Asita: 80 bus pariwisata Tanjungpinang berhenti beroperasi karena COVID-19

id Dampak corona

Asita: 80 bus pariwisata Tanjungpinang berhenti beroperasi karena COVID-19

80 Bus pariwisata di Tanjungpinang, Kepri, tak beroperasi dampak wabah covid-19. ANTARA/Ogen

Tanjungpinang (ANTARA) - Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata (Asita) Tanjungpinang-Bintan, Kepri, Sapril Sembiring menyebut sebanyak 80 bus pariwisata di daerah setempat tidak beroperasi akibat terdampak COVID-19.

Sapril Sembiring di Tanjungpinang, Selasa, menyatakan, kondisi ini sudah berlangsung sejak satu bulan terakhir, saat pemerintah Tiongkok dan Singapura melarang warganya berpergian ke luar negeri.

Seperti diketahui, selama ini turis dari kedua negara tersebut menjadi penyumbang kunjungan wisman terbesar ke wilayah Kepri. "Tamu Tiongkok dan Singapura, paling banyak menggunakan jasa bus pariwisata kita," kata Sapril.

Dia katakan, sebelum marak COVID-19, bus pariwisata yang membawa tamu dari Tiongkok, Singapura, dan ditambah wisatawan domestik, dalam sehari bisa beroperasi mencapai 40 hingga 60 unit.

"Tamu berkeliling mengunjungi objek-objek wisata di Tanjungpinang-Bintan, bahkan ada yang sewa bus sampai lima hari," imbuhnya.

Baca juga: Dinkes Batam pastikan warga observasi Covid-19 sehat

Kondisi terkini, kata Sapril, bus pariwisata yang beroperasi hanya sekitar 10 unit. Itu pun saat akhir pekan. "Tamunya itu rata-rata wisatawan domestik dari Batam," ungkapnya.

Lanjutnya, bus-bus tersebut kini terparkir di pool yang berlokasi di Jalan Daeng Celak, Kilometer 8 Tanjungpinang.

"Perawatan fisik kendaraan tetap berjalan, setiap hari mesin bus juga harus dipanaskan, biar tak rusak," tutur Sapril.

Baca juga: Pulau Bintan kekurangan pemindai suhu tubuh cegah corona

Disinggung mengenai nasib sopir bus pariwisata yang selama ini aktif bekerja. Sapril menyampaikan, bahwa sopir bus yang merupakan karyawan tetap hanya sekitar sepuluh orang, sementara sisanya kerja paruh waktu.

"Kalau sopir paruh waktu, biasanya tinggal tunggu panggilan saja," sebut dia.

Kendati demikian, Sapril mengaku belum menghitung berapa nilai kerugian imbas COVID-19 terhadap sektor bus pariwisata tersebut.

"Setahu saya, setiap bulan, pihak perusahaan harus bayar kredit bus pariwisata senilai ratusan juta rupiah ke pihak bank," ucapnya.

Baca juga: Australia akan gunakan UU biosekuriti batasi pergerakan penderita corona
 

Komentar

Komentar menjadi tanggung jawab anda sesuai UU ITE