Pemkab Natuna ingatkan orang tua tidak didik anak dengan kekerasan

id Natuna,Kekerasan perempuan,UPTD PPA,Anak,DP3AP2KB

Pemkab Natuna ingatkan orang tua tidak didik anak dengan kekerasan

Stop kekerasan pada anak (ANTARA/Muhamad Nurman)

Natuna (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Natuna, Kepulauan Riau mengingatkan orang tua di wilayah itu, agar tidak mendidik anak dengan kekerasan, sebab mengganggu tumbuh kembang anak.

Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan Perempuan dan Anak (UPTD PPA) Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Melda Irawati di konfirmasi dari Natuna, Sabtu, mengatakan orang tua harus belajar mendidik anak dengan cara positif atau tanpa kekerasan.

"Tidak ada konsep mendidik anak dengan menggunakan kekerasan," ucap dia

Secara terpisah, Psikolog Klinis UPTD PPA Kabupaten Natuna Sumarni mengatakan pengasuhan dengan kekerasan atau buruk, antara lain dengan memarahi, memukul, tidak konsisten terhadap aturan yang dibuat, dan terlalu mengekang.

Menurut dia, cara demikian akan membentuk karakter anak menjadi agresif, sebab mereka beranggapan kekerasan merupakan solusi terbaik untuk menyelesaikan masalah atau konflik, kemudian anak merasa tidak berharga sebab merasa selalu salah, diremehkan, dan dipermalukan.

Selain itu, anak rentan mengalami masalah akademis, seperti kesulitan berkonsentrasi, menyelesaikan tugas dan berpotensi kesulitan keluar dari siklus kekerasan sehingga ia meneruskan kekerasan yang sama pada kehidupan mereka selanjutnya

"Anak-anak jika kerap terpapar dengan kekerasan akan mudah terserang kecemasan, depresi dan gangguan stres pascatrauma, bahkan sampai pada perilaku yang merugikan diri mereka seperti menyakiti diri dan terpapar napza (narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya baik zat alami atau sintetis)," ucap dia.

Ia menyebut solusi dari hal demikian, orang tua harus berupaya atau belajar menciptakan perilaku positif sejak anak dalam kandungan dan segera mengubah perilaku diri sendiri apabila karakter buruk anak sudah terbentuk.

Ia menerangkan bahwa membentuk karakter positif sejak dalam kandungan, yakni bisa dilakukan dengan terus berkomunikasi dengan bayi dan menciptakan suasana yang nyaman dan aman untuk ibu, baik atas lingkungan maupun mental.

Ia juga mengemukakan pentingnya memberikan energi positif ketika anak sudah lahir hingga besar, seperti menjadi contoh atau role model anak, sebab anak tumbuh dan berkembang dengan meniru orang-orang di sekitar.

Ia menegaskan bahwa konsisten kunci utama membantu anak-anak agar menetapkan batasan dan konsekuensi yang jelas, kemudian akan membuat mereka memahami bahwa perilaku mana yang harus diterima dan bisa membantu mereka mengembangkan diri.

"Pendidikan memainkan peranan sangat penting, yakni dengan cara mengajarkan alternatif positif untuk mengekspresikan emosi mereka, mengembangkan empati dan kasih sayang," ujar dia.

Komentar

Komentar menjadi tanggung jawab anda sesuai UU ITE