Masjid Sultan Riau Penyengat bersiap sambut Ramadhan

id Masjid Sultan Riau Penyengat,Raja Ali Haji,Gurindam 12,Pulau Penyengat,Masjid Sultan Riau, masjid raya Sultan Riau

Masjid Sultan Riau Penyengat bersiap sambut Ramadhan

Masjid Sultan Riau di Pulau Penyengat, Kota Tanjungpinang, Kepri, menjadi salah satu masjid tua dan bersejarah di Indonesia. (Ogen)



Benda lainnya yang menarik untuk dilihat adalah sebuah mimbar yang terbuat dari kayu jati. Mimbar ini khusus didatangkan dari Jepara, sebuah kota kecil di pesisir pantai utara Jawa yang sejak lama terkenal dengan kerajinan ukirnya. Sebenarnya, ada dua mimbar yang dipesan waktu itu, yang satu adalah mimbar yang diletakkan di Masjid Sultan Riau, sedangkan yang satunya lagi, yang berukuran lebih kecil, diletakkan di masjid di daerah Daik Lingga.

Di dekat mimbar, Masjid Sultan Riau ini tersimpan sepiring pasir yang konon berasal dari tanah Makkah al-Mukarramah, melengkapi benda-benda lainnya, seperti permadani dari Turki dan lampu kristal yang merupakan hadiah dari Kerajaan Prusia (Jerman) pada Tahun 1860-an. Pasir ini dibawa oleh Raja Ahmad Engku Haji Tua, bangsawan Riau pertama yang menunaikan ibadah haji, yaitu pada Tahun 1820 M. Pasir tersebut biasa digunakan masyarakat setempat pada upacara jejak tanah, suatu tradisi menginjak tanah untuk pertama kali bagi anak-anak.



Selain itu, masjid yang memiliki tujuh pintu dan enam jendela ini juga dilengkapi dengan beberapa bangunan penunjang, seperti tempat wudhu, rumah sotoh, dan balai tempat melakukan musyawarah. Bangunan tempat mengambil air wudu berada di sebelah kanan dan kiri masjid. Adapun rumah sotoh dan balai tempat pertemuan berada di bagian kanan dan kiri halaman depan masjid.

Balai-balai yang bentuknya menyerupai rumah panggung tak berdinding itu dulu digunakan sebagai tempat untuk menunggu waktu shalat dan berbuka puasa pada Bulan Ramadhan, sedangkan rumah sotoh, bangunan dengan gaya arsitektur menyerupai rumah di Arab, namun beratap genting ini, sebelumnya merupakan tempat untuk bermusyawarah dan mempelajari ilmu agama.

Beberapa ulama terkenal Riau pada masa itu, seperti Syekh Ahmad Jabrati, Syekh Arsyad Banjar, Syekh Ismail, dan Haji Shahabuddin, pernah mengajarkan ilmu agama di tempat itu. Dalam dua kali pameran masjid pada Festival Istiqlal di Jakarta (1991-1995) disebutkan bahwa Masjid Raya Sultan Riau di Pulau Penyengat merupakan masjid pertama di Indonesia.

Pemerintah bersama warga Pulau Penyengat tetap berusaha melestarikan peninggalan sejarah Kerajaan Riau-Lingga di pulau itu. Pelestarian benda-benda cagar budaya di Pulau Penyengat di bawah pengawasan Pemkot Tanjungpinang, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, serta Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Batusangkar, Sumatera Barat dan Balai Arkeologi Medan.

Masjid Sultan Riau Pulau Penyengat senantiasa menarik perhatian para pengunjung dari berbagai daerah, terutama di Bulan Suci Ramadhan.

Pengunjung dari berbagai daerah Indonesia serta dari mancanegara, terutama dari Singapura dan Malaysia, berdatangan ke masjid itu. Selain untuk melaksanakan shalat, pengunjung juga menikmati keindahan masjid tua itu.

Ada pula pepatah mengatakan pengunjung belum dikatakan sah sampai ke Tanjungpinang, kalau tidak menginjakkan kakinya ke Pulau Penyengat.

 

Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Melihat kesiapan Masjid Sultan Riau Penyengat sambut Ramadhan

Keterangan : Isi dan maksud tulisan sepenuhnya tanggung jawab penulis, bukan tanggung jawab redaksi

Komentar

Komentar menjadi tanggung jawab anda sesuai UU ITE