Malang (ANTARA) - Rehan, saksi mata yang juga penjaga warung di depan Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, membagikan ceritanya mengenai detik-detik kerusuhan yang terjadi di luar stadion pada Sabtu (1/10) malam.
"Sekitar pukul 11 malam suporter yang tidak terlibat kericuhan masuk ke warung kami, kebanyakan wanita sama anak-anak," ujar penjaga warung depan Stadion Kanjuruhan, Rehan di Malang, Ahad.
Pada saat terjadi pembakaran mobil di depan stadion, Rehan mengaku depan warung yang ia jaga menjadi tak kondusif. "Ricuh banget suasananya, saya juga takut," ujar dia.
Usai terjadi pembakaran sejumlah mobil tersebut aparat menembakkan gas air mata di depan warung tersebut. Para pengunjung langsung berhamburan.
"Ada yang nangis, teriak-teriak, mata perih soalnya," kata Rehan.
Terhitung hingga tiga kali gas air mata ditembakkan aparat di depan warung yang menjual makanan dan minuman tersebut.
"Sempat saya tanyakan ke polisi pagi tadi, katanya kemungkinan itu salah tembak kalau sampai masuk warung, tapi iya masak salah tembak sampai tiga kali," ujar dia.
Rehan berharap tragedi ini tak terulang kembali di Indonesia khususnya di Malang.
"Saya ga pengen lihat kayak gitu lagi mas, ngeri, apalagi pas lihat tangisan perempuan dan anak-anak," katanya.
Sementara, Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polri mencatat data sementara jumlah korban meninggal dunia dalam tragedi kericuhan Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, sebanyak 125 orang.
Data sementara diperoleh dari hasil asesmen yang dilakukan Dokter Kesehatan (Dokes) Polda Jawa Timur dan Tim DVI pada Minggu, pukul 15.45 WIB.
"Data terakhir yang dilaporkan meninggal dunia 129 orang, tetapi setelah ditelusuri di rumah sakit terkait menjadi 125 orang," kata Ketua Tim DVI Polri Brigjen Pol. dr. Nyoman Eddy Purnama Wirawan.
Nyoman merinci dari 125 korban meninggal dunia yang sudah teridentifikasi sebanyak 124 orang, sisa yang belum teridentifikasi satu orang di RSSA.
Selain korban tewas, insiden kemanusiaan itu melukai 232 orang. Para korban mengalami luka-luka karena terinjak, patah tulang, dislokasi, engsel lepas, mata perih, dan kadar oksigen rendah.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Cerita penjaga warung depan stadion saat tragedi Kanjuruhan Malang
Komentar