Jumlah penderita DBD di Karimun menurun

id demam berdarah di Karimun,Kepala Dinas Kesehatan Rachmadi

Jumlah penderita DBD di Karimun menurun

Ilustrasi: Pengasapan-DBD oleh Petugas Dinkes Karimun beberapa waktu lalu.(Antaranews Kepri/Rusdianto)

Kita bersyukur, kasus DBD bisa kita tekan. Namun ini semua berkat peran aktif masyarakat untuk membiasakan hidup bersih, dan waspada terhadap bahaya DBD

Karimun (Antaranews) - Dinas Kesehatan Kabupaten Karimun, Kepulauan Riau menyatakan jumlah penderita demam berdarah dengue (DBD) di kabupaten setempat pada 2017 menurun dibanding tahun sebelumnya.

Kepala Dinas Kesehatan Karimun, Rachmadi di Tanjung Balai Karimun, Kamis, menyatakan pada 2017, sebanyak 76 orang menderita DBD, sedangkan pada 2018 tercatat 424 orang terjangkit penyakit mematikan itu.

Pada 2017, dua penderita meninggal, dan pada 2018 enam penderita meninggal.

"Kita bersyukur, kasus DBD bisa kita tekan. Namun ini semua berkat peran aktif masyarakat untuk membiasakan hidup bersih, dan waspada terhadap bahaya DBD," kata dia.

Ia mengakui, tahun 2016 adalah yang paling parah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Pada 2015, terdapat 363 kasus DBD dengan 7 korban meninggal, dan pada 2014 sebanyak 390 kasus dengan 8 orang korban meninggal.

"Pada 2016, Karimun status KLB untuk DBD. Dan kita berharap, jangan terjadi lagi pada tahun ini. Kita harus tekan sehingga lebih rendah dari 2017," ujarnya.

Sebagai daerah endemis, kasus DBD selalu ditemukan setiap tahun. Untuk itu, Rachmadi mengimbau masyarakat tetap waspada terhadap bahaya DBD.

Warga diminta meningkatkan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk, dan menggiatkan gerakan 3M Plus yaitu menguras, menutup, mengubur dan memakai kelambu saat tidur.

"Di awal tahun, seperti Januari hingga Februari, cuaca biasanya tidak menentu, kadang hujan kadang panas. Ini mengundang nyamuk untuk berkembang biak, kita harus waspada dan bersihkan wadah-wadah dari genangan air hujan," ujarnya.

Dia juga mengimbau masyarakat menutup bak mandi atau wadah lainnya agar tidak diinggapi nyamuk Aedes Aegypti untuk berkembang biak.

Warga harus menguras wadah dan bak mandi minimal satu kali dalam sepekan.

Lebih lanjut dia mengatakan, Dinas Kesehatan bekerja sama dengan Dinas Pendidikan juga mengerahkan pelajar terlibat sebagai juru pemantau jentik (Jumantik).

"Sejak tahun lalu, pelajar sudah terlibat jumantik. Minimal memantau jentik di lingkungan tempat tinggalnya. Ini sebagai pencegahan sekaligus edukasi bagi anak-anak agar peduli dengan bahaya DBD," kata dia.

Sementara selama Januari 2018 tim medis di Kariun menangani 6 penderita DBD.

"Semuanya orang dewasa, tidak ada anak-anak," kata dia.


Editor: YJ Naim

Komentar

Komentar menjadi tanggung jawab anda sesuai UU ITE