Mengenang Pengibaran Merah Putih Pertama di Tanjungpinang

id Mengenang,Pengibaran,Merah,Putih,Pertama,Tanjungpinang,hut,kemerdekaan,indonesia

Ada tarik ulur keinginan, antara masuk wilayah kedaulatan Indonesia atau menjadi bagian dari Singapura. Dua-duanya memiliki alasan yang kuat

TIDAK banyak yang mengetahui sejarah tentang pertama kali bendera merah putih berkibar di Tanah Melayu, Tanjungpinang.

Imam Sudrajat, pria kelahiran Jakarta 9 November 1939, merupakan salah seorang tokoh masyarakat Kepulauan Riau yang mengetahui sejarah itu.

Dia sudah tinggal di Tanjungpinang saat berusia 24 tahun. Saat itu dia bertugas di Komando Operasi Tertinggi Operasi A Angkatan Darat.

"Saya ke Tanjungpinang karena mendapat tugas mengusir penjajah Inggris dari Kepulauan Riau," katanya.

Meski sudah berusia lanjut, dia masih mampu menceritakan dengan detail peristiwa bersejarah ketika pertama kali bendera merah putih berkibar di Tanjungpinang.

Menurut Imam, orang yang mengerek bendera merah putih di depan Gedung Daerah Tanjungpinang yakni Mochtar Husein.

"Dia (Mochtar Husein) paman saya. Pelaku sejarah kedaulatan Indonesia di Tanjungpinang," kata Imam.

Ketua Dewan Penasehat Veteran Kepulauan Riau itu mengatakan Kepulauan Riau masuk ke dalam wilayah kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia bukan pada tahun 1945.

Mochtar Husein salah seorang pejuang yang memperjuangkan Kepulauan Riau masuk Indonesia. Saat itu menjabat sebagai Ketua Dewan Riau.

Ketika itu, Mochtar dan Tengku Saleh asal Lingga, melaporkan kepada Presiden Soekarno bahwa masyarakat Kepulauan Riau ingin menjadi bagian dari Indonesia pada tahun 1949.

Saat itu, sebagian masyarakat menginginkan Kepulauan Riau masuk ke Singapura, yang saat itu dijajah Inggris.

Kepulauan Riau dijajah Inggris berdasarkan kesepakatan antara negara itu dengan negara penjajah Belanda. Kepulauan Riau yang sebelumnya dijajah Belanda beralih menjadi wilayah yang dijajah Inggris.

"Ada tarik ulur keinginan, antara masuk wilayah kedaulatan Indonesia atau menjadi bagian dari Singapura. Dua-duanya memiliki alasan yang kuat," tuturnya.

Keinginan untuk menyerahkan Kepulauan Riau sebagai bagian dari wilayah kedaulatan Indonesia berdasarkan sejarah nusantara. Sedangkan keinginan untuk menjadi bagian dari Singapura lantaran negara berlambangkan kepala singa itu satu rumpun dengan Kepulauan Riau.

"Singapura dekat dengan Kepulauan Riau dan sama-sama bekas jajahan Inggris," ucapnya.

Di tengah tarik ulur keinginan itu, Mochtar bersama rekan-rekan seperjuangannya memberanikan diri, mendesak Kepulauan Riau masuk dalam wilayah kedaulatan NKRI. Keinginan itu mendapat dukungan penuh dari Presiden Soekarno.

Untuk melahirkan sejarah yang mirip dengan pengibaran Sangsaka Merah Putih pertama di NKRI, bendera merah putih dijahit oleh Rahma binti Rahmat dan Uni Daiya.

"Rahma itu mertua saya, sedangkan Uni Daiya, warga Tepi Laut Tanjungpinang yang memiliki semangat perjuangan yang sama," ucapnya.

Seusai dijahit, bendera merah putih berkibar di sebuah rumah yang berada di depan Gedung Daerah pada tahun 1949.
Bendera itu dikibarkan di atas tiang yang berada di pojok sebelah kanan rumah tersebut. Rumah itu sudah digusur, karena terkesan kumuh berada di pusat kota.

Sedangkan pondasi tiang bendera bergeser setelah Pemerintah Kota Tanjungpinang membangun Tugu Proklamasi.
Tugu Proklamasi itu dibangun saat Suryatati A Manan menjabat sebagai Wali Kota Tanjungpinang.

"Pondasi bendera berada di depan Tugu Proklamasi. Sebenarnya, tidak bisa dikatakan Tugu Proklamasi, karena penyerahan kedaulatan dilakukan pada tahun 1949, bukan 1945. Tapi tidak apa-apa, kalau hanya sekadar untuk mengingat," katanya.

Tidak banyak masyarakat yang mengetahui di sekitar Tugu Proklamasi itu menyimpan sejarah Kepulauan Riau bergabung dengan Indonesia. Mereka mungkin mengira Kepulauan Riau menjadi bagian dari Indonesia sama seperti wilayah lainnya.

"Jangan lupakan sejarah. Sejarah itu harus diingat, disampaikan dengan benar kepada generasi muda," ucapnya.

Tugu Proklamasi yang berada di simpang pintu keluar Pelabuhan Sri Bintan Pura Tanjungpinang itu kini masih kumuh. Banyak pedagang berjualan di sekitarnya.
Selain itu, bau tidak sedap juga tercium jika berada di tugu bersejarah itu.

"Sampai sekarang saya belum pernah melihat ada upacara bendera di Tugu Proklamasi tersebut," ucapnya dengan nada sedih.

Sementara itu, berdasarkan catatan sejarah, daerah Kepulauan Riau dahulunya merupakan pusat perdagangan dan keramaian. Lalu nama ini berkembang dengan digunakannya nama Riau pada nama Kesultanan Lingga.

Pada masa kolonial, kata Riau diubah menjadi Riouw. Setelah proklamasi kemerdekaan, wilayah Riau (Kepulauan Riau saat ini) disatukan dengan wilayah Kesultanan Siak di daratan Sumatera.

Dahulunya, hal ini dilakukan karena gerakan "Ganyang Malaysia" sehingga mempermudah hubungan dari wilayah kepulauan ke daratan Sumatera.

Namun, seiring berjalannya waktu, nama Riau digunakan oleh wilayah Kesultanan Siak di daratan Sumatera, sementara Kepulauan Riau memekarkan diri menjadi sebuah provinsi tersendiri, terpisah dari induknya, Provinsi Riau.

Kata kepulauan ditambahkan di depan kata Riau karena wilayahnya yang sebagian besar lautan atau berbentuk kepulauan. (Antara)

Editor: Rusdianto

Komentar

Komentar menjadi tanggung jawab anda sesuai UU ITE