DPRD Kepri dorong pengusaha tempe menjadi importir kedelai

id Kepri,batam,DPRD,kedelai,tahu,tempe,Impor,Wahyu wahyudin

DPRD Kepri dorong pengusaha tempe menjadi importir kedelai

Komisi II DPRD Kepri melaksanakan rapat dengar pendapat (RDP) terkait kenaikan harga kedelai sebagai bahan baku pembuatan tahu dan tempe di Batam, Kamis. (ANTARA/Jessica)

Batam (ANTARA) - Ketua Komisi II DPRD Provinsi Kepulauan Riau Wahyu Wahyudin mendorong agar pengusaha tempe dan tahu di wilayah setempat menjadi importir kedelai.

Ia menjelaskan hal tersebut mengingat Kepri bukan wilayah pertanian serta sebagai upaya untuk menjaga kestabilan harga kedelai yang merupakan bahan baku pembuatan tahu dan tempe.

"Jadi, kita dorong supaya importir langsung dan membuka peluang bagi pelaku UMKM tahu tempe ini agar bisa menjadi importir kedelai sehingga harga kedelai bisa murah, dan tahu tempe juga tetap murah," kata Wahyu usai rapat dengar pendapat (RDP) terkait kenaikan harga kedelai sebagai bahan baku pembuatan tahu dan tempe di Batam, Kamis.

"Bahkan kalau bisa mereka sendiri jadi importir. Apalagi tahu tempe sekarang sudah menjadi makanan favorit di luar negeri termasuk Eropa," kata dia.

Menurutnya, kenaikan harga kedelai dari Rp380 ribu menjadi Rp650 ribu per karung (50 kg) tersebut membuat pengusaha tahu tempe kewalahan untuk menetapkan harga jual di pasaran.

"Keluhan para pelaku usaha kecil menengah tahu tempe itu, harga yang terlalu tinggi. Sehingga tidak realistis lagi di lapangan, Rp650 ribu per karung itu sangat luar biasa. Mereka biasanya dapat Rp380 ribu," ujar Wahyu.

Lebih lanjut, Wahyu juga meminta kepada Koperasi Bumi Bertuah Nusantara Provinsi Kepulauan Riau untuk segera mendata pengusaha tempe dan tahu yang ada di daerah setempat, agar dapat dilakukan pengajuan program BBM subsidi untuk pabrik pembuatan tempe dan tahu.

"Jadi kami minta datanya, berapa pelaku UMKM tempe tahu se-Kepri , kemudian kita akan minta ke pemerintah agar diberikan kartu Brizzi atau BBM subsidi tapi khusus pabrik bukan kendaraan. Jadi di data kebutuhannya berapa supaya tidak diselewengkan," demikian Wahyu.

Ketua Koperasi Bumi Bertuah Nusantara Provinsi Kepulauan Riau Susilo menyebutkan kebutuhan kedelai di Batam mencapai 1.000 ton per bulan untuk menghasilkan tahu dan tempe.

Ia menyampaikan saat ini terdapat 133 pengusaha tahu dan tempe yang berada di Kota Batam.

"Seperti yang disampaikan tadi untuk Kota Batam itu 1 bulan hampir 1.000 ton kedelai yang digunakan untuk produksi dan 67 pengusaha tahu, 66 pengusaha tempe, jumlahnya 133 pengusaha," kata Susilo di Batam, Kamis.*

Komentar

Komentar menjadi tanggung jawab anda sesuai UU ITE