Kota Gaza (ANTARA) - Delapan rumah sakit di Jalur Gaza dibombardir pesawat tempur Israel dalam tiga hari belakangan, lapor kantor media pemerintah di Gaza pada Kamis.
“Agresi Israel telah memaksa 18 rumah sakit tak beroperasi sejak 7 Oktober,” demikian menurut pernyataan kantor media tersebut.
Disebutkan bahwa meriam artileri Israel menembaki halaman Rumah Sakit Al-Shifa dan pintu gerbang Rumah Sakit Al-Nasr di wilayah yang terkepung itu.
“Berdasarkan hukum kemanusiaan internasional pemboman terhadap rumah sakit merupakan kejahatan perang dan dijadikan tindak pidana berdasarkan 16 perjanjian internasional dan resolusi PBB yang menyerukan perlindungan fasilitas kesehatan ini,” katanya.
Hingga kini belum ada komentar dari pihak tentara Israel terkait pernyataan Gaza tersebut.
Sedikitnya 10.569 warga Palestina, termasuk 4.324 anak dan 2.823 perempuan, terbunuh dalam serangan udara dan darat yang dilakukan Israel di Jalur Gaza sejak kelompok perlawanan Hamas meluncurkan serangan lintas batas pada 7 Oktober.
Sementara itu, di pihak Israel hampir 1.600 orang tewas dalam konflik tersebut, menurut data resmi.
Selain tingginya jumlah korban jiwa dan pengungsian besar-besaran akibat pengepungan Israel di kawasan tersebut, pasokan kebutuhan dasar bagi sebanyak 2,3 juta warga Gaza juga semakin menipis.
Program Pangan Dunia (WFP) mengungkapkan bahwa persediaan makanan di Jalur Gaza nyaris habis dan toko-toko roti di daerah tersebut tidak beroperasi.
Sementara itu, dalam pemberitaan sebelumnya disebutkan, Perkumpulan Bulan Sabit Merah Palestina pada Rabu mengumumkan bahwa Rumah Sakit Al Quds di Kota Gaza mengurangi layanan kesehatan akibat menipisnya persediaan bahan bakar untuk generator listrik.
Sejak 7 Oktober, otoritas Israel telah menutup semua perbatasan dengan Gaza dan melarang masuk semua barang termasuk bahan bakar.
Dalam sebuah pernyataan, organisasi kemanusiaan itu mengatakan langkah itu diambil untuk menghemat bahan bakar "yang seharusnya habis hari ini."
Unit operasi, unit penghasil oksigen dan unit radiologi akan ditutup karena RS tersebut mendapatkan listrik dari generator yang lebih kecil.
Disebutkan pula bahwa pengelola RS menjadwalkan penggunaan listrik dua jam setiap hari di setiap gedung agar warga yang mengungsi dapat memasak dan mengisi ulang ponsel mereka.
Sebanyak 14 ribu warga Palestina mengungsi ke RS itu di tengah serangan Israel tanpa henti di Gaza.
Pengelola RS Al Quds mengatakan pihaknya beberapa kali menerima ancaman dan perintah dari pasukan Israel untuk mengungsi, tetapi mereka menolak.
Sumber: Anadolu
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Delapan RS di Jalur Gaza digempur dalam tiga hari terakhir
Komentar