Apa sih Kampung Tua?
Istilah Kampung Tua mungkin tidak akan ditemukan di daerah manapun di Indonesia kecuali di daerah dimana penduduk aslinya adalah suku Melayu. Batam adalah salah satu kota yang berpenduduk asli suku Melayu. Kota Batam awalnya adalah bagian daerah Propinsi Riau. Pada tahun 2002 masuk ke dalam daerah di bawah pemerintahan Provinsi Kepulauan Riau.
Penduduk asli kota Batam adalah etnis Melayu dengan pekerjaan utama sebagai Nelayan, dikarenakan posisi wilayah Batam dikeliling lautan. Waktu demi waktu kota Batam berkembang pesat, terciptanya banyak lapangan kerja baru yang banyak menarik hati para pendatang untuk tinggal di Batam. Banyaknya pendatang berbanding lurus dengan berkembangnya daerah hunian baru, hal ini lah yang membuat seolah-olah warga asli tersingkir.
Kampung Tua atau Perkampungan Tua adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal penduduk asli Kota Batam sebelum tahun 1970 saat Batam mulai dibangun, yang mengandung nilai sejarah, budaya tempatan, dan atau agama.
Pemerintah Kota Batam menyatakan dalam Peraturan Daerah Kota Batam nomor 2 tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kota Batam tahun 2004-2014, bahwa Kampung Tua atau Perkampungan Tua termasuk kedalam Kawasan Cagar Budaya, yang perlu dijaga dan dilestarikan keberadaannya. Kawasan Perkampungan Tua ini dimaksudkan untuk melindungi eksistensi, adat istiadat, budaya, arsitektur bangunan, pemakaman, dan lingkungan tempat tinggal penduduk asli Kota Batam yang telah ada sebelum tahun 1970 saat Batam mulai dibangun, meliputi seluruh lokasi-lokasi Perkampungan Tua yang terdapat di Kota Batam.
Sedikit Cerita Tentang Kampung Tua
Ada berapa banyak jumlah Kampung Tua di kota Batam?. Sebagaimana yang dilansir TribunBatam.id tanggal 9 Oktober 2019, Tim Penyelesaian Legalitas Kampung Tua Batam telah menyelesaikan pengukuran di 37 titik Kampung Tua di wilayah Batam, dimana pengukuran merupakan salah satu tahapan yang menjadi persyaratan legalitas, untuk kemudian disepakati pihak-pihak terkait.
Ada cerita apa dibalik nama-nama Kampung Tua yang ada di wilayah Batam, mari kita telusuri beberapa informasi berikut :
1. Kampung Tiban
Kampung Tiban dahulu dihuni oleh orang Ladi yang mengabdi pada Raja Melayu. Dalam kurun waktu berikutnya orang Bugis datang dan menikahi penduduk Tiban dan memiliki keturunan yang diberi nama Semani. Mereka hidup dan berkebun di Tiban. Di hulu sungai Tiban ada perkampungan baru yang dibuka oleh perantau Minang dan Selayar dan saat ini dikenal dengan nama Tiban Kampung.
2. Kampung Nongsa
Kampung ini dibuka pertama kali oleh Raja Isa. Nama kampung ini diambil dari nama timang-timangnya Nong Isa alias Tengku Nong dan kemudian berubah jadi Nongsa. Suku Bugis banyak menempati daerah ini dengan berkebun kelapa. Disebut bahwa kampung ini adalah kampung tertua dan juga pusat pemerintahan pertama.
3. Kampung Jodoh
Sewaktu Raja Muhammad Yusuf Al-Ahmadi menjalankan pemerintahan di tahun 1858 tempat ini belum bernama Jodoh. Para pendatang seperti orang Ladi yang mengabdi sebagai panglima dan hulubalang serta pelaut-pelaut dari Bugis datang menghuni daerah ini.
Sang Raja Muhammad Yusuf Al-Ahmadi memiliki seorang Putri yang bernama Mayang, yang akan di jodohkan dengan salah seorang panglima yang menang dalam ajang pertandingan antara Panglima Ladi dan Pangeran Bugis. Pada kompetisi itu, Pangeran Bugis menjadi pemenang dan berhak bersanding dengan Putri Mayang. Orang Ladi kecewa karena Sang Panglima mereka kalah dan kemudian membunuh sang raja. Sedangkan pangeran Bugis tetap menikahi Putri Mayang setelah pemakaman ayah dari Putri Mayang.
Dari peristiwa perjodohan tersebut dijadikan cerita asal muasal nama Kampung Jodoh yang dikenal sampai saat ini. Saat ini, daerah Jodoh sudah berubah menjadi lahan pengembangan Perumahan dan banyak terdapatnya Mall.
4. Kampung Panau
Berlokasi tidak jauh dari daerah Nongsa. Menurut cerita nama kampung ini berasal dari penghuni pertama kampung ini, dimana sang istri memiliki penyakit kulit yang disebut panau (panu) . Sang suaminya memiliki kulit yang hitam legam sehingga dipanggil Wak Keling. Tahun 1949 hingga 1953 kampung panau semakin banyak penduduknya. Selain dari suku Melayu juga mulai berdatangan orang dari Timur yakni Bugis, Buton dan Flores.
5. Kampung Sungai Tering dan Kampung Batu Merah
Berlokasi dekat dari Tanjung Sengkuang, dan mulai dihuni penduduk sekitar tahun 1960an. Pada saat itu didaerah muara sungai dihuni oleh etnis Tionghoa dan didaerah hulu sungai dihuni oleh orang Jawa. Nama daerahnya dikenal Melcem sampai saat ini.
Tahun 1949 daerah ini hanyalah kampung nelayan kecil dan di pinggir pantai terdapat kelong-kelong yang dibuat orang Tionghoa yang melewati Tanjung Datuk.
Di dalam kampung ini terdapat lagi perkampungan yang bernama Batu Merah. Daerah ini dibangun pertama kali oleh seorang Bugis yang bernama Daeng Tambak. Pembangunannya diteruskan oleh Pak Merah, seorang pengumpul batu. Tahun 1976 tempat ini ramai ditinggali warga pendatang. Karena ramai orang melihat Pak Merah sebagai pengumpul batu, makanya dinamakanlah daerah ini dengan Batu Merah.
6. Kampung Sekupang
Nama Sekupang berasal dari nama sejenis kerang kupang yang banyak terdapat di perairan Johor. Pertama kali dihuni menurut cerita adalah pada tahun 1839. Dari hikayat, diceritakan bahwa, dahulu tempat ini dihuni boleh seorang petualang dari Sumatera yang mempunyai ilmu harimau jadi-jadian. Pada Tahun 1920 orang tersebut dikabarkan hilang dan hanya ditemukan makam keramat di tempat itu yang bernama Keramat Sekupang.
Daerah Sekupang juga disebut Sungai Pembunuh, karena pada waktu dahulu banyak lanun atau perompak yang dihukum mati oleh algojo di daerah ini. Saat ini di daerah Sekupang berdiri tiga macam pelabuhan kapal yaitu Pelabuhan Rakyat yang menghubungkan pulau Batam dengan pulau-pulau kecil disekitar pulau Batam. Kemudian Pelabuhan Domestik yang menghubungkan pulau Batam dengan Pulau Karimun, Pulau Bintan dan Pulau Sumatera, serta Pelabuhan Internasional yang menghubungkan pulau Batam dengan Singapura.
Di daerah Sekupang ini juga banyak berdiri dan beroprasi kantor-kantor pemerintahan pusat seperti KPPN Batam, BPKP, Bea Cukai, Basarnas dan lain-lain. Juga terdapat satu Rumah Sakit yang dikelola oleh BP Batam bernama Rumah Sakit Otorita Batam (RSOB).
7. Kampung Batu Aji
Adanya sebuah batu yang berbentuk kopiah haji yang terletak di dekat pantai Sagulung Barat, menjadi asal mula nama Batu Aji. Pada waktu selanjutnya dimulai pada tahun 1980, Batu Aji mengalami perluasan wilayah menjadi beberapa bagian seperti Batu Aji lama, Kavling Lama, Perumnas dan lain-lain.
8. Tanjung Uma
Pantainya yang putih banyak dijumpai kerang yang disebut remis atau tuma yang kemudian menjadi asal muasal nama Tanjung Uma.
9. Kabil
Seorang musafir asal Siak Sri Indrapura bernama Cik Awang mengucapkan kata “ma’bul” atau Kabul sewaktu sampai diderah ini dan menjadi asal muasal nama Kabil. Pada saat itu dalam masa pemerintahan Raja Melayu Sultan Tengku Abdul Rahman di tahun 1909.
Tanah yang subur membuat Cik Awang berkeinginan membuka lahan pertanian. Semua niat-niat yang dilaksanakan Cik Awang terkabul, sehingga kampung ini dikenal dengan sebutan Kampung Kabul, yang lama-kelamaan berubah menjadi Kabil.
Pada tahun 1932 Cik awang meninggal dunia dan di makamkan dengan nama Said Siak di kampung tersebut. Pada tahun 1973 kuburan beliau dipindahkan ke kampung Ngedan.
10. Muka Kuning
Menurut cerita dahulu daerah ini bernama Mekah Kuning. Nama Mekah Kuning berasal dari nama Ikan Seriding yang berwarna kuning. Daerah ini memiliki lahan pertanian yang digarap oleh etnis Tionghoa dan etnis Flores. Karena perubahan waktu dan pengaruh berbagai dialek, maka nama Mekah Kuning berubah jadi Muka Kuning.
Sekarang Muka Kuning adalah kawasan terpadu dan menjadi perusahaan Elektronik terbesar di Batam, yang dikelola oleh Batamindo Industrial Centre (BIC), yang mulai dibuka pada tahun 1990.
Begitulah sebagian cerita asal mula Kampung Tua dan namanya. Semoga pada masa yang akan datang, Pemerintah Kota Batam berhasil dalam melestarikan salah satu Cagar Budayanya yaitu Kawasan Kampung Tua yang menjadi identitas dan eksistensi budaya Melayu di tanah melayu umumnya dan khususnya pulau Batam.
Semoga juga usaha bersama Tim Penyelesaian Legalitas Kampung Tua yang terdiri dari berbagai macam tokoh, pejabat bahkan wakil rakyat pada lembaga legislatif daerah, akan berbuah hasil yang manis sehingga eksistensi dan legalitas Kampung Tua bisa diakui dan terjaga dalam kebijakan pemerintah daerah dan kebijakan otorita.*) Penulis merupakan Kepala Seksi Pencairan Dana KPPN Batam Kanwil DJPB Provinsi Kepulauan Riau
Keterangan : Isi dan maksud tulisan sepenuhnya tanggung jawab penulis, bukan tanggung jawab redaksi
Komentar