Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Dr. Dra. L. Rizka Andalucia, Apt, M. Pharm., MARS mendorong peningkatan akses pada inovasi produk farmasi biologis agar bisa memberikan pengobatan terjangkau untuk pelayanan kesehatan terutama kanker.
"Dalam menanggulangi kasus kanker, meningkatkan akses pada inovasi produk farmasi dan bioteknologi menjadi salah satu strategi kami," ucapnya secara virtual dalam acara penandatanganan kerja sama Kalbe dan Henlius produksi obat terapi kanker di Jakarta, Senin.
Ia mengatakan, terjadi peningkatan insiden kasus tidak hanya pada penyakit menular namun juga pada penyakit tidak menular, salah satunya kanker. Tahun 2022, di Indonesia ada 3 juta kasus kanker yang dalam perlindungan BPJS dan sudah menelan biaya lebih dari Rp4,5 triliun.
Hal ini membuat kanker menjadi penyakit katastropik dengan pengeluaran terbesar kedua dan penyakit mematikan kedua setelah penyakit jantung.
Lucia mengatakan 14 bulan adalah waktu rata-rata untuk produk inovasi luar negeri untuk bisa sampai di Indonesia sejak peluncuran di global. Dengan harga yang tinggi pada pengobatan inovatif dan waktu yang lama, membuat pasien memilih untuk menjalani pengobatan di luar negeri.
Hal tersebut menimbulkan adanya pengeluaran 12-48 miliar dollar AS (Rp184 miliar- Rp736 miliar) untuk perjalanan kesehatan (medical tourism).
"Dalam menanggulangi kasus kanker, meningkatkan akses pada inovasi produk farmasi dan bioteknologi menjadi salah satu strategi kami," ucapnya secara virtual dalam acara penandatanganan kerja sama Kalbe dan Henlius produksi obat terapi kanker di Jakarta, Senin.
Ia mengatakan, terjadi peningkatan insiden kasus tidak hanya pada penyakit menular namun juga pada penyakit tidak menular, salah satunya kanker. Tahun 2022, di Indonesia ada 3 juta kasus kanker yang dalam perlindungan BPJS dan sudah menelan biaya lebih dari Rp4,5 triliun.
Hal ini membuat kanker menjadi penyakit katastropik dengan pengeluaran terbesar kedua dan penyakit mematikan kedua setelah penyakit jantung.
Lucia mengatakan 14 bulan adalah waktu rata-rata untuk produk inovasi luar negeri untuk bisa sampai di Indonesia sejak peluncuran di global. Dengan harga yang tinggi pada pengobatan inovatif dan waktu yang lama, membuat pasien memilih untuk menjalani pengobatan di luar negeri.
Hal tersebut menimbulkan adanya pengeluaran 12-48 miliar dollar AS (Rp184 miliar- Rp736 miliar) untuk perjalanan kesehatan (medical tourism).
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kemenkes dorong inovasi produk farmasi untuk layanan kesehatan kanker
Komentar