Merantau Karena SK, Pulang Karena Cinta (21 Tahun Perjalanan Tugas Sang Insan Perbendaharaan)

id KPPN Batam,merantau karena sk

Merantau Karena SK, Pulang Karena Cinta (21 Tahun Perjalanan Tugas Sang Insan Perbendaharaan)

M

Esanov Putra*)

“Sudah dapat PDF nya apa belum?”, “Jumat Keramat....tunggu saja PDFnya..”, “Semoga bisa balik ke kampung halaman atau setidaknya mendekati..”, “Selamat ya atas promosinya...”, “Selamat ya..atas mutasinya semoga lebih sukses ditempat yang baru”. Ungkapan-ungkapan yang sudah sangat tidak asing diucapkan dan didengar oleh Insan Perbendaharaan. Setidaknya dua kali dalam setahun, hal ini pasti akan viral diantara Insan Perbendaharaan baik secara langsung maupun melalui gadget dan media sosial yang telah tak berbatas.

Tahun 1997 adalah tahun yang tercatat dalam sejarah hidupku, ketika Allah menggerakkan hati dan tekadku untuk mengikuti seleksi penerimaan pegawai baru pada Kementerian Keuangan Republik Indonesia (pada saat itu masih menggunakan nomenklatur Departemen Keuangan Republik Indonesia). Pada saat  itu dibuka kesempatan kepada para sarjana dengan kualifikasi tertentu untuk diangkat sebagai calon pegawai negeri sipil.

Setelah mendaftar dan melalui tujuh tahapan proses seleksi baik secara kelengkapan persyaratan dokumen, tes kemampuan dasar, psikologi, wawancara, screening test (waktu itu masih ada proses screening bebas PKI), tes kebugaran dan tes kesehatan, Alhamdulillah puji syukur kepada Allah dari seratus ribuan peserta yang mendaftar, berhasil lulus sembilan ratusan sarjana baru yang akan diangkat menjadi CPNS. Diantara yang sembilan ratusan tersebut muncul namaku pada papan pengumuman. Subhanallah...Fabiaiyyi’ala Irobbikumaa Tukadzdziban... Maka Nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan..”.

Februari 1998 semua calon abdi negara sudah diharuskan melapor di kantor pusat Kementerian Keuangan Republik Indonesia di Jalan Lapangan Banteng Timur no.2-4 Jakarta Pusat.

Meninggalkan kampung halaman, meninggalkan orangtua dan sanak saudara membuat kesedihan yang mendalam. Namun orang bijak pernah berkata “A Jouney of a Thousand Miles Begin With a Single Step”. Bismillah...dengan nama Allah aku menapakkan langkah kakiku di ibukota, kali ini merantau untuk memuai fase kehidupan yang baru yaitu bekerja.

Secarik kertas dengan judul “Surat Pernyataan Bersedia Di Tempatkan Diseluruh Indonesia”, aku tanda tangani diatas materai enam ribu. Artinya diriku sudah menyatakan dan berkomitmen akan bersedia ditempatkan dimana saja diseluruh Indonesia. Waktu itu tidak ada pikir panjang karena untuk bisa menjadi bagian dari yang lulus ini saja sudah sesuatu hal yang luar biasa.

Masa orientasi dan penempatan sementara aku lalui dengan antusias dan tanpa terasa,  dua tahun di Jakarta. Meskipun tahun 1998 adalah tahun dimana reformasi terjadi dengan demo dan kerusuhan besar-besaran di ibukota, telah menjadi dinamika dan ingatan yang akan selalu membekas dibenakku sampai nanti.

Tiga puluh delapan orang diantara sembilan ratusan sarjana baru tersebut dimana aku termasuk didalamnya, ditempatkan pada Badan Akuntansi Keuangan Negara (BAKUN). Setelah dua tahun di Jakarta kami mulai disebar ke daerah dimana ada kantor-kantor regional yang dikenal dengan Kantor Akuntansi Regional (KAR). Alhamdulillah aku kembali ditempatkan di kampung halaman pada KAR Padang.

Untuk lima tahun berikutnya aku berada di zona nyaman, sampai dengan reorganisasi di Kementerian Keuangan digulirkan. Ditjen Perbendaharaan pun lahir, tahun 2005 aku secara resmi menjadi Insan Perbendaharaan.

Reformasi Birokrasipun dimulai. Pada tahun 2007 setelah melalui seleksi yang ketat, aku berhasil lulus untuk mengisi komposisi pegawai pada 13 Kantor Percontohan Seluruh Indonesia. KPPN Banjarmasin begitu bunyi penempatanku pada secarik kertas yang aku sebut “SK”.

Keberangkatan kedua ini bak langkah kaki yang kedua untuk merantau, tapi dengan situasi yang berbeda. Sudah punya tanggungan satu istri dan dua orang anak. Ditambah lagi dengan rasa sedih yang mendalam karena harus kembali meninggalkan orang tua menuju lokasi nun jauh disana, dibagian tengahnya Indonesia. Sementara kedua orang tuaku sudah semakin uzur.

“But the show must go on”, Aku pamit pada kedua orang tuaku sekaligus minta izin untuk kemungkinan tidak akan bisa pulang pada hari Lebaran. Sudah terbayangkan jauh dan besarnya biaya untuk satu kali kepulangan pada masa-masa Lebaran saat itu.

Kedua orang tua ku hanya menanggukkan kepala. Entah apa artinya, apakah mereka betul-betul mengizinkan atau hanya sekedar mencoba memahami. Dan setelah dijalani, ternyata betul, tiga kali lebaran aku dan keluarga hanya merayakan lebaran diperantauan. Begitu susahnya untuk pulang karena cinta. Cinta kepada orang tua dan sanak keluarga.

Mutasi demi mutasi, pdf demi pdf dilalui, sudah lebih dari dua puluh tahun mengabdi sebagai Insan Perbendaharaan. Menikmati setiap detik yang berlalu dengan ikhlas. Dan Alhamdulilah keluargaku yaitu istri dan anak-anakku tetap dibawa, sehingga dapat menciptakan rasa nyaman dan semangat dalam bekerja.

Sampai pada masa mutasi penempatan di daerah yang ke delapan, dimana dinamika baru harus  aku hadapi. Keluargaku terpaksa harus tidak ikut ketempat tugas yang baru di Batam dikarenakan pertimbangan persiapan anak-anak yang sebentar lagi akan memasuki perguruan tinggi. Setelah 20 tahun bertugas akhirnya aku harus merasakan berpisah dengan keluarga. LDR (Long Distance Relationship) pun harus aku hadapi dan aku nikmati. LDR antara Medan dan Batam. Puji syukur kehadirat Allah diantara kesusahan, Allah banyak memberikan kemudahan. Kemudahan transportasi untuk mengunjungi keluarga. Kemudahan finansial dengan terjangkaunya biaya transportasi, Alhamdulillah.

Betul-betul terasa sekali nikmat ketika mengayunkan langkah kaki untuk mengunjungi keluarga. Pulang Karena Cinta.

Hal seperti ini dialami oleh mayoritas Insan Perbendaharaan yang telah berkomitmen untuk mengabdikan hidupnya sebagai ujung tombak Perbendaharaan Negara di daerah. Dari Sabang sampai Merauke, dari Talaud sampai Pulau Rote, dimana Kantor Wilayah dan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara berada. Pengabdian yang insya Allah ikhlas karena Allah dan hanya Insan Perbendaharaan lah yang mempunyai peluang untuk bisa mengeksploraasi keragaman Indonesia. “MERANTAU KARENA SK, PULANG KARENA CINTA”.

*) Penulis merupakan Kepala Seksi Pencairan Dana, KPPN Batam, Kanwil DJPB Provinsi Kepulauan Riau



Keterangan : Isi dan maksud tulisan sepenuhnya tanggung jawab penulis, bukan tanggung jawab redaksi

Komentar

Komentar menjadi tanggung jawab anda sesuai UU ITE