Bukittinggi,- (ANTARA) -
Pemkot Bukittinggi, Sumatera Barat (Sumbar) segera mencarikan solusi terkait musibah banjir aliran Sungai Ngarai Sianok.
"Kami akan meminta kajian Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) jika dari Pemerintah Provinsi Sumatera Barat tidak ada solusi, kami akan minta ke pusat," kata Wakil Wali Kota Bukittinggi Marfendi, Senin.
Marfendi bersama Kepala Damkar dan Camat Guguk Panjang mengunjungi langsung lokasi banjir Sungai Ngarai Sianok yang disebabkan jebolnya salah satu sumbatan di aliran hulunya, Senin
"Kejadian tadi tanpa adanya hujan, tiba-tiba saja. Nantinya BKSDA kami minta bekerjasama mengecek titik aliran yang jebol. Normalisasi sungai diperlukan agar kejadian tidak berulang," katanya.
Pemkot Bukittinggi memastikan tidak ada korban jiwa yang timbul dari kejadian yang mirip dengan musibah banjir bandang di Kabupaten Agam.
"Tidak ada korban jiwa karena di kejadian serupa pada akhir April lalu sudah dilarang adanya aktivitas jual beli di bibir sungai," kata dia.
Warga sudah diminta waspada dengan sebagian mengungsi ke rumah kerabatnya di daerah aman
Camat Guguk Panjang Yelrizon menambahkan terdata tujuh rumah mengalami rusak berat dengan 14 KK ikut terdampak.
"Ada tujuh rumah yang rusak, puluhan orang mengungsi ke rumah saudaranya. Proses rekonstruksi disegerakan. Sungai Ngarai Sianok di bawah pengawasan Pemprov Sumbar," katanya.
Komandan Kodim (Dandim) 0304/ Agam, Letkol Arm Bayu Ardhitya mengimbau warga yang berdomisili di sekitar Sungai Ngarai Sianok Kota Bukittinggi, Sumatera Barat agar sementara mengungsi karena air sungai itu tiba-tiba meluap, Senin (3/6) sekitar pukul 15.00 WIB.
"Luapan ini berasal dari aliran pertengahan sungai di Ngarai Sianok bagian Koto Gadang. Diperkirakan ada sumbatan kemudian jebol dan meluap tiba-tiba ke bawah," katanya di Bukittinggi, Senin.
Dandim bersama Polresta Bukittinggi dan pemerintah daerah setempat menegaskan larangan tinggal sementara di wilayah aliran Sungai Sianok.
"Ini buffer zone atau wilayah penyangga. Diminta warga menjauhi kiri kanan 50 meter dari sungai. Tidak layak menjadi tempat tinggal, arus masih kencang," tegasnya.
Menurutnya proses relokasi bagi warga yang bertempat tinggal dan menjadi korban harus dilakukan secepatnya.
"Normalisasi sungai memang penting, tapi relokasi harus diutamakan. Jangan sampai kejadian berulang," katanya
Komentar