Batam (Antara Kepri) - Sebanyak 54 dari 9.353 siswa SMP/sederajat di Batam tidak lulus ujian nasional 2013 dan harus mengikuti kejar paket B, kata Kepala Dinas Pendidikan Kota Batam Muslim Bidin di Batam, Sabtu.
"Siswa SMP yang tidak lulus 44 orang ditambah siswa MTs 10 orang," kata Muslim Bidin usai rapat dengan Dinas Pendidikan Kepulauan Riau.
Siswa tidak lulus UN karena nilai rata-ratanya di bawah 5,5 dan atau ada nilai mata pelajaran yang di bawah 4.
Menurut Muslim, siswa yang tidak lulus tersebar di sekolah pulau utama dan pulau pesisir.
Sementara tingkat kelulusan UN SMP/sederajat di Batam mencapai 99,5 persen, naik dibanding tahun sebelumnya yang 97 persen. Nilai itu merupakan tingkat kelulusan terbaik di Kepri setelah Bintan.
Sebenarnya, menurut Muslim, nilai UN SMP di Batam tertinggi di Kepri, namun setelah digabung dengan hasil MTs, persentase menurun. "Kenapa nilai MTs begitu, saya tidak tahu. Itu wewenang Kemenag," kata dia.
Dari 10 besar siswa peraih nilai UN SMP tertinggi, delapan di antaranya siswa Batam. Bahkan, angka paling baik diraih siswa SMP 3 Batam atas nama Alif Utama dengan nilai 38,6.
Sedang tujuh siswa Batam lain yang masuk 10 besar Kepri berasal dari SMP Putra Batam, SMP 6, SMP Djuwita dan SMP Muhajirin. "Anak-anak dari sekolah itu mendominasi 10 besar," kata Muslim.
Ia berharap pemerintah kota memberikan apresiasi kepada peraih UN tertinggi se-Kepri agar mereka lebih semangat belajar dan memicu siswa lain untuk mengukir prestasi.
"Saya maunya diberi reward, tetapi harus dikoordinasikan dulu," kata dia.
Di Jakarta, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh meminta siswa yang belum lulus untuk tidak patah semangat dan belajar lagi untuk mengikuti ujian paket B.
"Untuk siswa SMP yang belum ditakdirkan lulus jangan putus asa. Masih ada kesempatan ikut ujian paket B, dan nanti bila lulus masih dapat mendaftar untuk SMA. Pokoknya pendidikan tidak boleh terputus," ujar Nuh.
Menteri mengemukakan pihaknya menyerahkan cara pengumuman hasil UN kepada pihak sekolah.
"Kami tidak mengatur tentang itu, boleh pakai amplop, secara online, atau boleh juga dengan mengundang orang tua murid. Itu bagian dari kewenangan sekolah masing-masing," ujarnya. (Antara)
Editor: Rusdianto
Komentar