Lima jam memeluk tubuh istri di lautan lepas

id km berkat anugrah tenggelam,mv oceana 10

Lima jam memeluk tubuh istri di lautan lepas

Sejumlah awak MV Oceana 10 saat melakukan proses evakuasi para penumpang KM Berkat Anugrah yang karam di perairan Lingga. (Antaranews Kepri/Istimewa)

Tidak lama kemudian kata Sarbini, kapal sudah tidak mampu lagi bertahan di atas air laut dan secara perlahan tenggelam.
Batam (Antaranews Kepri) - Sarbini menatap kosong saat ditemui di kediamannya di Bengkong Nusantara I Blok C Nomor 16, Kota Batam Provinsi Kepulauan Riau. Kedua matanya masih terlihat basah dan memerah karena belum bisa melupakan peristiwa naas yang merengut nyawa istrinya, Eri, di perairan Pulun Kecamatan Daik Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau.

Sarbini merupakan salah seorang korban selamat dalam peristiwa kecelakaan laut KM Berkat Anugerah GT 20 yang bertolak dari Nipah Panjang, Provinsi Jambi menuju pelabuhan Bagan Piayu Kecamatan Sei Beduk, Kota Batam.

Pria 55 tahun itu menceritakan kapal yang bermuatan 10 ton kelapa bulat dan lima ton pisang itu berangkat dari Nipah Panjang pada Minggu (24/6) sekira pukul 21.00 WIB. Selama perjalanan tidak ada firasat apa pun yang dirasakan Sarbini dan delapan penumpang lainnya.

Sarbini bahkan tidak begitu memperhatikan cuaca di luar karena kondisinya sedang kurang enak badan.

"Saya saat itu sakit dan hanya bisa berbaring di kamar," kata Sarbini kepada Antara, di Batam, Senin.

Ayah dua orang anak itu menambahkan, dirinya saat itu baru pertama kali tidur di dalam kamar. Karena biasanya saat kondisi fisiknya yang fit, ia selalu duduk bahkan tidur di atas tumpukan kelapa. Sementara kamar hanya dihuni oleh penumpang perempuan.

Peristiwa pilu itu sama sekali tidak pernah diduga oleh Sarbini. Pria asal Pati, Jawa Tengah itu mengaku sudah kerap menggunakan jasa kapal kargo untuk menuju Jambi bersama sanak keluarganya.

"Saya ada keperluan keluarga di Jambi, saya berangkat bersama anak dan istri," ucap Sarbini sembari terisak.

Sarbini menuturkan saat air masuk ke dalam kapal karena dihantam badai, keadaan menjadi mencekam.

Para penumpang laki-laki bersama anak buah kapal (ABK) bekerjasama untuk memperbaiki mesin penyedot air. Namun usaha mereka sia-sia. Air terus masuk hingga memenuhi seluruh sudut kapal.

"Kejadiannya sekitar jam 07.30 WIB dan yang saya dengar mesin penyedot air baik yang kecil dan besar macet," tutur Sarbini sembari menerawang ke langit-langit ruang tamu rumahnya.

Tidak lama kemudian kata Sarbini, kapal sudah tidak mampu lagi bertahan di atas air laut dan secara perlahan tenggelam.
. Korban meninggal KM Berkat Anugrah yang tenggelam di perairan Lingga, Minggu (24/6). (Antaranews Kepri/Nurjali)

Bertahan di atas pecahan kapal
Ketika kapal tenggelam, para penumpang dan ABK kata termasuk dirinya panik dan mencoba menyelamatkan diri masing-masing dengan naik ke atas bagian kapal yang terpecah karena dihantam badai.

Sarbini yang sudah berada di atasnya teringat dengan sang istri dan langsung mencari Eri yang sempat tenggelam.

"Istri saya tidak bisa berenang dan sudah sempat saya bawa ke atas breast (bagian depan kapal yang terpecah)," kata Sarbini.

Saat itu kata Sarbini, pendamping hidupnya itu masih bernapas dan bisa menjawab pertanyaan yang dilontarkan kepadanya.

"Waktu di atas saya tanya dia masih menjawab dan saya terus peluk dia," kata Sarbini.   

Tidak lama kemudian kata Sarbini, badai kembali datang sehingga mereka kembali masuk ke dalam air. Saat kejadian itu lanjut Sarbini, dirinya terus memeluk erat tubuh istrinya agar tidak terlepas. Bahkan ia tidak lagi memikirkan kesehatannya.

"Didalam pikiran saya saat itu hanya terlintas bagaimana caranya untuk menyelamatkan istri saya," kata Sarbini sembari tertunduk dan terisak.

Ketika badai kedua menghantam, Sarbini tidak lagi mendengar suara sang istri saat dirinya melontarkan pertanyaan. Meski dengan tenaga yang sudah mulai habis, Sarbini terus berusaha untuk terus memeluk tubuh wanita yang dicintainya tersebut.

Salah seorang ABK yang melihat Sarbini kelelahan langsung membantunya untuk naik ke atas pecahan kapal bersama tubuh pucat sang isteri.

"Lima jam kami terombang ambing di tengah laut dan selama itu juga saya terus sekuat tenaga memeluk istri saya," kata Sarbini sambil berurai air mata.

Sarbini mengatakan, dirinya bersama anak dan istrinya memilih menumpang kapal kargo yang membawa kelapa dan pisang karena biayanya lebih murah dibandingkan menggunakan kapal Pelni tujuan Jambi-Batam.

Namun hal itu kata Sarbini bukan menjadi alasan utama mereka memilih menggunakan kapal kargo.

"Memang murah kami bayar Rp250 ribu, tapi ini lebih karena langsung sampai dekat sini (Batam)," ujarnya.

Bantuan datang
Pada pukul 12.30 WIB MV Oceana 10 yang kebetulan melintas di lokasi kejadian langsung memberikan pertolongan kepada para korban. Sarbini yang saat itu sudah mengigil kedinginan terus memegang jasad sang istri sembari menunggu giliran untuk di evakuasi ABK dan beberapa penumpang MV Oceana termasuk Kasat Narkoba Polres Lingga, AKP Felix Mauk.

Dalam evaluasi 12 orang berhasil diselamatkan mereka yaitu Arif (58) yang merupakan nakhoda kapal dan beralamat di Nipah Panjang Jambi, Adi (28) beralamat di Nipah Panjang Jambi, Saril (55) yang beralamat di Sumur Sabak Jambi dan Syaiful Rahman (15) beralamat di Nipah Panjang Jambi.

Kemudian Andi Hasbih (13) alamat Batuampar Kota Batam, Jumadi (21) alamat Nipah Panjang, Jambi, Andi Rosmawati (38) alamat Batuampar Kota Batam, Amat (5) alamat Batuampar Kota Batam, Sarbini (55) alamat Bengkong Nusantara Kota Batam, Selamat Santoso (17) alamat Bengkong Nusantara Kota Batam, Nude (70) dan Andre (30) asal Batam.

Sementara Eri (45) istri dari Sarbini tidak dapat diselamatkan dan meninggal dunia dalam kejadian tersebut.

Selain MV Oceana 10, evakuasi para korban juga dilakukan KP2006 Satpolair Polres Lingga, KP1007 dari Ditpolair Polda Kepri dan dibantu para nelayan dari Desa tanjung Kelit, Kecamatan Senayang, Kabupaten Lingga.(Antara)

Komentar

Komentar menjadi tanggung jawab anda sesuai UU ITE