Istanbul (ANTARA) - Serangan Israel di Gaza sudah melampaui batas-batas hak membela diri dan telah berubah menjadi tindakan penindasan, kekerasan, pembantaian, dan kekejaman, demikian dikatakan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Kamis.
“Tidak ada seorang pun yang mengharapkan kita untuk tetap diam ketika kekejaman terjadi di depan mata kita,” kata Erdogan dalam pertemuan Dewan Keluarga Turki di ibu kota Ankara.
Erdogan juga mengkritik Uni Eropa (EU) karena gagal mendorong gencatan senjata di Gaza.
"Berapa banyak lagi anak-anak yang harus mati agar Komisi EU menyerukan gencatan senjata?” ujar dia.
“Berapa banyak lagi bom yang harus jatuh di Gaza agar Dewan Keamanan PBB dapat mengambil tindakan?” tambahnya, melanjutkan kritiknya terhadap ketidakefektifan badan tersebut.
Juru bicara utama Komisi Eropa untuk urusan luar negeri, Peter Stano, pada Rabu mengatakan bahwa EU belum menyerukan gencatan senjata karena “serangan-serangan” yang masih terus berlangsung dari kelompok Palestina Hamas.
Stano menegaskan kembali posisi EU dan dukungannya terhadap Israel.
“Mereka yang dengan mudah memberikan penghakiman terhadap hak asasi manusia dan kebebasan ketika ada kesempatan telah mengabaikan hak hidup kaum tertindas di Gaza selama 19 tahun,” ucap Erdogan.
Dia mengatakan bahwa sejak konflik Israel-Hamas dimulai hampir tiga pekan lalu, disertai dengan penghentian layanan-layanan penting di Jalur Gaza, Turki telah mengirimkan lebih dari 200 ton bantuan ke Gaza melalui Mesir.
Dalam beberapa hari terakhir, Israel telah mulai mengizinkan bantuan masuk ke Jalur Gaza, tetapi bantuan tersebut tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan 2,3 juta penduduk di wilayah kantong tersebut.
Sementara itu, dalam pemberitaan sebelumnya disebutkan, pengeboman di Gaza yang sudah berlangsung selama hampir tiga pekan telah menyebabkan penderitaan yang mengerikan bagi anak-anak, terutama untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti makanan dan air.
Ketika berbicara kepada Anadolu, Abdul Latif Baker, 10 tahun, mengungkapkan perjuangannya sehari-hari untuk bertahan hidup.
Ia mengatakan dia harus berusaha keras untuk bisa makan, dan terpaksa memanggang rotinya sendiri di atas api di luar karena pendudukan Israel telah menghancurkan toko-toko roti dan rumah-rumah mereka.
“Kami hampir tidak bisa mendapatkan air, dan air ini biasanya tidak bisa diminum," katanya, menambahkan.
“Kami keluar mencari karton dan kayu bakar untuk menyalakan api dan membuat roti,” kata Majd Al-Hessi, yang berusia 12 tahun.
Majd berharap agar perang segera berakhir.
“Saya tidak ingin kehilangan keluarga atau teman-teman saya.”
Sumber: Anadolu
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Erdogan sebut serangan Israel di Gaza telah berubah jadi pembataian
Komentar