Erdogan: Seruan perdamaian di Jalur Gaza tidak berhasil karena sikap negatif AS

id Presiden TurkiRecep Tayyip Erdogan,amerika serikat,konflik israel palestina,jalur gaza

Erdogan: Seruan perdamaian di Jalur Gaza tidak berhasil karena sikap negatif AS

Arsip Foto - Presiden Turki Tayyip Erdogan berpidato pada Sidang ke-78 Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York, Amerika Serikat, Selasa (19/9/2023). (ANTARA/REUTERS/Brendan McDermid/am.)

Istanbul (ANTARA) - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan seruan perdamaian di Jalur Gaza, di mana Israel telah menewaskan lebih dari 28.000 orang, tidak membuahkan hasil karena pendekatan negatif dari Amerika Serikat.

“Meskipun AS mengklaim telah mengirimkan beberapa pejabat tingkat tinggi ke wilayah tersebut dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah ini, hasil nyata masih belum tercapai. Terlepas dari situasi tersebut, kami terus mengupayakan gencatan senjata dan perdamaian, karena kami melihat tidak ada jalan keluar alternatif," kata Erdogan.

Berbicara kepada wartawan dalam penerbangan pulang dari Mesir, Kamis, Erdogan mengatakan pandangan yang diungkapkannya pada awal konflik di Gaza kini turut digaungkan di Barat.

Dia mengatakan, serangan di Jalur Gaza, yang berlangsung sejak serangan kelompok Hamas Palestina pada 7 Oktober 2023, mencerminkan "lemahnya hati nurani" Israel.

Presiden Turki itu menegaskan, keamanan masyarakat di wilayah kantong Palestina itu "tidak bisa dikompromikan".

“Umat manusia harus mendengar seruan ini sesegera mungkin. Tanggung jawab dan akuntabilitas untuk tetap diam dalam menghadapi genosida ini sangatlah besar," kata Erdogan.

“Sejarah akan menghakimi mereka yang membiarkan pembunuhan yang disengaja terhadap orang-orang tersebut. Mereka yang terlibat dalam genosida ini telah dinyatakan bersalah di dalam sejarah,” kata dia

Erdogan mencatat bagaimana beberapa negara yang pada awalnya memihak Israel kini “menyatakan penyesalan,” dan mengatakan bahwa Turki terus mengupayakan “perdamaian abadi.”

“Dunia tidak dapat mengabaikan bahwa solusi terletak pada negara Palestina yang merdeka dan berdaulat dengan ibu kotanya di Yerusalem Timur berdasarkan perbatasan tahun 1967,” kata Presiden Erdogan.

Turki, kata dia, tidak hanya membela saudara-saudaranya di Palestina, tetapi juga membela hak asasi manusia serta hukum perdamaian internasional.

“Apakah memaksa warga sipil ke daerah yang seharusnya aman sebelum mengebomnya sejalan dengan nilai-nilai kemanusiaan, hukum perang, hukum internasional, dan hak asasi manusia?” tanya Erdogan.

Dia juga mendesak perubahan struktur sistem global yang terdistorsi, yang kini membuka jalan bagi pembantaian baru, serta menggarisbawahi perlunya mekanisme pengawasan yang efektif.

Ia merujuk pada perkembangan positif dalam pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza, yang telah dia diskusikan dengan Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi,



Sumber: Anadolu

Prancis menentang...

Komentar

Komentar menjadi tanggung jawab anda sesuai UU ITE