Wali Kota Surabaya pimpin pendistribusian Alat Pelindung Diri
Surabaya (ANTARA) - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini memimpin pendistribusian perangkat Alat Pelindung Diri (APD) untuk dokter dan tenaga medis yang bekerja di 50 rumah sakit yang menangani pasien COVID-19 di Kota Pahlawan, Jawa Timur, Jumat.
"Kebetulan hari ini kita dapat sumbangan dan langsung kita bagikan. Semakin cepat semakin baik. Hari ini kita dapat bantuan, hari ini juga kita bagikan," kata Wali Kota Risma saat memimpin pendistribusian APD di Balai Kota Surabaya.
Menurut dia, bantuan seperangkat APD itu didistribusikan kepada 50 rumah sakit yang terdiri dari 20 rumah sakit rujukan penanganan COVID-19 dan 30 rumah sakit non rujukan.
Jika sebelumnya bantuan APD itu diantar oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) Surabaya ke berbagai rumah sakit, namun kali ini rumah sakit dapat mengambil bantuan itu ke Balai Kota Surabaya. Satu persatu APD itu dikemas dan diikat menjadi puluhan tumpukan dan siap diambil oleh masing-masing rumah sakit.
Wali Kota Risma bersama jajarannya tampak sibuk membungkus seperangkat APD itu. Sebab, pembagian APD kali ini cukup banyak, yaitu APD sebanyak 950 lembar dan face shield sekitar 2.800 lembar.
Risma mengatakan mengingat kebutuhan APD teramat penting bagi petugas medis, maka secepat mungkin harus didistribusikan ke tiap rumah sakit. Apalagi hari ini, Pemkot Surabaya menerima bantuan sekitar 769 APD dari Alumni Universitas Kristen Petra, ditambah dengan face shield dan masker buatan Pemkot Surabaya.
Satu persatu perwakilan rumah sakit berdatangan, mulai dari RS Adi Husada Undaan, RS Darmo, RS Siloam, RS PHC, Premiere, RS RKZ, RS Gigi dan Mulut. Semua berbondong-bondong datang ke Balai Kota Surabaya untuk mengambil APD itu tanpa menunggu lama.
"Untuk RS Universitas Airlangga (RSUA) diantarkan saja," kata Risma kepada jajarannya.
Wali Kota Risma menegaskan kecepatan memberi bantuan APD sangatlah penting. Ia mengatakan tidak hanya APD yang harus diberikan sesegara mungkin, tetapi pembagian cairan pembersih tangan kepada sejumlah pengemudi ojek daring juga harus secepatnya.
"Setelah isi cairan pembersih tangan ke dalam botol, maka saat itu juga Dinas Perhubungan (Dishub) saya telepone untuk langsung dibagi. Meskipun itu malam hari," katanya.
Selain itu, Wali Kota Risma juga menjelaskan, Pemkot Surabaya tidak hanya memberikan bantuan kepada pihak rumah sakit saja, tetapi orang dalam pemantauan (ODP) yang sedang melakukan isolasi diri di rumahnya masing-masing, juga mendapat perhatian khusus.
Selain bantuan makanan setiap hari tiga kali, Risma pun memastikan kebutuhan lainnya juga dikirim kepada mereka, seperti sikat gigi, sisir, sabun mandi, detergen, shampo, masker, sisir, piring, sendok garpu, cairan pembersih tangan lengkap.
"Setiap satu kantong saya beri untuk satu jiwa. jadi kalau di rumahnya ada 10 orang, ya saya kasih 10 kantong yang lengkap itu," katanya.
Menurutnya, semua itu dilakukan agar warga yang berstatus ODP tersebut tidak berbagi alat pribadi kepada anggota keluarganya hingga melewati masa inkubasi selama 14 hari. "Bahkan untuk warna piring dan sendok pun, saya bedakan supaya tidak tertukar satu sama lain," katanya.
Salah seorang dokter dari Rumah Sakit Adi Husada Undaan, Irawati Marga menyampaikan sejauh ini pemkot banyak memberikan fasilitas kepada tenaga kesehatan untuk dapat melayani pasien dengan baik.
Bagi dia, tenaga medis tidak bisa terlalu dibatasi dalam menggunakan APD. "Mereka harus terlindungi agar dapat melakukan penanganan dengan baik. Terima kasih, ini sangat berharga buat kami," katanya.*
"Kebetulan hari ini kita dapat sumbangan dan langsung kita bagikan. Semakin cepat semakin baik. Hari ini kita dapat bantuan, hari ini juga kita bagikan," kata Wali Kota Risma saat memimpin pendistribusian APD di Balai Kota Surabaya.
Menurut dia, bantuan seperangkat APD itu didistribusikan kepada 50 rumah sakit yang terdiri dari 20 rumah sakit rujukan penanganan COVID-19 dan 30 rumah sakit non rujukan.
Jika sebelumnya bantuan APD itu diantar oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) Surabaya ke berbagai rumah sakit, namun kali ini rumah sakit dapat mengambil bantuan itu ke Balai Kota Surabaya. Satu persatu APD itu dikemas dan diikat menjadi puluhan tumpukan dan siap diambil oleh masing-masing rumah sakit.
Wali Kota Risma bersama jajarannya tampak sibuk membungkus seperangkat APD itu. Sebab, pembagian APD kali ini cukup banyak, yaitu APD sebanyak 950 lembar dan face shield sekitar 2.800 lembar.
Risma mengatakan mengingat kebutuhan APD teramat penting bagi petugas medis, maka secepat mungkin harus didistribusikan ke tiap rumah sakit. Apalagi hari ini, Pemkot Surabaya menerima bantuan sekitar 769 APD dari Alumni Universitas Kristen Petra, ditambah dengan face shield dan masker buatan Pemkot Surabaya.
Satu persatu perwakilan rumah sakit berdatangan, mulai dari RS Adi Husada Undaan, RS Darmo, RS Siloam, RS PHC, Premiere, RS RKZ, RS Gigi dan Mulut. Semua berbondong-bondong datang ke Balai Kota Surabaya untuk mengambil APD itu tanpa menunggu lama.
"Untuk RS Universitas Airlangga (RSUA) diantarkan saja," kata Risma kepada jajarannya.
Wali Kota Risma menegaskan kecepatan memberi bantuan APD sangatlah penting. Ia mengatakan tidak hanya APD yang harus diberikan sesegara mungkin, tetapi pembagian cairan pembersih tangan kepada sejumlah pengemudi ojek daring juga harus secepatnya.
"Setelah isi cairan pembersih tangan ke dalam botol, maka saat itu juga Dinas Perhubungan (Dishub) saya telepone untuk langsung dibagi. Meskipun itu malam hari," katanya.
Selain itu, Wali Kota Risma juga menjelaskan, Pemkot Surabaya tidak hanya memberikan bantuan kepada pihak rumah sakit saja, tetapi orang dalam pemantauan (ODP) yang sedang melakukan isolasi diri di rumahnya masing-masing, juga mendapat perhatian khusus.
Selain bantuan makanan setiap hari tiga kali, Risma pun memastikan kebutuhan lainnya juga dikirim kepada mereka, seperti sikat gigi, sisir, sabun mandi, detergen, shampo, masker, sisir, piring, sendok garpu, cairan pembersih tangan lengkap.
"Setiap satu kantong saya beri untuk satu jiwa. jadi kalau di rumahnya ada 10 orang, ya saya kasih 10 kantong yang lengkap itu," katanya.
Menurutnya, semua itu dilakukan agar warga yang berstatus ODP tersebut tidak berbagi alat pribadi kepada anggota keluarganya hingga melewati masa inkubasi selama 14 hari. "Bahkan untuk warna piring dan sendok pun, saya bedakan supaya tidak tertukar satu sama lain," katanya.
Salah seorang dokter dari Rumah Sakit Adi Husada Undaan, Irawati Marga menyampaikan sejauh ini pemkot banyak memberikan fasilitas kepada tenaga kesehatan untuk dapat melayani pasien dengan baik.
Bagi dia, tenaga medis tidak bisa terlalu dibatasi dalam menggunakan APD. "Mereka harus terlindungi agar dapat melakukan penanganan dengan baik. Terima kasih, ini sangat berharga buat kami," katanya.*
Komentar