Batam (ANTARA) - Bea Cukai Batam, Kepulauan Riau mencatat peningkatan bea masuk pada semester I (Januari-Juni) tahun 2025 sebesar 41,5 persen persen dibanding semester pertama tahun 2024.
Kepala Kantor Pelayanan Utama (KPU) Bea Cukai Batam Zaky Firmansyah menyebut meningkatnya bea masuk di semester I tahun 2025 ini sejalan dengan pertumbuhan industri yang ada di Kota Batam.
“Penerimaan dari bea masuk semester I tahun 2025 mencapai Rp190,7 miliar atau capaiannya sebesar 56,7 persen dari target penerimaan bea masuk 2025 sebesar Rp335,5 miliar,” kata Zaky di Batam, Rabu.
Dia menjelaskan, sebagai zona perdagangan bebas (FTZ), Bea Cukai mampu menghimpun penerimaan bea masuk yang berasal dari penjualan komoditi barang-barang yang dijual ke Tempat Lain Dalam Daerah Pabean (TLDDP). Yakni, produksi-produksi Batam dari importir/produsen yang melakukan pengolahan dan menjualnya ke TLDDP,
Menurut dia, capaian penerimaan bea masuk semester I tahun 2025 bila dibandingkan dengan rata-rata nasional di semester yang sama mencapai 44 persen.
“Di Bea Cukai Batam lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional penerimaan bea masuknya sebesar 56,7 persen,” ujarnya.
Zaky mengatakan capaian ini juga menunjukkan pertumbuhan sebesar 41,5 persen jika dibandingkan bea masuk semester I tahun 2024, yakni sebesar Rp134,7 miliar.
“Kalau dibandingkan dengan semester I tahun 2025 dengan semester I tahun 2024 ada pertumbuhan sebesar 41,5 persen, sejalan dengan pertumbuhan industri yang ada di Pulau Batam," paparnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, kenaikan penerimaan bea masuk ini didominasi dari penjualan barang ke wilayah Indonesia lainnya (pengolahan) yang berasal dari komoditi elektronik, salah satunya telepon seluler yang diproduksi PT Sat Nusapersada baik itu komponennya.
Kemudian disumbang oleh industri shipyar (galangan kapal) baik itu perbaikan, pembetulan kapal, barang-barang suku cadang (sparepart) yang diproduksi oleh industri galangan dan dijual ke TLDDP.
“Selanjutnya olahan Kakao PT Asia Kakao, mereka melakukan impor dari luar negeri dan ada yang menjual ke TLDPP. Industri kakao di Batam ini juga cukup maju,” ungkap Zaky.
Berikutnya produk kimia dan farmasi, serta hasil pengolahan industri daur ulang.
Komentar