Tanjungpinang (ANTARA) - BPS Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) mencatat jumlah masyarakat yang bekerja per Februari 2025 mencapai 1.016,54 ribu orang, atau meningkat 13,15 ribu orang dibandingkan Februari 2024 yang sebanyak 1.003.39 ribu orang.
Sedangkan sebanyak 75,21 ribu orang tercatat menganggur, atau bertambah 0,44 ribu orang dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebanyak 74,48 ribu orang.
Kepala BPS Kepri Margaretha Ari Anggorowati di Tanjungpinang, Selasa, mengatakan berdasarkan lapangan usaha, ada tiga lapangan usaha yang menyerap tenaga kerja paling banyak di Kepri, yakni industri pengolahan sebesar 20,81 persen, serta administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib, jasa pendidikan, jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 17,17 persen.
Kemudian, perdagangan besar dan eceran, reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor sebesar 14,96 persen.
Lebih lanjut Margaretha menuturkan terdapat enam lapangan usaha mengalami peningkatan tenaga kerja. Tiga lapangan usaha dengan peningkatan terbesar adalah informasi dan komunikasi, jasa Keuangan dan asuransi, real estat, dan jasa perusahaan (14,21 ribu orang).
Selanjutnya sektor pertanian, kehutanan dan perikanan (11,16 ribu orang), dan pertambangan dan penggalian, pengadaan listrik dan gas, pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah, dan daur ulang (7,04 ribu orang).
Sementara itu, empat lapangan usaha mengalami penurunan tenaga kerja, dengan penurunan terbesar pada konstruksi (13,83 ribu orang).
Ia menambahkan pada Februari 2025, penduduk bekerja paling banyak berstatus buruh, karyawan atau pegawai, yaitu sebesar 63,94 persen, sementara yang paling sedikit berstatus berusaha dibantu buruh tetap dan dibayar, yaitu sebesar 3,60 persen.
Selain itu, penduduk yang bekerja pada kegiatan formal sebanyak 686,59 ribu orang (67,54 persen), sedangkan yang bekerja pada kegiatan informal sebanyak 329,95 ribu orang (32,46 persen).
"Dibandingkan Februari 2024, persentase penduduk bekerja pada kegiatan formal mengalami kenaikan sebesar 0,74 persen poin," ujar Margaretha.
Komentar