Bintan (ANTARA) - Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) tidak memperkenankan siswa membawa lato-lato ke sekolah karena khawatir dapat menghambat aktivitas belajar dan mengajar di kelas.
Kepala Bidang Pembinaan Sekolah Menegah Pertama (SMP) Disdik Bintan Hosni menyebut bermain lato-lato di lingkungan satuan pendidikan bisa memicu siswa malas belajar, sedangkan di sisi lain mengganggu ketenteraman sekolah karena mainan itu menimbulkan suara berisik.
"Kami minta masing-masing satuan pendidikan mengawasi ketat, kalau ada siswa bawa lato-lato ke sekolah disita saja," katanya di Bintan, Rabu.
Dia mengatakan hingga saat ini belum ditemukan siswa yang kedapatan membawa apalagi bermain lato-lato saat jam belajar di sekolah.
Pihaknya juga meminta orang tua meningkatkan pengawasan terhadap anak-anak bermain lato-lato usai jam sekolah atau pulang ke rumah, agar jangan sampai mainan itu justru menyebabkan siswa menjadi malas belajar di rumah apalagi mengganggu kenyamanan warga sekitar.
"Kalau di luar sekolah, kita punya tanggung jawab bersama mengawasi aktivitas anak-anak. Jika main lato-lato ini dirasa berdampak negatif bagi mereka, sebaiknya dilarang saja," ucap Hosni.
Latto-latto adalah mainan berupa dua buah bola plastik berbobot padat keras dan permukaan halus yang diikat seutas tali dengan cincin jari di tengah. Permainan ini adalah jenis permainan ketangkasan dengan mengandalkan keterampilan fisik.
Belakangan fenomena main lato-lato marak di kalangan anak-anak, remaja, bahkan orang dewasa. Khusus di Pulau Bintan (Tanjungpinang-Bintan), mainan ini dapat dengan mudah dibeli di toko-toko mainan sampai pedagang kaki lima yang berjualan di pinggir jalan. Harganya bervariasi, mulai dari Rp10 ribu sampai Rp15 ribu per buah.
Komentar