Batam (ANTARA) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kepulauan Riau (KPw BI Kepri) melaporkan bahwa angka inflasi di provinsi itu stabil, namun kenaikan tarif listrik tetap menjadi tantangan yang dapat mempengaruhi stabilitas inflasi.
Kepala KPw BI Kepri Rony Widijarto mengungkapkan bahwa meskipun inflasi di Kepri cenderung melambat, angka inflasi di daerah ini relatif lebih tinggi dibandingkan dengan beberapa wilayah lain di Indonesia.
“Inflasi di Kepri tidak didominasi oleh kenaikan harga pangan, melainkan lebih dipengaruhi oleh kenaikan tarif listrik,” katanya saat dihubungi di Batam, Senin.
“Seperti kita ketahui, Batam dikecualikan untuk mendapatkan diskon tarif listrik. Sementara itu, listrik memiliki bobot pengeluaran 5,5 persen dalam konsumsi rumah tangga, sehingga kenaikannya berdampak signifikan terhadap inflasi,” ujarnya.
Menurutnya, kenaikan tarif listrik bersifat lebih persisten dibandingkan bahan pangan, artinya jika harga pangan bisa mengalami penyesuaian setelah periode tertentu, kenaikan tarif listrik cenderung bertahan dalam jangka panjang.
Provinsi Kepri mencatat inflasi tahunan sebesar 2,09 persen year on year (yoy) pada 2024, yang dipengaruhi oleh kenaikan harga beberapa komoditas utama.
Emas perhiasan memberikan andil inflasi sebesar 0,4 persen (yoy), sementara dari kelompok administrasi harga (AP), tarif parkir menyumbang 0,2 persen (yoy) dan tarif listrik sebesar 0,18 persen (yoy).
Pada Januari 2025, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat sebesar 0,43 persen (mtm), dengan inflasi tahunan mencapai 2,01 persen (yoy).
Angka tersebut, menurutnya, masih dalam rentang sasaran inflasi 2,5±1 persen dan diproyeksikan bertahan hingga akhir 2025.
Selain listrik, kenaikan tarif bahan bakar minyak (BBM) dan retribusi daerah seperti tarif BDIM (Biaya Distribusi dan Infrastruktur Masyarakat) juga berpotensi menjadi faktor inflasi yang perlu diwaspadai.
"Jika ada kenaikan tarif listrik, BBM, atau retribusi lainnya, dampaknya akan terasa dalam jangka waktu satu tahun penuh. Ini berbeda dengan bahan pangan yang bisa naik turun dalam periode tertentu," katanya lagi.
Untuk menjaga inflasi tetap terkendali, BI Kepri terus berkoordinasi dengan pemerintah daerah, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID), serta berbagai pemangku kepentingan lainnya.
Salah satu strategi yang akan terus diperkuat adalah menjaga pasokan bahan pokok dan mengoptimalkan kebijakan stabilisasi harga, terutama menghadapi potensi kenaikan harga di momen-momen tertentu seperti bulan suci Ramadhan.
Baca juga: BI Kepri dorong QRIS Cross Border mudahkan wisman di Batam
Komentar