JAKARTA (ANTARA) - Dinas Kesehatan DKI Jakarta menyebutkan, mayoritas kasus aktif cacar monyet atau mpox di daerah setempat sudah positif terjangkit Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan infeksi penyakit seksual.
"Ada 24 kasus aktif hingga saat ini mayoritas dengan HIV positif, ada tiga yang tidak memiliki komorbid sama sekali, ada yang HIV negatif, namun dengan sifilis," kata Kepala Seksi Surveilans, Epidemiologi, dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta Ngabila Salama, dalam webinar soal cacar monyet di Jakarta, Kamis.
Dia mengatakan bahwa pasien di Jakarta yang mengetahui terjangkit HIV karena terdiagnosis mpox.
Satu yang penting setelah terdiagnosis, kata dia, proses tracing atau penelusuran sebanyak-banyaknya, khususnya pada kontak seksual pasien selama 21 hari ke belakang sebelum terdiagnosis, menjadi salah satu kunci tidak meluasnya penyebaran cacar monyet.
"Karena pada saat terkena mpox positif secara pararel, Dinkes DKI melakukan pemeriksaan HIV dan infeksi menular seksual lain," kata dia
Di DKI total terdeteksi 25 kasus cacar monyet hingga saat ini. Dan semuanya berjenis kelamin laki-laki yang didominasi bergejala ringan.
"Kasus total 25 orang, semua bergejala ringan, semua tertular dari kontak seksual, semua laki-laki berusia 25-50 tahun, hanya dua kasus 45-70 tahun," ujarnya.
Dari 25 kasus tersebut, satu orang sudah dinyatakan sembuh, sedangkan 24 kasus lainnya merupakan kasus positif aktif yang saat ini masih menjalani perawatan intensif dan isolasi di rumah sakit.
Gejala cacar monyet biasanya diawali nyeri kepala kemudian diikuti demam lebih dari 38 derajat celsius dan nyeri tenggorokan dan pembesaran kelenjar getah bening, diikuti munculnya ruam setelah satu atau tiga hari.
Penampakan ruam berupa ruam merah yang jumlahnya sedikit, tersebar secara regional, misalnya di area lengan, kemudian ada di area genital, tungkai dan lainnya.
Sementara itu, Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) meminta masyarakat untuk mengenali dengan baik gejala sistemik cacar monyet (Monkeypox) ketika menginfeksi tubuh.
“Gejala Monkeypox atau Mpox ini mirip dengan gejala cacar air atau yang sering disebut juga dengan varicella,” kata Ketua Satuan Tugas Mpox PB IDI Hanny Nilasari di Jakarta, Kamis.
Meski memiliki gejala yang mirip dengan cacar air, katanya, gejala pada kedua penyakit ini memiliki perbedaan menonjol.
Ia mengatakan orang terinfeksi cacar monyet mengalami gejala pembengkakan kelenjar getah bening atau lymphadenopathy, sedangkan penderita cacar air tidak ada gejala itu.
Ia mengatakan gejala sistemik cacar monyet didahului dengan nyeri kepala, kemudian demam akut lebih dari 38 derajat Celsius, nyeri tenggorokan yang diikuti dengan pembesaran atau pembengkakan kelenjar getah bening.
Selain itu, sedikit ruam kemerahan atau makula di kulit, yang biasanya satu atau dua titik dan tersebar secara regional.
“Penyebaran regional ini maksudnya misal ada ruam di area lengan kemudian area genital, ada di area tungkai dan lainnya, jadi tersebar-sebar,” kata dia.
Perkembangan ruam tersebut, katanya, juga diikuti oleh kelainan kulit lainnya, seperti bintil, lenting, serta keropeng.
“Jika mendapati gejala atau tanda-tanda tersebut segera melapor ke fasilitas pelayanan kesehatan agar mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat,” ujarnya.
Ia mengatakan penemuan kasus terkonfirmasi Mpox saat ini bersifat lebih ringan, ruam maupun lesi yang terdapat pada tubuh penderita lebih sedikit, yakni kurang dari 20 lesi.
“Sementara pada kasus sebelum-sebelumnya atau sebelum Tahun 2022 itu jumlah ruam atau lesi lebih dari 100 lesi,” ucap Hanny.
Data Kementerian Kesehatan menunjukkan per 31 Oktober 2023, kasus konfirmasi cacar monyet di Indonesia 30 kasus, terdiri atas 24 kasus di DKI Jakarta, lima kasus di Jawa Barat, dan satu kasus di Banten.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Dinkes DKI: Mayoritas kasus mpox sudah terjangkit HIV
Komentar