Politisi etnis tionghoa di Kepri semakin banyak

id politisi tionghoa

Politisi etnis tionghoa di Kepri semakin banyak

Anggota DPRD Provinsi Kepulauan Riau, Rudy Chua (Antaranews Kepri/Nikolas Panama)

Namun tidak semua politisi dari kalangan etnis tionghoa yang mencalonkan diri sebagai anggota legislatif langsung terpilih. Keberhasilan menjadi anggota legislatif tidak bergantung pada uang yang banyak sebab pemilih sudah cerdas menghadapi caleg pad
Tanjungpinang (Antaranews Kepri) - Tokoh pemuda dan tokoh masyarakat dari kalangan etnis tionghoa semakin banyak yang menjadi politisi, kata anggota DPRD Provinsi Kepulauan Riau, Rudy Chua.

"Semakin banyak warga dari kalangan etnis tionghoa yang menjabat sebagai anggota legislatif. Mereka juga menjabat sebagai pimpinan sejumlah partai baik di tingkat kecamatan maupun kabupaten dan kota," ujarnya di Tanjungpinang, Jumat.

Rudy yang juga tokoh masyarakat etnis tionghoa menambahkan, di DPRD Kepri terdapat sejumlah anggota legislatif dari kalangan etnis Tionghoa. Mereka juga sudah beberapa periode menjabat sebagai anggota legislatif di Batam.

"Pemilu 2014 ada juga politisi dari etnis tionghoa yang berasal dari dapil Lingga-Bintan," katanya.

Menurut dia, karir politik masyarakat etnis Tionghoa mulai bersinar sejak tahun 2014. Bahkan di Tanjungpinang, pimpinan DPRD-nya kala itu berasal dari etnis tionghoa.

Baca juga: Perekonomian Tanjungpinang digerakkan etnis tionghoa

Namun tidak semua politisi dari kalangan etnis tionghoa yang mencalonkan diri sebagai anggota legislatif langsung terpilih. Keberhasilan menjadi anggota legislatif tidak bergantung pada uang yang banyak sebab pemilih sudah cerdas menghadapi caleg pada pemilu.

Rudy mengaku tidak pernah menghabiskan uang melebihi puluhan juta dalam menghadapi pemilu. Begitu pula sejumlah politisi muda yang diperkenalkannya kepada masyarakat etnis tionghoa, tidak mengandalkan uang untuk memenangkan pemilu.

Reni, Beni dan Fengky Fesinto merupakan tokoh pemuda dari kalangan etnis tionghoa yang berhasil menjabat sebagai anggota DPRD Tanjungpinang. Mereka memiliki kemampuan sebagai anggota legislatif sehingga menjadi pilihan masyarakat.

Keberhasilan dalam pemilu tersebur justru salah satunya tergantung dari hasil komunikasi dengan pemilih, terutama yang juga berasal dari kalangan etnis tionghoa. Komunikasi dengan kelompok tertentu etnis tionghoa juga harus secara langsung, terutama yang sudah berusia tua.

Kampanye politik melalui teknologi komunikasi seperti media sosial, menurut dia tidak selalu efektif, justru terkadang merugikan karena banyak informasi hoax yang dibaca oleh mereka. Iklan politik di media massa, termasuk berita yang memuat perjuangan anggota legislatif ataupun caleg kurang efektif karena hanya dibaca tidak lebih dari 30 persen masyarakat etnis tionghoa.

Jumlah masyarakat etnis Tionghoa di Kepri diperkirakan mencapai 15-20 persen.

"Dipercaya masyarakat atau tidak, tergantung pada strategi menembus ruang komunikasi yang terkadang tidak selalu terbuka. Ada kawasan tertutup yang dihuni warga etnis Tionghoa. Butuh energi dan strategi yang lebih untuk menembusnya," ujarnya yang sudah tiga periode menjabat sebagai anggota legislatif.

Rudy membenarkan jika mayoritas pemilih yang memilih diri merupakan masyarakat dari kalangan etnis tionghoa. Namun ada juga pemilih dari suku lain yang memiliki dirinya karena percaya.

"Tidak 100 persen etnis Tionghoa memilih caleg dari satu suku, karena banyak juga yang percaya dengan caleg lainnya. Indikator lainnya, cukup banyak politisi dari kalangan etnis tionghoa pengurus partai lain," katanya yang juga fungsionaris Partai Hati Nurani Rakyat. (Antara)

Editor : Pradanna

Komentar

Komentar menjadi tanggung jawab anda sesuai UU ITE