Batam (ANTARA) - Pemerintah Kota Batam Kepulauan Riau mencatat angka stunting atau gagal tumbuh kembang anak akibat gizi kronis di daerah itu menurun dari 17,5 persen pada 2021 menjadi 15,2 persen pada 2022.
Angka itu berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), kata Wakil Wali Kota Batam Amsakar Achmad di Batam, Sabtu.
Pemkot juga mencatat, angka stunting berdasarkan Elektronik-Pencacatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (EPPGBM) di Batam terus mengalami penurunan, dari 7,21 persen di tahun 2020, menjadi 6,02 persen pada 2021, dan kembali berkurang jadi 2,4 persen pada 2022.
"Artinya ada penurunan sekitar 4 persen untuk data dari EPPBGM, dan penurunan 2,3 persen untuk SSGI. Jadi ada 2 data dan keduanya memperlihatkan penurunan angka yang cukup signinifikan," kata Amsakar yang juga menjabat sebagai Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting Kota Batam.
Lebih lanjut ia menjelaskan hingga saat ini pihaknya memiliki sekitar 1.600 kader yang bergerak dalam penanganan stunting.
"Selain itu juga didukung dari seluruh posyandu dan puskesmas. Kemudian 8 Kantor Urusan Agama (KUA), serta perguruan tinggi se-Batam," ujar dia.
Menurut Amsakar program Bapak dan Ibu Asuh Anak Stunting yang melibatkan pihak TNI merupakan langkah efektif untuk menekan angka stunting di Kota Batam.
"Jadi sekarang semua komponen di daerah sudah bergerak untuk meminimalisir stunting ini," kata dia.
Ia mengatakan, penekanan angka stunting merupakan salah satu upaya mempersiapkan generasi unggul untuk menghadapi bonus demografi pada tahun 2030 dan Indonesia Emas 2045.
"Sebenarnya generasi ini bisa dijaga dengan cara kita memberikan atensi atau perhatian kolektif," kata Amsakar.
Komentar