Batam (ANTARA Kepri) - Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia Kota Batam Oka Simatupang mengimbau pemerintah membantu pelaku usaha kecil dan menengah sektor arang tempurung kelapa yang peluang ekspor produknya terbuka ke China.
"Berilah jalan bagi UKM untuk memanfaatkan peluang dan potensi itu, bukan malah mengharuskan membuat analisis mengenai dampak lingkungan (amdal) atau membatasi jam produksi karena alasan pembakaran tempurung mencemari lingkungan udara," kata Simatupang, di Batam, Kepulauan Riau, Senin.
Sikap pemerintah yang lebih cenderung membatasi daripada memberi solusi, katanya, menjadi salah satu penghambat pertumbuhan proses nilai tambah limbah tempurung kelapa, yang sebagai limbah sangat melimpah di berbagai daerah, dan dapat menjadi penggerak UKM.
Ia mengingatkan, UKM bagaimana pun merupakan tiang tumpu bagi keberhasilan berbagai program pelaksanaan Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) yang investasinya akan mencapai Rp4.000 triliun dengan terget penyerapan 5,6 juta tenaga kerja.
Simatupang mengedepankan tempurung kelapa sebab Indonesia kini berpeluang mengekspor satu juta ton per tahun ke China, tetapi hingga sekarang belum mampu direalisasikan.
Peluang ekspor sejuta ton per tahun terbuka setelah pada 25 Oktober 2010 di Shanghai, China, Apindo memfasilitasi penandatanganan nota kesepahaman antara Dirut PT General Carbon Industry (GCI), Tarman yang berkedudukan di Batam dan General Manager Shanghai Dewangli Industry (SDI) Co Ltd, Ni Li.
SDI dalam kesepakatan payung itu bersedia memberi bantuan teknis beserta mesin dan peralatan agar GCI mampu memproduksi arang yang mutu dan spesifikasinya sesuai dengan permintaan.
Lusi Efriani, aktivis pembina UKM, menyatakan perkembangan bisnis arang tempurung kelapa di Kota Batam terbentur pada sikap pemerintah dan dewan setempat yang mendahulukan penegakan peraturan daripada memberi jalan keluar bagi kemajuan UKM.
"Bagaimana UKM dapat berkembang bila diminta membuat amdal dan pembakaran hanya dibolehkan pada pukul 21.00 sampai pagi" kata Lusi dalam jumpa pers di kantor Apindo Batam bersama Oka Simatupang.
Ia pada 12 Agustus-5 September 2011 mengunjungi beberapa negara bagian Amerika Serikat dan mendapati ada pasar bagi asap cair atau "solid smoke", bahan alternatif formalin dan pengharum daging yang bisa dihasilkan dari proses pengolahan tempurung kelapa.
Asap cair di AS, kata Lusi, dihasilkan dari pohon yang ditebang, sedangkan di Indonesia dapat diperoleh sebagai produk ikutan pembuatan arang dari tempurung kelapa, ujar Lusi, peserta International Visitor Leadership Program (ILVP) 2011.
Menurut dia, seorang profesor di University of Southern California berpendapat pembuatan "solid smoke" di Indonesia lebih ramah lingkungan sebab dihasilkan dari limbah tempurung kelapa, tanpa harus menebang pohon.
(A013/E005)
Berita Terkait
Pelni Batam tambah kapasitas 2.000 penumpang saat angkutan mudik lebaran
Kamis, 28 Maret 2024 15:35 Wib
MTI Kepri minta Kemenhub sikapi kenaikan tarif kapal ferry Batam-Singapura
Kamis, 28 Maret 2024 15:26 Wib
Pemkot Batam berkomitmen untuk tingkatkan kualitas pengelolaan pemda lewat MCP
Kamis, 28 Maret 2024 15:00 Wib
Rudi: Industri digital jadi mesin penggerak ekonomi baru
Kamis, 28 Maret 2024 13:22 Wib
Perusahaan manufaktur Tiongkok rencana kembangkan usaha di Batam
Kamis, 28 Maret 2024 12:58 Wib
200 peserta mudik gratis di Batam ke Jakarta naik KM Kelud
Rabu, 27 Maret 2024 19:14 Wib
Pemko Batam siapkan Rp62 miliar untuk THR ASN
Rabu, 27 Maret 2024 17:15 Wib
Kemlu RI kunjungi BP Batam, bahas peluang investasi
Rabu, 27 Maret 2024 14:58 Wib
Komentar