Bintan (ANTARA) - Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau (Kepri), mengungkapkan bahwa sejumlah kawasan di daerah itu rawan serangan buaya muara, seperti di Kecamatan Bintan Timur dan Kecamatan Toapaya.
Kepala Unit Pelayanan Teknis Dinas Pemadam Kebakaran (UPTD Damkar) Bintan Timur Nurwendi, di Bintan, Rabu, menjelaskan, di daerah tersebut terdapat sejumlah titik tempat buaya biasa ditemukan, di antaranya Wacopek, Kelurahan Sei Lekop, Kijang Kota dan SPBU Pertamina Kijang.
"Semua lokasi tersebut rawa-rawa, sehingga menjadi salah satu habitat buaya," kata Nurwendi di Bintan, Rabu.
Nurwendi mengatakan dalam beberapa pekan terakhir didapati tiga ekor buaya muncul di daerah Bintan Timur. Saat cuaca musim panas, buaya kerap naik ke permukaan rawa hingga tepian sungai untuk berjemur.
Keberadaan reptil bertubuh besar itu meresahkan warga sekitar karena lokasi kemunculannya tak jauh dari pemukiman penduduk.
Oleh karena itu, pihaknya meningkatkan pengawasan rutin ke lokasi-lokasi rawan buaya tersebut agar tidak sampai memangsa ternak warga apalagi manusia.
Bahkan, upaya menangkap buaya dengan cara memakai alat pancingan umpan daging ayam/ikan terus dilakukan, guna memancing hewan yang hidup di lingkungan air itu keluar ke permukaan.
"Kami terus berusaha namun belum berhasil, karena buaya ini sangat cepat pergerakannya, apabila jumpa manusia pasti langsung lari," ungkap dia.
Senada, Kepala UPTD Damkar Toapaya Makmur menyampaikan di wilayahnya juga terdapat beberapa titik rawan buaya, antara lain Sungai Lintas Barat di Kilometer 16, Sungai Tiram, Sungai Kapur, Sungai Tembeling dan Sungai Kawal.
Menurut Makmur, keberadaan buaya tersebut sudah sangat mengkhawatirkan warga setempat, apalagi setelah insiden seorang bocah SMP tewas diterkam buaya di Sungai Lintas Barat pada akhir bulan Ramadhan 1443 Hijriah.
Namun demikian, tak banyak upaya yang bisa dilakukan pihaknya untuk mengantisipasi kemunculan buaya di daerah tersebut, melainkan terus mengimbau warga selalu waspada dengan mengurangi aktivitas di sungai rawan buaya, terutama saat malam hari di mana hewan itu biasa naik ke permukaan.
"Kami juga minta Camat, Lurah, hingga RT/RW supaya mengawasi ketat aktivitas warganya di sungai-sungai rawan buaya," ucap Makmur.
Lebih lanjut Makmur mengutarakan pihaknya bersama UPTD Damkar Bintan Timur telah berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pemkab Bintan maupun Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) terkait upaya pencegahan konflik buaya dan manusia, sehingga peristiwa buaya memangsa manusia di Sungai Lintas Barat tidak terulang di kemudian hari.
"Kami usulkan pemasangan papan peringatan rawan buaya di sejumlah titik. Kalau sudah ada instruksi, tinggal langsung dikerjakan," katanya.
Keberadaan buaya di wilayah Bintan diduga kerap berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain. Meskipun petugas Damkar telah mendeteksi habitat buaya tersebut, tapi sulit untuk menangkapnya akibat SDM dan peralatan yang minim, sehingga apabila tetap dipaksakan justru membahayakan nyawa para petugas Damkar itu sendiri.
Komentar