Batam (ANTARA) - Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kepulauan Riau menyebutkan kenaikan harga BBM akan berdampak pada daya beli masyarakat terhadap ikan akan turun.
"Khawatirnya juga nilai ikan di pasar ikut naik, daya beli masyarakat turun. Ketika ayam, tempe lebih murah, masyarakat tidak mau beli ikan," kata Eko.
Baca juga:
Terjerat kasus korupsi, dua anggota DPRD Kepri berstatus tahanan kota
Ini tarif ojek online terbaru di Kepri
"Biaya operasional nelayan akan naik. Biaya logistiknya, makannya sehari-hari, biaya hidup dan lain-lain ikut naik," ujar Eko.
Saat ini harga Pertalite di SPBU yaitu Rp10 ribu per liter, tetapi harga tersebut akan naik 30 persen jika didistribusikan ke nelayan di pulau-pulau.
Contoh nelayan di Batam rata-rata menggunakan Pertalite sebanyak 15 sampai 20 liter untuk sekali melaut. Kalau sudah ke pulau nambah 30 persen, hampir 13 ribu per liter. Karena di sana ada biaya angkutnya," kata dia.
Dengan begitu HNSI Kepri sudah menyampaikan surat pernyataan penolakan kenaikan BBM subsidi kepada Pemerintah Provinsi Kepri agar dapat ditindaklanjuti ke pemerintah pusat.
Baca juga:
Polres Natuna salurkan sembako untuk warga terdampak kenaikan harga BBM
Gubernur Ansar fokuskan penerima BLT warga yang tidak terdaftar DTKS
Sementara itu, HNSI Kepri juga menggesa pemerintah daerah untuk membuka gerai layanan surat Tanda Daftar Kapal Perikanan (TDKP) di sentra nelayan di daerah setempat.
"Sejauh yang nelayan yang sudah punya TDKP baru 45 persen dari 100 persen jumlah nelayan di Kepri. Dengan itu kami meminta pemerintah untuk membuka gerai-gerai izin di titik-titik sentra nelayan yang ada di Kepri," demikian Eko.
Komentar