Tanjungpinang (ANTARA) - Kondisi keuangan PT Tanjungpinang Makmur Bersama (BUMD) belum normal, namun pendapatan dari bagi hasil pengelolaan tarif masuk Pelabuhan Sri Bintan Pura cenderung meningkat.
Direktur BUMD Tanjungpinang Fahmi, di Tanjungpinang, Kamis, mengatakan, pendapatan yang diperoleh PT Tanjungpinang Makmur Bersama turun drastis sejak pandemi COVID-19 Maret 2020. "Bahkan tidak bisa menutupi biaya operasional," ujarnya.
Menurut dia, kondisi BUMD Tanjungpinang akan sehat bila mendapat dukungan dari pemda, salah satunya menambah penyertaan modal. BUMD Tanjungpinang hanya mampu bertahan bila tidak bergerak mengelola sektor ekonomi lainnya yang potensial menguntungkan. "Sekarang yang dikelola haya pasar dan Pelabuhan Sri Bintan Pura," tuturnya.
Baca juga:
Kasus aktif COVID-19 di Kepri tinggal empat orang
Satu orang meninggal dalam kebakaran kapal di perairan Karimun
Salah satu pendapatan terbesar perusahaan yang dipimpinnya bersumber dari bagi hasil pengelolaan biaya pas masuk Pelabuhan Sri Bintan Pura.
Kerja sama antara PT Tanjungpinang dan PT Pelindo dalam pengelolaan pas pelabuhan itu berupa 28 persen dari pendapatan yang bersumber dari pas pelabuhan internasional, dan 20 persen dari pelabuhan domestik.
Tahun 2021, pendapatan yang diperoleh PT Tanjungpinang Makmur Bersama dalam pengelolaan pas pelabuhan itu, anjlok karena pelabuhan internasional ditutup, dan aktivitas di pelabuhan domestik dibatasi untuk mencegah penularan COVID-19.
Saat itu, pendapatan yang bersumber dari Pelabuhan Sri Bintan Pura sekitat Rp30 juta - 40 juta per bulan. Sementara mulai Januari-Maret 2022, pendapatan yang diperoleh PT Tanjungpinang Makmur Bersama mencapai sekitar Rp50 juta karena aktivitas masyarakat di pelabuhan domestik meningkat.
Baca juga:
JCH Natuna datang lebih awal ke asrama haji Batam
Pemprov Kepri sesalkan tiga calon guru P3K mundur
Pembukaan akses pelayaran dari Pelabuhan Sri Bintan Pura ke Singapura maupun sebaliknya sejak April-Mei 2022 belum membuahkan hasil yang maksimal, karena syarat perjalanan laut masih ketat sehingga jumlah penumpang tidak signifikan.
"April-Mei 2022 rata-rata diperoleh pendapatan sekitar Rp70 juta per bulan," ucapnya.
Fahmi mengemukakan jumlah penumpang di Pelabuhan Internasional Sri Bintan Pura pada Juni 2022 meningkat cukup tinggi. "Kami berharap pendapatan dari pengelolaan pas pelabuhan ini kembali normal seperti sebelum pandemi mencapai ratusan juta Rupiah per bulan," katanya.
Direktur BUMD Tanjungpinang Fahmi, di Tanjungpinang, Kamis, mengatakan, pendapatan yang diperoleh PT Tanjungpinang Makmur Bersama turun drastis sejak pandemi COVID-19 Maret 2020. "Bahkan tidak bisa menutupi biaya operasional," ujarnya.
Menurut dia, kondisi BUMD Tanjungpinang akan sehat bila mendapat dukungan dari pemda, salah satunya menambah penyertaan modal. BUMD Tanjungpinang hanya mampu bertahan bila tidak bergerak mengelola sektor ekonomi lainnya yang potensial menguntungkan. "Sekarang yang dikelola haya pasar dan Pelabuhan Sri Bintan Pura," tuturnya.
Baca juga:
Kasus aktif COVID-19 di Kepri tinggal empat orang
Satu orang meninggal dalam kebakaran kapal di perairan Karimun
Salah satu pendapatan terbesar perusahaan yang dipimpinnya bersumber dari bagi hasil pengelolaan biaya pas masuk Pelabuhan Sri Bintan Pura.
Kerja sama antara PT Tanjungpinang dan PT Pelindo dalam pengelolaan pas pelabuhan itu berupa 28 persen dari pendapatan yang bersumber dari pas pelabuhan internasional, dan 20 persen dari pelabuhan domestik.
Tahun 2021, pendapatan yang diperoleh PT Tanjungpinang Makmur Bersama dalam pengelolaan pas pelabuhan itu, anjlok karena pelabuhan internasional ditutup, dan aktivitas di pelabuhan domestik dibatasi untuk mencegah penularan COVID-19.
Saat itu, pendapatan yang bersumber dari Pelabuhan Sri Bintan Pura sekitat Rp30 juta - 40 juta per bulan. Sementara mulai Januari-Maret 2022, pendapatan yang diperoleh PT Tanjungpinang Makmur Bersama mencapai sekitar Rp50 juta karena aktivitas masyarakat di pelabuhan domestik meningkat.
Baca juga:
JCH Natuna datang lebih awal ke asrama haji Batam
Pemprov Kepri sesalkan tiga calon guru P3K mundur
Pembukaan akses pelayaran dari Pelabuhan Sri Bintan Pura ke Singapura maupun sebaliknya sejak April-Mei 2022 belum membuahkan hasil yang maksimal, karena syarat perjalanan laut masih ketat sehingga jumlah penumpang tidak signifikan.
"April-Mei 2022 rata-rata diperoleh pendapatan sekitar Rp70 juta per bulan," ucapnya.
Fahmi mengemukakan jumlah penumpang di Pelabuhan Internasional Sri Bintan Pura pada Juni 2022 meningkat cukup tinggi. "Kami berharap pendapatan dari pengelolaan pas pelabuhan ini kembali normal seperti sebelum pandemi mencapai ratusan juta Rupiah per bulan," katanya.