Batam (ANTARA) - Hidupnya jauh dari kata berlebih, hanya tinggal di kamar kos sederhana berukuran sekitar 2x3 meter persegi di kawasan Jodoh, Kota Batam, Kepulauan Riau.
Warsiti binti Samar (68), janda dengan 3 anak dan 3 cucu itu sehari-hari berjualan kacang, jagung, ubi rebus, dan rempeyek buatan anak perempuannya.
Tidak ada dipan berkasur empuk di kamar kos nenek Warsi. Hanya ada selimut lusuh yang menjadi alas tempat tidurnya. Namun siapa sangka, di kamar sempit itu dia masih sanggup menyisihkan uang hasil dagangannya sedikit demi sedikit yang diniatkan untuk membantu rakyat Palestina.
Warsi mengetahui masalah konflik di Gaza dari media sosial. Setiap berjualan, dia selalu sampaikan ke pembeli, termasuk anak-anak sekolah, bahwa uang hasil jualan ini sebagian didonasikan untuk rakyat Palestina.
"Saya sampaikan ke anak-anak di sekolah tempat saya dagang. Palestina itu sudah berjasa untuk Indonesia. Sekarang mereka kesusahan, harusnya kita bantu mereka, karena kita berhutang budi kepada mereka yang mendukung kita merdeka, seperti sekarang," ucap Warsi, saat berbincang dengan ANTARA.
Pertama kali Warsi menyumbangkan dana sebesar Rp1 juta, uang hasil dagangan yang ia sisihkan selama setengah bulan. Hingga kini uang yang sudah disumbangkan untuk Palestina mencapai Rp14 juta, termasuk sumbangan seorang dermawan yang seharusnya untuk diri Warsi, namun diserahkan sepenuhnya untuk Palestina.
Warsi adalah sosok perempuan yang tidak mau menggantungkan hidup pada anak maupun cucu. Ketiga anaknya hidup lebih dari cukup, namun ia memilih hidup mandiri.
Panitia acara Masyarakat Batam Bersama Palestina pun terharu dengan keikhlasan Warsi lalu membuat link donasi untuk memberangkatkannya umrah ke Tanah Suci. Kali ini hadiah umrah tidak ditolak oleh Warsi.
Keikhlasannya untuk Palestina telah menggugah hati masyarakat di Kota Batam, akhir Oktober ini, Warsi akan berangkat umrah dengan kelas premium yang didanai salah satu travel.
Atas karunia itu, dia mengaku tidak kaya, rumah pun tidak punya, tapi Allah Maha Kaya. Selama ini, ia meminta kepada Allah agar bisa berdoa dan sujud syukur di Baitullah. Allah yang Maha Kaya akhirnya mewujudkan permohonan itu.
Warsi meninggalkan segala kenyamanan hidup, memilih hidup berjuang di sisa usianya agar bisa bermanfaat untuk orang-orang sekitarnya dan juga Palestina. Dia bernazar, selepas umrah, uang hasil berjualan akan tetap disumbangkannya ke Palestina sampai akhir hayatnya.
Bersama Palestina
"Palestina akan selalu ada dalam setiap helaan napas diplomasi Indonesia". Pernyataan Presiden Jokowi itu menjadi indikasi bahwa Indonesia akan terus membersamai perjuangan rakyat Palestina di Gaza untuk merebut kemerdekaannya. Dukungan terhadap perjuangan Palestina bukan hanya ditunjukkan oleh Pemerintah, namun juga di tingkat akar rumput seperti nenek Warsi.
Nenek Warsi hanya satu contoh kecil dari semangat bangsa Indonesia untuk mendukung perjuangan Palestina.
Sekitar satu bulan setelah Israel melancarkan serangan ke Gaza, pada 5 November 2023 jutaan masyarakat Indonesia dari berbagai agama, ormas, dan golongan, tumpah ruah di Monumen Nasional (Monas) Jakarta.
Aksi terbesar ini pun disorot media asing. Bagaimana Monas disemuti oleh masa aksi yang selain berorasi juga berdonasi. Menteri Luar Negeri Retno Marsudi turut tampil di atas panggung orasi, membacakan puisi hasil gubahannya sendiri.
Selain Retno, turut pula hadir mantan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla, Ketua DPR RI Puan Maharani, Menko PMK Muhadjir Effendy, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, hingga Ketua Prakarasa Persahabatan Indonesia-Palestina Din Syamsudin.
Tidak sedikit pula artis-artis Ibu Kota turut berpanas-panasan bersama warga membela Palestina dengan atribut-atribut yang dikenakannya. Sebut saja Atta Hallilintar, Alvin Affandi, Abizar, David Halik, Andika Pratama, Taqy Malik, dan banyak lagi.
Mereka ada yang datang dari wilayah Jabodetabek, bahkan dari Sumatera, ada pula yang rombongan datang dari Jawa. Mereka menyewa kendaraan khusus untuk bisa berpartisipasi dalam satu aksi atas nama nurani.
Aksi-aksi bela Palestina ini meluas hampir di seluruh penjuru Indonesia. Dan tidak pernah berhenti sejak perang pecah 5 Oktober 2023.
Baru-baru ini, Aliansi Masyarakat Batam Bersama Palestina, menggelar aksi damai dan menggalang donasi di Alun-Alun Engku Putri. Dana masyarakat terkumpul siap untuk disalurkan ke Jalur Gaza.
Donasi untuk Palestina dari masyarakat Indonesia masih terus berlanjut, di sosial media selalu menampilkan iklan donasi oleh lembaga-lembaga kemanusiaan, termasuk lembaga zakat milik pemerintah.
Tidak hanya donasi, upaya masyarakat Indonesia membela Palestina meluas dengan turut dalam aksi boikot produk-produk yang berafiliasi dengan Israel.
Suwaibah (25), salah satu pemudi Kota Batam, mengaku sudah 1 tahun tidak membeli produk-produk yang ada keterkaitannya dengan penjajahan Palestina, mulai dari alat mandi, perabotan rumah tangga, makanan, hingga minuman.
Dia pun mengunduh aplikasi khusus yang bisa mendeteksi produk-produk Israel, sehingga memandunya jangan sampai terbeli produk yang salah.
Dari pengalaman itu, ia berkesimpulan bahwa ternyata membeli produk lokal yang tidak berafiliasi dengan Israel, kita masih tetap hidup.
Indonesia tidak akan melupakan dan meninggalkan Palestina.
Seperti pesan yang dititipkan Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi saat menyampaikan perpisahan di ujung masa jabatanya dalam rapat kerja/rapat dengar pendapat di kompleka parlemen, Jakarta pada medio September. Retno berpesan agar bangsa ini tidak meninggalkan bangsa Palestina sendirian di tengah hak-hak mereka yang dirampas paksa oleh Israel.
Apa yang disuarakan oleh Retno yang merupakan representasi suara pemerintah, kemudian kepedulian yang ditunjukkan oleh nenek Warsi dan elemen bangsa lainnya, menunjukkan keberpihakan bangsa Indonesia yang tidak pernah menoleransi penjajahan di Bumi.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Nenek Warsi, Palestina dan Baitullah