Tanjungpinang (ANTARA) - Analis Kebijakan Keagamaan dari Puslitbang Bimas Agama Balitbang Kementerian Agama (Kemenag) RI Deva Alvina Sebayang mengatakan indeks kerukunan umat beragama (KUB) di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) tahun 2023 masuk dalam kategori tinggi.
"Tercatat Kepri kembali meraih indeks KUB dengan nilai memuaskan pada tahun 2023, yaitu 83,58," kata Deva di Tanjungpinang, Sabtu.
Menurut Deva indeks KUB digunakan untuk mengukur tingkat kerukunan masyarakat dalam beragama di Indonesia, dengan tiga dimensi utama yang ditekankan, yaitu toleransi, kesetaraan, dan kerja sama.
Ia merinci bahwa dimensi kerja sama Kepri mendapat nilai tertinggi yakni 85,14, sementara dimensi kesetaraan mendapat nilai 83,87, dan indeks toleransi mencapai 81,47.
“Faktor-faktor yang menjadi kerukunan di Kepri ini, beberapa temuan kami diperoleh berdasarkan keterangan dari narasumber, seperti Kakanwil, Kabag TU, Ketua FKUB provinsi dan kota serta tokoh agama dan tokoh masyarakat,” kata Deva.
Dia menyimpulkan bahwa Kepri merupakan wilayah kepulauan yang berbatasan dengan negara lain. Sejak dulu, Kepri juga merupakan wilayah industri dan perdagangan laut, sehingga terbiasa dengan heterogenitas dan arus migrasi.
Meski banyak pendatang, katanya, masyarakat lokal di Kepri tidak merasa kecil di tanah sendiri. Mereka masih merasa tuan di tanah sendiri, karena ada rasa aman.
Perasaan aman dari masyarakat lokal dijaga baik oleh pemerintah daerah, baik dari fasilitas, gedung, dan anggaran pengembangan budaya Melayu. Salah satunya lewat Lembaga Adat Melayu (LAM).
Tokoh LAM menjadi penjaga kerukunan dan penyambung silaturahim kepada organisasi agama dan etnis lain yang ada di Kepri.
“Slogan takkan Melayu Hilang di Bumi membuat masyarakat lokal di Kepri merasa aman dan tidak merasa terpinggirkan,” kata Deva.
Selain itu, Deva mengungkapkan bahwa tokoh agama, tokoh FKUB, tokoh masyarakat, pemerintah dan budayawan serta pengusaha di Kepri saling memiliki hubungan yang baik. Berkumpul untuk ngopi atau minum kopi dan ngobrol sudah menjadi kebiasaan para stakeholder (pemangku kepentingan).
Kerukunan lahir dalam ruang pertemuan informal dan persahabatan, sehingga karakter positif dari masing masing tokoh ini menjadi faktor penting bagi kerukunan di Kepri.
“Semoga Kemenag terus berjuang menjaga kerukunan di Kepri ini seperti slogan rukun budaye kite,” katanya.
Sementara itu, Kepala Kanwil Kemenag Kepri Mahbub Daryanto mengatakan, indeks KUB yang tinggi adalah bukti bahwa Kepri telah berhasil menciptakan lingkungan yang inklusif dan harmonis, di mana setiap masyarakatnya merasa diterima dan aman, meskipun dari latar belakang agama dan budaya yang berbeda.
“Tidak sulit bagi kita menyatukan perbedaan yang ada, karena budaya lokal kita memang sudah seperti ini, ramah dan terbuka,” kata Mahbub.
Mahbub juga menilai bahwa Kepri telah menjadi contoh bagi daerah-daerah lain dalam upaya memperkuat kerukunan antarumat beragama. Hal ini tidak terlepas dari peran pemerintah, tokoh agama, dan tokoh masyarakat, serta umat beragama di Kepri.
“Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan dalam pencapaian ini, dan bersama-sama kita fokus pada pelestarian kerukunan, mengatasi potensi konflik, dan mempromosikan toleransi ini,” kata Mahbub.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kemenag: Indeks kerukunan umat beragama di Kepri tahun 2023 tinggi
"Tercatat Kepri kembali meraih indeks KUB dengan nilai memuaskan pada tahun 2023, yaitu 83,58," kata Deva di Tanjungpinang, Sabtu.
Menurut Deva indeks KUB digunakan untuk mengukur tingkat kerukunan masyarakat dalam beragama di Indonesia, dengan tiga dimensi utama yang ditekankan, yaitu toleransi, kesetaraan, dan kerja sama.
Ia merinci bahwa dimensi kerja sama Kepri mendapat nilai tertinggi yakni 85,14, sementara dimensi kesetaraan mendapat nilai 83,87, dan indeks toleransi mencapai 81,47.
“Faktor-faktor yang menjadi kerukunan di Kepri ini, beberapa temuan kami diperoleh berdasarkan keterangan dari narasumber, seperti Kakanwil, Kabag TU, Ketua FKUB provinsi dan kota serta tokoh agama dan tokoh masyarakat,” kata Deva.
Dia menyimpulkan bahwa Kepri merupakan wilayah kepulauan yang berbatasan dengan negara lain. Sejak dulu, Kepri juga merupakan wilayah industri dan perdagangan laut, sehingga terbiasa dengan heterogenitas dan arus migrasi.
Meski banyak pendatang, katanya, masyarakat lokal di Kepri tidak merasa kecil di tanah sendiri. Mereka masih merasa tuan di tanah sendiri, karena ada rasa aman.
Perasaan aman dari masyarakat lokal dijaga baik oleh pemerintah daerah, baik dari fasilitas, gedung, dan anggaran pengembangan budaya Melayu. Salah satunya lewat Lembaga Adat Melayu (LAM).
Tokoh LAM menjadi penjaga kerukunan dan penyambung silaturahim kepada organisasi agama dan etnis lain yang ada di Kepri.
“Slogan takkan Melayu Hilang di Bumi membuat masyarakat lokal di Kepri merasa aman dan tidak merasa terpinggirkan,” kata Deva.
Selain itu, Deva mengungkapkan bahwa tokoh agama, tokoh FKUB, tokoh masyarakat, pemerintah dan budayawan serta pengusaha di Kepri saling memiliki hubungan yang baik. Berkumpul untuk ngopi atau minum kopi dan ngobrol sudah menjadi kebiasaan para stakeholder (pemangku kepentingan).
Kerukunan lahir dalam ruang pertemuan informal dan persahabatan, sehingga karakter positif dari masing masing tokoh ini menjadi faktor penting bagi kerukunan di Kepri.
“Semoga Kemenag terus berjuang menjaga kerukunan di Kepri ini seperti slogan rukun budaye kite,” katanya.
Sementara itu, Kepala Kanwil Kemenag Kepri Mahbub Daryanto mengatakan, indeks KUB yang tinggi adalah bukti bahwa Kepri telah berhasil menciptakan lingkungan yang inklusif dan harmonis, di mana setiap masyarakatnya merasa diterima dan aman, meskipun dari latar belakang agama dan budaya yang berbeda.
“Tidak sulit bagi kita menyatukan perbedaan yang ada, karena budaya lokal kita memang sudah seperti ini, ramah dan terbuka,” kata Mahbub.
Mahbub juga menilai bahwa Kepri telah menjadi contoh bagi daerah-daerah lain dalam upaya memperkuat kerukunan antarumat beragama. Hal ini tidak terlepas dari peran pemerintah, tokoh agama, dan tokoh masyarakat, serta umat beragama di Kepri.
“Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan dalam pencapaian ini, dan bersama-sama kita fokus pada pelestarian kerukunan, mengatasi potensi konflik, dan mempromosikan toleransi ini,” kata Mahbub.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kemenag: Indeks kerukunan umat beragama di Kepri tahun 2023 tinggi