Batam (Antara Kepri) - Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) Brigjen Pol Antam Novambar mengatakan ajakan terorisme di Indonesia semakin marak, bahkan sudah masuk masjid-masjid.
Antam mengatakan di Batam, Senin, pihaknya pernah menemukan selebaran Jumat di masjid yang isinya bertentangan dengan nilai agama dan hukum.
"Pihak masjid juga kecolongan, kok bisa mereka masuk, pihak masjid tidak tahu. Mereka luar biasa," kata Antam dalam sosialisasi bahaya radikalisme dikalangan mahasiswa dan pelajar.
Ia mengatakan teroris melakukan berbagai cara untuk menyebarluaskan pemahamannya. Maka ia mengajak seluruh anak muda dan semua pihak bersatu-padu melawan terorisme.
Tidak ada satu agama pun yang menyetujui teror. Umumnya teroris salah memahami ajaran agama sehingga mengajak umat tertentu untuk melakukan kegiatan yang bertentangan dengan hukum.
"Kenapa muncul terorisme. Karena persepsi terjadi penindasan terus-menerus oleh dunia barat," kata dia.
Selain itu, karena terjadinya ketidakadilan. Dan beberapa pihak mempercayai keadilan itu tidak bisa diperoleh dengan cara-cara damai," kata dia.
Teror juga disebabkan oleh upaya balas dendam, akibat kemiskinan dan kurangnya pendidikan.
Selama tahun 2000 hingga 2014, sebanyak 950 orang terkait dengan tindak teroris di seluruh Indonesia, 96 di antaranya meninggal di Tempat Kejadian Perkara, 12 orang pelaku bom bunuh diri, tiga orang sudah dieksekusi mati, 74 orang dikembalikan, 19 orang dalam proses penyidikan, 17 orang proses sidang, 349 orang sudah divonis dan 380 orang sudah bebas.
Ia mengatakan kepada pelaku teror yang dipenjara, BNPT berupaya menyadarkan kembali pemahamannya yang salah. Meski ia mengakui tidak gampang.
"Makanya kami mendatangkan ustad JI yang sudah tobat dari Mesir," kata dia.
Di tempat yang sama, Wakil Gubernur Kepri Soerya Respationo mengatakan paham radikilasme yang saat ini berkembang dimasyarakat telah sampai ketitik meresahkan, karena menghilangkan sifat mulia manusia untuk berbuat baik.
"Paham radikalisme sering kali menyakitkan orang lain bahkan melenyapkan nyawa dari orang lain. Paham seperti ini tidak hanya harus ditolak, tapi harus dilawan," kata Wakil Gubernur.
Paham radikalisme bertentangan dengan semangat Bhineka Tunggal Ika, yang merajut Indonesia tetap ada hingga saat ini.
"Sebab, tanpa Bhineka Tunggal Ika, penyeragaman yang dilakukan oleh kelompok tertentu akan memunculkan kekerasan," kata dia. (Antara)
Editor: Rusdianto
Komentar