Rusia heran DK PBB tolak gencatan senjata di Gaza

id konflik israel palestina,dewan keamanan pbb,DK PBB,Rusia,israel, gaza

Rusia heran DK PBB tolak gencatan senjata di Gaza

Dewan Keamanan PBB menggelar sidang darurat mengenai situasi di Timur Tengah, termasuk masalah Palestina di New York, Amerika Serikat, Senin (30/10/2023). (ANTARA/HO-UN Photo)

Jakarta (ANTARA) - Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia mengaku heran terhadap prilaku beberapa anggota Dewan Keamanan (DK PBB) yang tidak mendukung gencatan senjata di Gaza.

Saat berpidato dalam sidang darurat Dewan Keamanan PBB mengenai situasi di Timur Tengah, termasuk masalah Palestina di New York, Amerika Serikat, Senin, Nebenzia menilai resolusi yang hanya menyerukan jeda kemanusiaan tidak akan membantu menyelesaikan konflik di Palestina.

“Tidak ada jeda kemanusiaan yang akan membantu,” kata Nebenzia dalam laman resmi PBB. "Bantuan kemanusiaan tidak dapat diberikan di tengah tingginya permusuhan di lapangan; Saya harap semua orang di sini memahaminya."

Dubes Rusia itu mengungkapkan hanya 94 truk bantuan yang masuk, dan Israel selalu menghalangi bantuan kemanusiaan masuk Gaza ketika rasa putus asa kian besar di daerah kantong Palestina yang terkepung itu.

"Meskipun seluruh dunia menunjukkan reaksi yang tegas, Yerusalem Barat (pemerintah Israel) telah memulai implementasi praktis dari rencananya dalam membersihkan daerah kantong tersebut,” kata dia.

Dia menyatakan sikap DK PBB menjadi lumpuh gara-gara AS yang kini menempatkan Suriah yang bertetangga dengan Israel, menjadi sasaran serangan AS.

Tindakan Washington ini tidak sah dan serangan semacam itu dapat memperluas konflik bersenjata di seluruh kawasan, kata dia.

"Prioritas saat ini adalah menghentikan pertumpahan darah dan mengalihkan situasi ini ke ranah diplomatik dengan tujuan mewujudkan solusi dua negara yang didukung PBB," kata Nebenzia.

Sejak serangan 7 Oktober 2023, Dewan Keamanan PBB gagal menghasilkan resolusi mengenai krisis Israel-Palestina.

Ada empat rancangan resolusi yang diajukan, tetapi gagal diadopsi karena veto sejumlah anggota tetapnya, yang terdiri dari Amerika Serikat, Prancis, Inggris, China, dan Rusia.

Rancangan resolusi yang diusulkan AS mengenai "jeda kemanusiaan" gagal disahkan karena diveto China dan Rusia, sedangkan rancangan Rusia tentang “gencatan senjata kemanusiaan” tidak dapat diadopsi karena kurang didukung mayoritas anggota.

Resolusi yang diajukan Rusia tentang gencatan senjata itu hanya mendapatkan empat suara mendukung, dua negara menolak, dan sembilan abstain. Inggris dan AS memveto rancangan usulan Rusia ini.

Menurut Kementerian Kesehatan di Gaza, sejauh ini sudah lebih dari 8.000 warga Palestina tewas, sedangkan puluhan ribu lainnya luka-luka.

Sementara itu, utusan Palestina untuk PBB Riyad Mansour mendesak Dewan Keamanan (DK PBB) untuk mengeluarkan resolusi yang menyerukan gencatan senjata demi mengakhiri pertumpahan darah di Gaza.

Dalam sidang Dewan Keamanan PBB di New York, Senin (30/10), Mansour meminta dewan tersebut untuk mengikuti langkah Majelis Umum PBB untuk mengadopsi sebuah resolusi yang didasarkan pada kemanusiaan, moralitas, legalitas, penolakan terhadap standar ganda, yang menyerukan gencatan senjata kemanusiaan yang segera, berlangsung lama dan berkelanjutan.

Status Palestina di PBB adalah sebagai negara pengamat non-anggota. Status yang diberikan oleh Majelis Umum PBB pada 2012 ini memberikan Palestina hak untuk berbicara di Majelis Umum dan untuk berpartisipasi dalam komite-komite PBB.

Namun, Palestina tidak memiliki hak untuk memilih atau veto di Dewan Keamanan PBB.

Mansour lebih lanjut mengatakan bahwa lembaga-lembaga kemanusiaan telah bertindak menanggapi krisis di Gaza.

"Namun, ada satu lembaga penting yang masih belum bertindak: itu adalah kalian (Dewan Keamanan PBB)," ujar dia, dikutip dari situs resmi PBB.

Dia mengatakan gencatan senjata harus segera terjadi, dan menekankan bahwa DK PBB harus menjunjung tinggi tanggung jawabnya untuk mengakhiri pertumpahan darah.

“Ribuan nyawa lainnya berada dalam bahaya," kata dia. Dia juga meminta para duta besar untuk mewujudkan solusi dua negara, dan mengakhiri pendudukan Israel di Palestina.

“Setiap menit berarti. Setiap menit adalah perbedaan antara hidup dan mati bagi warga Palestina di Gaza," lanjutnya.

“Lakukan apa yang mesti dilakukan oleh badan yang lebih besar,” ucapnya, mengacu pada hasil pemungutan suara tidak mengikat di Majelis Umum pada Jumat pekan lalu yang menuntut gencatan senjata.


Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Rusia heran Dewan Keamanan PBB tolak gencatan senjata di Gaza

Komentar

Komentar menjadi tanggung jawab anda sesuai UU ITE