Kuala Lumpur (ANTARA) - Malaysia mengutuk keras serangan brutal yang dilakukan pasukan rezim Israel (IOF) di Rafah, pada Jumat (12/4) yang terang-terangan menyerang dan melukai konvoi bantuan kemanusiaan dan relawan.
Kementerian Luar Negeri Malaysia (Wisma Putra) dalam pernyataan media diterima di Kuala Lumpur, Minggu, mengatakan serangan itu termasuk kepada pekerja bantuan yang menangani bantuan dari Malaysia melalui Operasi (Ops) Ihsan.
Serangan terhadap pekerja kemanusiaan, relawan, dan individu tak bersenjata yang melakukan upaya bantuan sama sekali tidak bisa diterima.
Pernyataan itu menyebutkan bahwa kekejaman yang dilakukan Israel itu mencerminkan kekejaman yang melampaui pemahaman dan pembenaran apa pun. Tidaklah cukup lagi hanya mengutuk tindakan tirani itu secara menyeluruh.
Sudah saatnya komunitas internasional bersatu dan menuntut Israel menghentikan tindakan tidak manusiawi tersebut dan bertanggung jawab atas kejahatan mereka.
Jika Israel sebelumnya mengklaim bahwa tindakan tersebut merupakan tindakan yang diperlukan untuk membela diri, tindakan mereka sejak Oktober tahun lalu jelas menunjukkan kebalikannya. Pernyataan itu menyebutkan Israel jelas-jelas merupakan pihak yang menyerang dan meneror.
Di saat bantuan sangat dibutuhkan untuk menjangkau rakyat Palestina, rezim Israel terus menerapkan pembatasan dan penghalang untuk menyiksa orang lanjut usia, orang sakit, perempuan dan anak-anak.
Itu kedua kalinya operasi Ops Ihsan diganggu, dan nyawa para relawannya terancam tanpa alasan. Serangan pertama terjadi pada 14 Maret 2024 yang merenggut nyawa delapan warga Palestina dan melukai lebih dari dua puluh lainnya.
Sementara itu, dari Jakarta dilaporkan, Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas mengajak seluruh dunia mendukung masyarakat Palestina demi mewujudkan negara yang merdeka dan berdaulat.
"Dunia harus bersatu mendukung berdirinya negara Palestina yang merdeka dan berdaulat," katanya dalam keterangan di Jakarta, Minggu.
Anwar menilai penyelesaian terhadap permasalahan Palestina dan Israel melalui perundingan hanya membuang-buang waktu, karena Amerika Serikat (AS) memiliki hak veto untuk tidak mengesahkan keputusan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang merugikannya.
Hal tersebut, kata dia, menyebabkan konflik antara Israel dan Palestina tak kunjung meredup sejak 1948 silam, meski telah melalui berbagai perundingan.
"Sudah tiba waktunya bagi negara-negara yang mendukung perjuangan rakyat Palestina, terutama dari negara-negara yang bertetangga dengan Palestina tersebut untuk membantu," ucapnya.
Anwar menyebut saat ini terdapat kekuatan besar seperti Rusia dan China, dibantu dengan beberapa negara lain seperti Turki dan Iran untuk dapat mewujudkan kemerdekaan Palestina.
Meskipun saat ini kekuatan adidaya AS berada bersama Israel, ia menyebut masyarakat dunia tidak perlu takut dalam menghadapinya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Malaysia kutuk serangan Israel terhadap pekerja kemanusiaan di Rafah
Komentar