Batam (ANTARA) - Komisi Pemilihan Umum Kota Batam Kepulauan Riau keliling kampus-kampus di kota setempat untuk menyosialisasikan pelaksanaan pemilu 2019.
"Kami terus melakukan sosialisasi, termasuk kepada pemilih pemula, mahasiswa dan pelajar, demi meningkatkan partisipasi pemilih dalam pemilu," kata Komisioner Bidang Teknis KPU Kota Batam, Zaki Setiawan, Minggu.
Dalam sosialisai, Zaki mengingatkan Pemilu akan diselenggarakan pada 17 April 2019, termasuk warna dan jenis surat suara, serta para calon yang berkompetisi pada pemilu 2019.
Ia mengajak seluruh mahasiswa STT Ibnu Sina untuk menjadi pemilih cerdas pada pemilu 2019. Di antaranya dengan memastikan namanya sudah masuk dalam daftar pemilih, mengenali rekam jejak, visi misi, dan program kerja calon, menolak politik uang, dan tidak mendistribusikan informasi-informasi yang belum jelas kebenarannya atau hoax.
"Mari gunakan hak pilih kita pada pemilu 17 April 2019, sebab satu suara sangat menentukan arah dan nasib bangsa ini pada lima tahun mendatang," katanya.
Di kampus, sosialisasi dilakukan dengan berbagai cara, di antaranya di-"selipkan" dalam kegiatan Debat Calon Presiden Mahasiswa Badan Eksekutif Mahasiswa (Presma BEM)STT Ibnu Sina Batam periode 2019-2020.
Zaki Setiawan mengapresiasi mahasiswa STT Ibnu Sina yang mengaplikasikan sistem kontestasi politik di Indonesia dalam kehidupan kampus melalui Presma yang diawali dengan pendaftaran calon, penyampaian visi misi, dan debat antar calon.
"Pemilihan presma ini merupakan sarana pembelajaran berharga bagi mahasiswa untuk berdemokrasi," kata dia.
Dari organisasi-organisasi kemahasiswaan, mahasiswa dapat mengaktualisasikan bakat, kreativitas, dan jiwa kepemimpinannya sebagai bekal terjun ke masyarakat dan menyiapkan diri untuk regenerasi kepemimpinan bagi Batam ke depan, lanjut Zaki.
Ketua STT Ibnu Sina Batam, Larisang mengatakan, STT Ibnu Sina Batam mengatakn saat ini jumlah mahasiswanya mencapai 2.000 orang.
Dalam pemilihan Presma BEM STT Ibnu Sina, kampus tak lagi menggunakan metode coblos atau kertas suara, melainkan pemilihan berbasis elektronik.
"Sistem elektronik (e-voting) ini kalau diterapkan dalam pemilu di Indonesia sangat menghemat anggaran dan hasilnya juga bisa diketahui lebih cepat," kata dia.
Dengan begitu, pemerintah tidak perlu mengeluarkan anggaran untuk mencetak kertas suara yang menyedot biaya sangat besar. Masalah data pemilih juga bisa ditekan, dan bebas dari kecurangan atau kesalahan penghitungan hasil pemilu.***2***
Pewarta: Yunianti Jannatun Naim
Komentar