Program Natuna Membaca 2017

id Minat Baca Natuna, Perpustakaan daerah Natuna, Basri

Program Natuna Membaca 2017

Ir. Basri Kepala Dinas Perpustakaan Daerah dan Kearsipan Kabupaten Natuna (Antara kepri/Cherman)

Kepala Dinas Perpustakaan dan Kersipan Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau, Ir. Basri mengatakan keberadaan perpustakaan dan arsip juga merupakan bagian terpenting di sebuah daerah. Hadirnya perpustakaan sebagai salah satu tempat menyimpan aneka buku berisikan segudang ilmu pengetahuan. Begitu juga arsip yang menyimpan surat-surat, dan dokumen penting milik daerah. “ Kan tidak semua orang menganggap hal ini penting. Orang beranggapan kerja di perpustakaan hanya ngelap-ngelap, dan susun-susun buku “ ujar Basri.

Padahal kata Basri, suatu daerah bisa saja berkembang dengan cepat jika masyarakatnya memiliki banyak pengetahuan. Salah satu cara untuk memperoleh pengetahuan menurut Basri bisa di dapatkan dengan cara giat membaca. Sebab masyarakat di negera-negara berkembang minat bacanya sangat tinggi. “ Jadi ini bukan membangun fisik. Membangun fisik berbeda dengan membangun manusianya. Saya kasih contoh negara-negara maju, negara yang rasio minat bacanya tinggi, negara itu lebih stabil dan makmur. Negara-negara masuk 10 besar yang rasio minat bacanya tinggi seperti Irlandia, Norwegia, Denmark, dan Singapura. Berdasarkan hasil riset Singapura termasuk negara paling pintar. Kalau America itu masih pada urutan kesepuluh “ ungkap Basri.

Menurut Basri, disetiap negara berkembang di ketahui masyarkatnya gemar membaca dan memiliki ilmu pengetahuan yang luas. Disiplin membaca terlihat jelas pada diri masyarakat di negara-negara berkembang tersebut. “ Negara paling pintar adalah negara-negara yang minat bacanya sudah tinggi. Kita lihat Singapura, dan Jepang, orang kalau ngumpul baca buku, duduk dalam kereta atau naik apa saja, itu biasanya baca buku, di pesawat mereka baca buku. Nah orang Indonesia kalau ngumpul pada umumnya ngerumpi. Baca itu bisa melalui buku digital, media sosial, dan lain-lain. Intinya banyak baca banyak tau. Banyak tau berarti hidup akan mudah. Kalau kita banyak enggak tau kan jadi susah, secara logika seperti itu “ terang Basri. Senin (15/5).

Basri memastikan saat ini dinas yang di pimpinya sudah merancang sejumlah program guna menggenjot minat baca masyarakat. “ Untuk menumbuhkan minat baca ini multi factor. Mulai dari mendekatkan buku kepada masyarakat. Jadi buku tidak bisa statis, dari tahun ke tahun hanya itu saja. Takutnya lama-lama orang  yang sudah ke perpustakaan jadi malas, apalagi yang belum. Kita harus membuat program yang pada akhirnya menumbuhkan minat baca. Beberapa minggu lalu kami sudah membuat program lomba bercerita anak-anak tingkat SD dan Madrasah Ibtidaiyah. Kenapa kita buat itu, karena ingin menumbuhkan minat baca dari dini. Anak-anak yang mengikuti lomba bercerita, otomatis dia akan membaca “ tegas Basri.

Basri menerangkan, ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk dapat meningkatkan minat baca bagi anak-anak. Bisa melalui kegiatan lomba menulis cerpen, puisi, menggambar, dan bedah buku. Semua itu bisa di lakukan jika kesiapan anggaranya menjanjikan. “ Nah, ini berkelanjutan mulai dari tingkat Desa, dan Kecamatan. Nanti yang juara di Kecamatan kita bawa ke Kabupaten. Dari Kabupaten ke Provinsi, yang juara di tingkat Provinsi ke Nasional. Semua Kecamatan di Natuna ini kan tersebar, otomatis program-program ini bisa kita wujudkan manakala ada dukungan anggaran. Kalau anggaran kita terbatas otomatis ruang gerak kita juga ikut terbatas “ papar Basri.

Basri memastikan, program yang sedang di rancangnya saat ini sejalan dengan keinginan Bupati Natuna. Tinggal menunggu kapan bisa direalisasikan, karena usulan tersebut sudah di sampaikan kepada Bupati Natuna. “ Sekarang Dinas Perpustakaan dan Kearsipan sesuai dengan Visi Bupati yakni Masyarakat Natuna yang Cerdas Mandiri Dalam Kerangka Keimanan dan Budaya Tempatan. Melalui dinas ini kita ingin membuat program Natuna Membaca. Jadi program Natuna Membaca ini kegiatannya fisik dan non fisik. Fisiknya apa, bagaimana membangun satu desa satu perpustakaan. Tujuanya mendekatkan buku kepada masyarakat. Kedua setelah program itu terwujud kita ingin membina perpustakaan sekolah dan umum. Perpustakaan umum kedepan akan menjadi top senter pusat anak muda. Supaya kedepan dia bisa menjadi pusat ilmu pengetahuan di desa.  Nah itu yang kita ingin mewujudkan “ papar Basri.

Lebih jauh, Basri memastikan tindak lanjut dari usulan tersebut sudah di sampaikan kepada setiap Kepala Desa. “ Jadi kita juga perlu pembangunan fisiknya. Kita sudah surati Pak Bupati. Pak Bupati surati desa supaya mengalokasikan dana desa guna pengembangan perpustakaan di setiap desa. Jadi inilah wujud bahwa kita serius ingin masyarakat desa cerdas. Program ini tahun depan, tapi kita usulkan sekarang, karena dalam proyek pemerintah enggak bisa hari ini mau, hari ini juga di buatkan. Kita harapkan program ini bisa terwujud. Jadi Dinas Perpustakan dan Kearsipan akan terus membuat program-program yang berkaitan dengan peningkatan minat baca. Semua itu tidak terlepas dari politik anggaran yang berpihak, baru bisa terwujud “ imbuh Basri.

Sebagai Kepala Dinas yang diberi amanah, Basri meminta agar tidak ada penilaian negatif terkait jumlah anggaran yang di usulkan untuk mensukseskan program tersebut.  “ Omong kosong kalau bicara program tanpa didukung dengan anggaran. Program kerja bisa terwujud manakala ada anggaranya. Bukan berarti tanpa anggaran enggak bisa. Contoh kita mau ke Penagi, kalau kendaraan enggak ada minyak atau ongkos enggak nyampe dong. Kedepan PR kita besar, bagaimana perpustakaan ini menjadi SKPD yang exsis. Nah, kalau kita menganggap biaya-biaya yang dikeluarkan untuk pengembangan perpustakaan itu beban, tentu sulit maju. Kalau kita anggap biaya-biaya yang digunakan untuk pengembangan perpustakaan, baik pembangunan gedung atau fisiknya maupun pengadaan buku-buku, termasuk pelatihan dan segala macamnya sebagai investasi, baru kedepan kita bisa maju “ katanya menegaskan.

Basri menceritakan, di samping perpustakaan daerah, saat ini pihaknya sudah memiliki sebanyak tujuh perpustakaan kecamatan. Disamping itu, ada juga perpustakaan sekolah. “ Kalau perpustakaan sekolah itu Dinas Pendidikan, pembinaannya kita. Jadi dari tujuh perpustakaan yang ada, masaalahnya buku sudah terlalu lama. Dari tiga, empat tahun lalu bukunya itu saja. Kemudian jumlahnya juga sedikit, kita lihat orang-orang yang rajin ke perpustakaan juga sudah mulai berkurang. Karena bukunya tidak berubah. Jadi sekarang kami coba melakukan mutasi atau rotasi buku supaya pembaca tidak bosan. Untuk perpustakaan sekolah kami akan buat pola pinjam pakai. Contoh di SD Segeram, mereka mengajukan pinjam pakai ke kita. Kemudian kita buat paketnya 300 buku, kita pinjam pakaikan pertriwulan. Terus kita evaluasi, kalau mereka merasa buku itu masih perlu, kita perpanjangkan “ tutur Basri.

Dalam hal ini, Basri juga berharap adanya dukungan dari insan pers sebagai penyampai informasi. Guna menggenjot minat baca serta melahirkan kesadaran masyarakat bepata pentingnya buku. “ Kedepan saya juga berharap melalui media yang ada, seperti RRI mungkin saya perlu bicara disana supaya menumbuhkan minat baca terutama di kalangan masyarakat umum. Kalau kita bicara kendala pertama anggaran, kedua SDM. Ketiga mungkin kurangnya perhatian setiap instansi dalam menumbuhkan minat baca itu “ katanya menilai.

Lebih jauh lagi Basri menjelaskan, saat ini minat baca masyarakat Indonesia tidak mencapai angka 0,1 persen, hanya berkisaran 0,097 persen. Karena itu, upaya melahirkan minat baca menjadi sangat penting diciptakan. “ Sekarang bagaimana kita mendorong, mendekatkan perpustakaan dengan masyarakat. Makanya saya ingin nantinya ada perpustakaan keliling. Orang bisa datang langsung pilih buku, setelah di baca terus kembalikan. Judulnya bukan perpustakaan keliling, tetapi pelayanan perpustakaan proaktif. Saat ini dinas kita sudah punya tiga, kita punya jadwal ke sekolah-sekolah. Upaya kita bagaimana bisa merebut perhatiannya “ jelas Basri.

Sejauh ini, Basri melihat buku-buku yang ada di perpustakaan daerah kebanyakan hanya diminati oleh para pelajar dan mahasiswa. Sedangkan masyarakat umum masih terbilang langka. “ Kalau orang dulu bilang membaca itu jendela dunia. Sebenarnya membaca itu sudah bukan jendela lagi, tetapi gerbang dunia. Saya melihat memang sedikit orang memiliki hobby membaca. Kalau bicara Natuna mohon maaf, yang hobby membaca itu paling anak-anak sekolah dan mahasiswa “ katanya mengakhiri. ( Antara )

 

 

 

 

Editor : Rusdianto

Komentar

Komentar menjadi tanggung jawab anda sesuai UU ITE