Bintang bersinar di gelapnya Malam
Sangat indah tinggi menjulang
Kalo Mampir ke kota Batam
Tengoklah ikon Jembatan Barelang
Jembatan Barelang, ikon kota Batam yang terletak sekitar 20 km dari pusat kota Batam, terdiri dari enam buah jembatan yang menghubungkan tiga pulau besar Batam-Rempang-Galang dan beberapa pulau kecil yang termasuk dalam provinsi Kepulauan Riau.
Diprakarsai oleh Bapak B.J. Habibie yang waktu itu menjabat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi, pembangunan jembatan yang dimulai tahun 1992 dan selesai tahun 1998 ini, menghabiskan biaya lebih dari Rp 400 miliar. Biaya yang dihabiskan tampaknya sebanding jika dilihat dari kemegahannya.
Rangkaian enam jembatan dengan total panjang 2.264 meter, masing-masing diberi nama Raja yang pernah berkuasa pada zaman Kerajaan Melayu Riau pada abad 15-18 Masehi.
1. Jembatan Tengku Fisabilillah. Jembatan yang paling dikenal oleh masyarakat dan sering dijadikan tempat wisata ini menghubungkan Pulau Batam dengan Pulau Tonton. Sekilas tampak bahwa struktur dan model jembatan ini mirip dengan Golden Gate-nya San Fransisco USA.
2. Jembatan kedua bernama Jembatan Narasinga yang menghubungkan Pulau Tonton dengan Pulau Nipah, berbentuk lurus tanpa lengkungan, tidak kalah megahnya dengan Jembatan sebelumnya.
3. Jembatan Ali Haji yang menghubungkan Pulau Nipah dengan Pulau Setokok.
4. Penghubung Pulau Setokok dengan Pulau Rempang bernama Jembatan Sultan Zainal Abidin.
5. Penghubung Pulau Rempang dengan Pulau Galang bernama Jembatan Tuanku Tambusai.
6. Jembatan keenam atau terakhir bernama Jembatan Raja Kecil, menghubungkan Pulau Galang dengan Pulau Galang Baru.
Pulau Galang cukup dikenal memiliki nilai sejarah, karena pernah dijadikan tempat penampungan sedikitnya 250.000 pengungsi dari Vietnam pada tahun 1975-1996. Bekas tempat pengungsian yang berada di Desa Sijantung, Kecamatan Galang ini masih menyisakan benda-benda atau bangunan-bangunan peninggalan para pengungsi.
Bagaimana dengan filosofi atau dasar pembangunan Jembatan Barelang ini?
Pembangunan Jembatan Barelang bermula dari sudut pandang Pak Habibie yang lama bermukim di Eropa melihat bahwa kawasan Barelang (Batam-Rempang-Galang) dapat dibangun jadi satu kesatuan ekonomi secara terintegrasi, mirip Benelux (Belgia-Netherlands-Luxemburg). Dari situ, muncul pemikiran untuk menarik ekonomi perdagangan dan pariwisata dari Singapura melalui konsep “Teori Balon".
Pak Habibie mengemukakan konsep ini pertama kali di hadapan Menteri Senior Lee Kuan Yew. Jadi, perekonomian Singapura dan kawasan sekitarnya diibaratkan “suatu sistem balon” yang dihubungkan satu sama lain dengan katup.
Alasan penggunaan katup yakni apabila salah satu balon terus menerus memuai, maka suatu saat tekanannya akan melebihi titik kritis sehingga bisa pecah. Untuk mencegah agar balon pertama tidak pecah, maka balon ke-2 dapat mengambil kelebihan tekanan melalui katup dan dapat membesar tanpa menyebabkan balon pertama kempes.
Balon ke-2 yang mengambil kelebihan tekanan dari balon pertama juga akan terus membesar sampai tekanan kritis sehingga dapat dialirkan ke balon ke-3 melalui katup. Demikian pula balon ke-3, ke-4 dan seterusnya.
Balon pertama tentunya Singapura akan terus membesar karena perekonomiannya memang maju pesat sehingga boleh dialirkan ke Batam dan setelah membesar kemudian diberi katup agar bisa dialirkan ke Rempang dan setelah membesar diberi katup lagi untuk dapat dialirkan ke Galang. Balon-balon itu, menurut Pak Habibie merupakan perekonomian suatu kawasan, akan mampu berkembang hingga tekanan kritisnya tanpa pecah atau dikempeskan balon lain.
Besar balon-balon itu tidak perlu semuanya sama karena besar maksimum perekonomian setiap daerah akan tergantung pada batas-batas sumber daya alam dan SDM yang tersedia. Singapura, seperti dikemukakan Pak Habibie kepada Lee Kuan Yew akan mampu berkembang perekonomiannya secara terus menerus apabila dihubungkan dengan perekonomian Malaysia dan Batam dan ketiganya pun dapat terus dihubungkan dengan daerah lain untuk mengambil tekanan ekonomi yang lebih dari sana.
Fungsi jembatan Barelang sebagai penghubung antarpulau yang diharapkan dapat meratakan pembangunan dan perekonomian sudah terwujud. Dilihat dari data statistiknya, jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Batam cukup mengalami pertumbuhan yang stabil. Adapun penurunan jumlah wisatawan mancanegara yang masuk melalui kota Batam sejak tahun 2014, tentunya menjadi tantangan baik bagi Otorita Batam maupun Pemerintah Kota Batam untuk terus menghadirkan objek wisata yang baru dan potensial.
Namun, mulai pertengahan tahun 2108, tingkat kunjungan wisatawan mancanegara mengalami penurunan. Hal ini salah satunya dipengaruhi harga tiket pesawat yang mengalami kenaikan cukup signifikan.
Seperti halnya fungsi Jembatan Barelang sebagai penghubung antar pulau, dalam penopang pembangunan ekonomi di Kota Batam, apa hubungan fungsi Jembatan Barelang dengan keakuratan pelaporan keuangan?
Definisi Laporan Keuangan sesuai PMK Nomor 213/PMK.05/2013 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat adalah bentuk pertanggungjawaban pemerintah atas pelaksanaan APBN berupa laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas, laporan operasional, laporan perubahan ekuitas, laporan perubahan Saldo Anggaran lebih, dan CaLK.
Laporan Keuangan yang handal mencerminkan gambaran bagaimana pemanfaatan dana APBN terhadap peningkatan fasilitas dan kesejahteraan penduduk di suatu kota, baik yang dirasakan secara langsung maupun tidak langsung, misalnya manfaat pembangunan dalam bentuk infrastruktur. Kemajuan pembangunan ini tentunya harus didukung dengan keakuratan pelaporan keuangannya yang baik.
Alat untuk mencapai Laporan Keuangan yang berkualitas salah satunya adalah melalui rekonsiliasi data antara kedua belah pihak dengan sistem yang valid. Hal ini dilakukan untuk memastikan akurasi data yang akan disajikan sebelum menyusun dan menyampaikan Laporan Keuangan. Salah satunya yaitu melalui Menurut PMK 104/PMK.05/2019 tentang Pedoman Rekonsiliasi dalam Penyusunan Laporan Keuangan lingkup Bendahara Umum Negara dan Kementerian Negara/Lembaga, Rekonsiliasi adalah proses pencocokan data yang diproses dengan beberapa sistem/subsistem yang berbeda atas satu dokumen sumber yang sama. Namun sepertinya masih ditemui Satuan Kerja (Satker) di lingkup kawasan Batam yang pengelola keuangannya belum disiapkan dengan baik. Terlihat dari kesadaran akan proses rekonsiliasi Laporan Keuangan yang belum mumpuni.
Beberapa penyebab proses rekonsiliasi Laporan keuangan belum mumpuni:
1. Pemahaman Satker terhadap aturan pada tupoksi terkait KPPN belum merata, salah satunya karena sering terjadi pergantian pengelolaan keuangan, namun tidak disertai perpindahan transfer ilmu yang memadai.
2. Kualitas SDM Pengelola Keuangan yang masih perlu ditingkatkan.
3. Adanya hambatan dalam komunikasi internal, antara pengelola barang, pengelola uang dan bagian perencanaan anggaran.
4. Kesadaran pencapaian target kerja, kebiasaan melakukan pekerjaan di last minute atau menunda-nunda melaporkan transaksi keuangan, serta tidak mendokumentasikan pekerjaan dengan rapi, akan mempersulit pekerjaan di akhir periode atau ketika ada tuntutan untuk membuat laporan pertanggungjawaban.
5. Kesadaran untuk mencapai target masih harus ditingkatkan, banyak yang belum menyadari pentingnya pengelolaan keuangan yang akuntabel berefek kepada Satker itu sendiri, bukan hanya untuk KPPN.
6. Belum ada kemandirian dalam melakukan proses rekonsiliasi data. Sebagian Satker hanya menunggu dilakukan pengecekan oleh KPPN. Padahal, aplikasi rekonsiliasi e-rekon & LK memiliki menu yang sama yang dapat diakses baik oleh KPPN maupun oleh Satker.
Apabila terjadi keterlambatan dalam proses rekonsiliasi, hal ini sebenarnya menjadi sebuah pertanyaan. Mengapa? Karena transaksi keuangan yang direkam dan dilakukan rekonsiliasi adalah transaksi yang sudah lewat bulan. Untuk mencapai hasil rekonsiliasi yang akurat diperlukan berbagai langkah sebagaimana berikut:
a. Rajin meng-upgrade ilmu mengenai penyusunan Laporan Keuangan. Dengan aktif dalam mempelajari pemberitahuan dan surat dari KPPN dengan memantau informasi di Group Whatsapp.
b. Antusias menghadiri BIMTEK jika diundang oleh Seksi Vera dan KPPN.
c. Adanya perhatian dari level pimpinan tertinggi di tingkat satker untuk mengkoordinasikan pelaksanaan anggaran di tempatnya. Mulai dari bagian perencanaan, pengelolaan keuangan dan pengelolaan barang, sampai pertanggungjawaban dan penyusunan Laporan Keuangan. Karena sinergi dari semua bagian ini dibutuhkan untuk mencapai Laporan Keuangan yang valid dan akurat.
d. Disiplin dalam membukukan atau mencatat realisasi anggaran, tidak menunda dalam mencatat transaksi penerimaan (UP) dan pengeluaran Negara (SP2D), serta diselaraskan dengan pencatatan BMNnya.
e. Aktif melakukan rekonsiliasi internal (rekonsiliasi antara pengelola BMN dan pengelola keuangan) di lingkup internal Satker.
f. Bersikap mandiri dan berperan serta aktif dalam melakukan rekonsiliasi data. Selain itu juga aktif berkoordinasi dengan KPPN jika masih ditemukan adanya kesulitan, kesalahan atau data yang selisih.
Data hasil rekon yang valid pada tingkat terbawah, yaitu level Satker menjadi kunci kevalidan data LK di level eselon I, yang nantinya hal ini akan berdampak pada keakuratan Laporan Keuangan Pemerintah (LKPP).
Adapun seksi Verifikasi dan akuntansi KPPN Batam juga dituntut memiliki tantangan untuk terus meningkatkan dan membina Satker, diantaranya:
a. Disiplin, kedisiplinan bekerja terutama dalam meanfaatkan jam kerja sebaik mungkin.
b. Kerja sama sebagai tim, dibutuhkan koordinasi dan komunikasi terbuka terus menerus. Jangan sampai ada ketidakpedulian dari masing-masing seksi atau masing-masing Satker dalam bekerja.
c. Dedikasi dan motivasi tinggi dalam bekerja dibutuhkan untuk mencapai target penyusunan LK yang benar serta tepat waktu.
d. Terus meningkatkan pemahaman pegawai terhadap pelaksanaan teknis. Ada tuntutan kepada para pegawai agar dapat menjadi fast learner dalam mempelajari berbagai hal baru.
e. Koordinasi terkait pekerjaan. Untuk mencapai target organisasi, tentu dibutuhkan kerja sama beberapa bagian, oleh karena itu harus dibangun komunikasi yang efektif dalam menciptakan koordinasi yang positif.
f. Lebih aktif dalam membina Satker baik itu Satker yang masih baru, maupun Satker yang membutuhkan perhatian khusus dalam pengelolaan keuangannya. Dalam melakukan pembinaan ini tentunya berkoordinasi baik dengan Bidang PAPK Kanwil Ditjen perbendaharaan provinsi Kepulauan Riau, maupun dengan Seksi MSKI KPPN Batam.
g. Serta memberikan reward kepada Satker yang responsif dan memiliki concern yang tinggi terhadap penyusunan Laporan keuangan.
Semoga pertumbuhan pembangunan di kota Batam berjalan beriringan dengan meningkatnya kualitas penyusunan Laporan Keuangan.
*) Penulis adalah Kepala Seksi Vera pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Batam.
Sumber:
1. Artikel Ikon Kota Batam “Jembatan Barelang” Karya Megah B.J. Habibie oleh Dd. Delicia BS https://www.kompasiana.com/delicia/5500bed2a333112370511e1b/ikon-kota-batam-jembatan-barelang-karya-megah-b-j-habibie,
2. Artikel “Teori Balon”, Filosofi Prof Habibie Membangun Kawasan Perekonomian Barelang https://www.bernas.id/38760-teori-balon-filosofi-prof-habibie-membangun-kawasan-perekonomian-barelang.html
3. Data statistik pada website BPS Kota Batam, yaitu https://batamkota.bps.go.id/statictable/2018/11/07/69/banyaknya-wisman-jiwa-yang-datang-melalui-pintu-masuk-batam-dan-pertumbuhannya-persen-2010-2017.html dan https://batamkota.bps.go.id/dynamictable/2019/01/21/39/jumlah-wisatawan-mancanegara-yang-datang-melalui-pelabuhan-udaran-dan-laut-jiwa-perbulan-2011-2018.html
Keterangan : Isi dan maksud tulisan sepenuhnya tanggung jawab penulis, bukan tanggung jawab redaksi
Komentar