Tanjungpinang (ANTARA News) - Wali Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau, Suryatati A Manan mengharapkan Temu Sastrawan Indonesia III di Tanjungpinang bisa memunculkan karya sastra ikhwal Kota Tanjungpinang yang juga Negeri Pantun.
"Sastrawan-sastrawan terkenal yang hadir pada Temu Sastrawan Indonesia (TSI) III diharapkan memunculkan karya tentang Kota Tanjungpinang, agar lebih dikenal luas di Indonesia," kata Suryatati usai membuka seminar nasional dengan tema "Sastra Indonesia Mutakhir: Kritik dan Keragaman" di Tanjungpinang, Jumat, 29 Oktober 2010.
Wali Kota mengharapkan karya sastra yang dimunculkan nantinya bisa menampilkan Tanjungpinang dari sudut pandang sastrawan.
"Bukan hanya pandangan yang berbeda dari sudut pandang sastrawan mengenai Tanjungpinang, melainkan juga bisa memberikan solusi terhadap berbagai permasalahan," harap Suryatati yang juga terkenal dengan puisinya "Melayukah Aku".
TSI III di Tanjungpinang sudah berlangsung dari Kamis (28/10) malam yang dibuka secara resmi oleh Gubernur Kepulauan Riau, HM Sani. Pertemuan sastrawan tersebut akan berlangsung sampai Minggu (31/10).
"Selain menghasilkan karya tentang Tanjungpinang, juga diharapkan dapat membangkitkan semangat warga Tanjungpinang belajar maupun berkarya di bidang sastra," ujarnya.
TSI III juga menampilkan berbagai kegiatan seperti pertunjukan sastrawan terkenal Indonesia seperti Putu Wijaya dengan monolognya, serta sastrawan asal Bali Tan Liou Ie dengan puisi-musiknya.
Hadir juga pemakalah-pemakalah sastra seperti Budi Darma, Katrin Bandel, Akmal Nasery Basral, Nanang Suryadi, Sapardi Djoko Damono dan sastrawan Indonesia lainnya.
Panitia Pelaksana, Abdul Kadir Ibrahim, mengatakan TSI III untuk mengapresiasi dan mendiskusikan secara mendalam perkembangan sastra Indonesia mutakhir serta menempatkan kritik sastra dalam posisinya untuk pertumbuhan karya sastra.
"Diharapkan terhimpun pemikiran-pemikiran ilmiah tentang sastra Indonesia mutakhir, baik dari kalangan akademisi maupun kalangan pesastra itu sendiri," katanya yang biasa dipanggil Akib.
Selain itu, menurut dia juga untuk mengenalkan kembali sastra Melayu dengan sastra Indonesia mutakhir. Bagaimanapun katanya sastra Indonesia mutakhir berutang budi kepada sastra Melayu, baik dari zaman klasik maupun era nusantara, kolonial Belanda maupun menjelang Indonesia merdeka.
"Tokoh sastra Melayunya adalah Raja Ali Haji dan Haji Ibrahim Datuk Kaya Muda Riau yang berasal dari Pulau Penyengat, Tanjungpinang," katanya yang juga Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tanjungpinang. (ANT-028/Btm1)
Komentar