Tanjungpinang (ANTARA) - Balai Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan (BKHIT) Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) mengakselerasi ekspor ikan ke China secara langsung dari daerah setempat, tanpa harus melalui Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta.
Kepala BKHIT Kepri Dokter Hewan (Drh) Herwintarti mengatakan pihaknya siap bersinergi bersama bea cukai dan otoritas di pelabuhan, agar berani mendorong komoditas lokal bisa diekspor langsung ke negara tujuan sesuai permintaan, sehingga berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat.
"Kami sudah berdiskusi dengan pihak-pihak terkait, menyangkut apa saja yang menjadi hambatan dan target yang akan dicapai," kata Drh Herwintarti saat memfasilitasi PT Bintan Intan Gemilang (BIG) mengekspor ikan segar ke China, di Pasar Barek Motor, Kijang, Kabupaten Bintan, Rabu.
Herwintarti menyampaikan dalam waktu dekat segera membuat tim khusus yang bertujuan melakukan bimbingan teknis, sekaligus mendampingi terkait proses persyaratan yang harus dipenuhi apabila melakukan ekspor ikan langsung ke China.
Ia berharap dalam kurun waktu satu tahun ke depan, upaya yang dilakukan dalam rangka mendorong akselerasi ekspor ikan langsung ke China itu membuahkan hasil positif.
"Kerja-kerja seperti ini tak bisa dilakukan Karantina Kepri saja, tapi harus dengan hilirisasi melibatkan pemerintah daerah dan pengelola transportasi, untuk memastikan proses bisnis alat angkut ekspor ikan tidak mengalami hambatan apabila dilalulintaskan melalui Kijang, Bintan," ujarnya lagi.
Dia melanjutkan bahwa sampai saat ini untuk komoditas wajib periksa karantina berupa produk ikan segar yang diekspor dari Kijang ke China, harus melewati Pelabuhan Tanjung Priok.
Seharusnya, menurut dia, Kepri yang identik dengan wilayah laut dan kekayaan sumber daya alam (SDA) ikan melimpah itu dapat mengekspor ikan langsung ke luar negeri, seperti China.
Pihak Karantina Kepri juga bersedia mendampingi jika ada persyaratan terkait protokol G to G, instalasi, produk dan laboratorium untuk mendukung kegiatan ekspor ikan ke luar negeri.
Termasuk mendorong keberadaan kontainer berstandar internasional, karena hal itu sangat berdampak pada kualitas dan mutu produk ikan yang diekspor.
"Kami optimistis bisa merealisasikan ekspor ikan langsung ke China, asal ada niat dan kemauan, serta dukungan penuh semua stakeholder terkait," katanya lagi.
Pemilik PT BIG Dinaria menyampaikan minimnya fasilitas perikanan, seperti pabrik pengolahan ikan hingga logistik di Pulau Bintan, menjadi tantangan bagi eksportir untuk mewujudkan ekspor ikan segar langsung ke negara tujuan.
Karena itu, kata dia, ekspor ikan segar yang dilakukan PT BIG dari Pelabuhan Kijang menuju Pelabuhan Tanjung Priok, baru kemudian dikirim ke China.
"Tantangan kita bukan sumber daya lagi, tapi lebih kepada logistik dan sinergi instansi terkait supaya bersama-sama mendorong ekspor langsung ke China," kata Dinaria.
Dia optimistis banyak eksportir yang berminat apabila keran ekspor ikan langsung dari Kijang ke China dibuka, karena ketersediaan sumber daya ikan sangat memadai, seiring letak geografis Kepri yang terdiri dari 96 persen lautan.
Ia memastikan PT BIG siap menyerap bahan atau produk ikan nelayan lokal serta tenaga kerja, apabila didukung manajemen logistik yang lengkap dan lancar untuk mengekspor langsung ikan segar dari Kijang ke China.
"Saat ini kami cuma mengolah satu persen dari total potensi perikanan di Kepri yang luasnya sebesar 96 persen, padahal potensi pasar ekspornya sangat besar," ujar Dinaria.
PT BIG turut berterima kasih kepada Karantina Kepri, karena telah membantu sertifikasi produk ikan segar yang diekspor agar memenuhi standar mutu dan keamanan pangan yang ditetapkan negara tujuan.
"Dengan sertifikasi itulah, membuat kita bisa ekspor ikan segar ke China. Total ada sekitar delapan ton yang diekspor hari ini," ujarnya pula.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: BKHIT mengakselerasi ekspor ikan ke China melalui Kepri
Komentar