuai UU ITE