Kementerian Kesehatan temukan jejak senyawa yang diduga picu ginjal akut pada obat

id Ginjal akut, gagal ginjal, ginjal misterius, Kemenkes

Kementerian Kesehatan temukan jejak senyawa yang diduga picu ginjal akut pada obat

Tangkapan layar - Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI Siti Nadia Tarmizi dalam agenda konferensi pers terkait gagal ginjal akut secara daring yang diikuti dari YouTube Kemenkes RI di Jakarta, Selasa (19/10/2022). (ANTARA/Andi Firdaus)

Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kesehatan menemukan jejak senyawa yang berpotensi mengakibatkan penyakit gagal ginjal akut pada sisa sampel obat yang dikonsumsi pasien di Tanah Air.

"Temuan itu dari pemeriksaan di Indonesia, tetapi belum dapat disimpulkan senyawanya. Karena temuan awal inilah, makanya pemerintah berupaya melakukan langkah antisipasi," kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI Siti Nadia Tarmizi yang dikonfirmasi di Jakarta, Rabu.

Sementara itu, Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Mohammad Syahril mengatakan upaya mencegah laju kasus gagal ginjal akut dilakukan pemerintah dengan menghentikan sementara penjualan obat sirup hingga menerbitkan panduan tata laksana penanganan pasien di fasilitas pelayanan kesehatan.

"Untuk meningkatkan kewaspadaan dan dalam rangka pencegahan, Kemenkes sudah meminta tenaga kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan, sementara ini tidak meresepkan obat-obatan dalam bentuk sediaan cair/sirup, sampai hasil penelusuran dan penelitian tuntas," katanya.

Ia mengatakan Kemenkes juga meminta seluruh apotek untuk sementara tidak menjual obat bebas dalam bentuk sirup kepada masyarakat sampai hasil penelusuran dan penelitian tuntas dilaksanakan.

“Kemenkes mengimbau masyarakat untuk pengobatan anak, sementara waktu tidak mengkonsumsi obat dalam bentuk sirup tanpa berkonsultasi dengan tenaga kesehatan,” katanya.

Sebagai alternatif, kata Syahril, masyarakat dapat menggunakan bentuk sediaan lain seperti tablet, kapsul, suppositoria (anal), atau lainnya.

Menurut Syahril perlu kewaspadaan orang tua yang memiliki anak balita dengan gejala penurunan volume urine, sebab menjadi gejala yang spesifik terhadap gagal ginjal akut.

Gejala lainnya yang mengiringi adalah demam, diare, batuk, pilek, mual dan muntah. "Segera dirujuk ke fasilitas kesehatan terdekat jika ada gejala itu," katanya.

Sebagai langkah awal untuk menurunkan angka kematian akibat gagal ginjal akut, Kemenkes melalui Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo telah membeli antidotum yang didatangkan langsung dari luar negeri sebagai alternatif dari obat sirup.

Sejak akhir Agustus 2022, Kementerian Kesehatan dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) telah menerima laporan peningkatan kasus Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal/Acute Kidney Injury (AKI), utamanya dialami anak di bawah usia 5 tahun.

"Peningkatan kasus ini berbeda dengan yang sebelumnya, dan saat ini penyebabnya masih dalam penelusuran dan penelitian," katanya.

Jumlah kasus yang dilaporkan hingga 18 Oktober 2022 sebanyak 206 dari 20 provinsi dengan angka kematian sebanyak 99 anak, di mana angka kematian pasien yang dirawat di RSCM mencapai 65 persen.

Kemenkes bersama BPOM, Ahli Epidemiologi, IDAI, Farmakolog dan Puslabfor Polri melakukan pemeriksaan laboratorium untuk memastikan penyebab pasti dan faktor risiko yang menyebabkan gangguan ginjal akut.

"Dari hasil pemeriksaan, tidak ada bukti hubungan kejadian gagal ginjal akut dengan Vaksin COVID-19 maupun infeksi COVID-19. Karena umumnya menyerang anak usia kurang dari 6 tahun, sementara program vaksinasi belum menyasar anak usia 1 hingga 5 tahun,” katanya.
 
 
                         Kepri
Sementara itu, Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) menemukan tiga orang anak-anak di wilayah provinsi tersebut mengalami gagal ginjal akut misterius.

"Iya benar, ada tiga anak yang berumur di bawah 16 tahun. Sekarang lagi dalam proses pengobatan," ujar Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Kepulauan Riau Mohammad Bisri saat dikonfirmasi Rabu melalui sambungan telepon, Rabu (19/10).

Tiga orang anak yang mengalami gagal ginjal akut di wilayah Kepri itu berasal dari Kota Batam sebanyak dua orang dan satu orang dari Kabupaten Karimun.

Bisri menjelaskan, kasus gagal ginjal akut yang ditemukan pada tiga orang anak tersebut belum dapat diketahui apa penyebabnya.

Kementerian Kesehatan juga sedang menelaah terkait kasus gagal ginjal tersebut. Pihak Kemenkes juga belum memiliki kesimpulan mengenai kasus gagal ginjal akut yang dialami anak-anak itu.

"Semoga tim yang bertugas menelaah ini sudah punya kesimpulan yang menyeluruh akhir bulan ini. Jadi tidak simpang siur lagi," kata Bisri.


 Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) menemukan tiga orang anak-anak di wilayah provinsi tersebut mengalami gagal ginjal akut misterius.

"Iya benar, ada tiga anak yang berumur di bawah 16 tahun. Sekarang lagi dalam proses pengobatan," ujar Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Kepulauan Riau Mohammad Bisri saat dikonfirmasi Rabu melalui sambungan telepon, Rabu (19/10).

Tiga orang anak yang mengalami gagal ginjal akut di wilayah Kepri itu berasal dari Kota Batam sebanyak dua orang dan satu orang dari Kabupaten Karimun.

Bisri menjelaskan, kasus gagal ginjal akut yang ditemukan pada tiga orang anak tersebut belum dapat diketahui apa penyebabnya.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia (RI) juga sedang menelaah terkait kasus gagal ginjal tersebut. Pihak Kemenkes juga belum memiliki kesimpulan mengenai kasus gagal ginjal akut yang dialami anak-anak itu.

"Semoga tim yang bertugas menelaah ini sudah punya kesimpulan yang menyeluruh akhir bulan ini. Jadi tidak simpang siur lagi," kata Bisri.

Bisri juga mengatakan bahwa Kemenkes RI juga telah menginstruksikan seluruh apotek untuk sementara tidak menjual obat bebas terbatas dalam bentuk sirup kepada masyarakat sampai dilakukan pengumuman resmi dari Pemerintah Pusat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Namun Bisri mengakui pihaknya telah melakukan hal itu untuk tidak menggunakan obat berbentuk sirup atau cair. Selain itu, Dinkes Kepri telah membentuk tim secara umum untuk pengawasan terhadap obat-obat tersebut.

"Kita tidak bisa ambil kesimpulan sepotong-sepotong. Ini tak boleh, tarik, ini tarik. Tidak boleh begitu. Kita akan bekerjasama dengan BPOM (Balai Pengawasan Obat dan Makanan) untuk pengawasan ini nantinya. Tapi kalau penarikan secara masif itu beda cerita," tegas Bisri.




Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kemenkes temukan senyawa diduga picu ginjal akut pada obat pasien

Komentar

Komentar menjadi tanggung jawab anda sesuai UU ITE