Kantor Bahasa Kepri ajak para orang tua tanamkan budaya membaca pada anak

id Budaya membaca dimulai dari keluarga,kepri,bengkel membaca dan menulis cerpen,tanjungpinang,Perpusnas,Perpustakaan Nasional,Kepulauan Riau,Kantor Baha

Kantor Bahasa Kepri ajak para orang tua tanamkan budaya membaca pada anak

Kantor Bahasa Kepri gelar bengkel membaca dan menulis cerpen bagi pelajar di Kota Tanjungpinang tahun 2024. (Ogen)

Tanjungpinang (ANTARA) - Kantor Bahasa Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) mengajak para orang tua menanamkan budaya membaca kepada anak sejak ini sehingga kelak diharapkan tumbuh menjadi generasi literat atau memiliki kemampuan membaca hingga menulis. 

"Kultur budaya membaca harus dibangun mulai dari keluarga," kata Kepala Kantor Bahasa Kepri Rahmat di Tanjungpinang, Kamis.

Ia menyebut dari data Perpustakaan Nasional (Perpusnas), indeks kegemaran membaca di wilayah Kepri pada 2019 hingga 2022, berada di posisi 24 dari 34 provinsi se-Indonesia atau sepuluh besar di bawah.

Hal ini menandakan bahwa budaya membaca masyarakat di daerah itu dinilai masih bermasalah. Salah satu Indikatornya ialah minimnya budaya membaca di kalangan masyarakat, terutama keluarga. 

Menurutnya orang tua belum mampu menciptakan iklim kebiasaan membaca bagi si anak, sehingga bagaimana mungkin mereka bisa menghasilkan orang-orang yang literat atau memiliki jiwa literasi.

"Anak-anak perlu dilatih sejak dini, misalnya orang tua aktif membacakan buku bacaan anak sebelum tidur," ujar Rahmat.

Baca juga: KPU Batam ingatkan PPK hal krusial pemutakhiran data pemilih

Selain keluarga, kata dia, ekosistem peningkatan budaya membaca juga perlu didorong oleh satuan pendidikan melalui program-program peningkatan literasi di sekolah yang meliputi keterampilan membaca maupun menulis.

Selain itu, dukungan pemerintah daerah lewat anggaran pun musti benar-benar berpihak pada program peningkatan budaya membaca masyarakat yang berkelanjutan.

Ia mencontohkan di wilayah perdesaan, keberpihakan anggaran terlalu berfokus pada pembangunan infrastruktur atau kegiatan fisik, sementara yang berkaitan dengan akses bacaan seperti perpustakaan hingga bahan bacaan masih kurang.

"Makanya, tahun ini Perpusnas RI bakal mencetak 10 ribu perpustakaan desa untuk mendorong budaya minat baca masyarakat," kata dia.

Ia melanjutkan Kantor Bahasa Kepri juga terus melakukan upaya dalam meningkatkan kegemaran membaca di tengah-tengah masyarakat terutama keluarga.

Hal itu dibuktikan dalam beberapa tahun terakhir mereka mengadakan lomba menulis buku cerita anak, tujuannya supaya anak-anak sedini mungkin diberikan produk-produk buku bacaan yang bagus.

"Rendahnya minat literasi khususnya di kalangan anak-anak, juga dipicu tidak tersedianya buku bacaan yang bagus dan menarik sesuai jenjang mereka," ungkap Rahmat.

Baca juga: OJK Kepri tingkatan indeks literasi keuangan bagi pelaku UMKM

Di samping itu, lanjut dia, perpustakaan di daerah jangan cuma fokus memperbanyak buku bacaan, namun tidak menarik untuk dikunjungi.

Apalagi buku bacaan yang tersedia tidak sesuai jenjang pembaca. Misalnya untuk jenjang anak-anak terlalu tebal dan kurang menarik dibaca.

Buku bacaan jenjang untuk pembaca dini, harus diperbanyak dengan ilustrasi dan setiap halaman hanya terdapat dua atau tiga kalimat saja.

"Buku sesuai jenjang tidak tersedia memadai, maka itu tahun ini kami memproduksi 33 buku dengan sajian ilustrasi menarik agar anak-anak semangat membaca," ucap Rahmat.

Rahmat melanjutkan bahwa bangsa yang maju dimulai dari membaca. Dia mencontohkan masyarakat internasional di Jepang pada umumnya selalu membawa buku saat bepergian.

Manfaat membaca banyak sekali, karena saat membaca otak dituntut untuk berpikir, menganalisis berbagai masalah, mencari jalan keluar dan solusi hingga menemukan hal-hal baru.

"Membaca buku bukan menghabiskan waktu, namun mengisi waktu luang. Ini yang perlu dibangun di Kepri, sehingga budaya membaca masyarakat meningkat," demikian Rahmat.

Baca juga: Imigrasi temukan orang asing dan TKA di Lingga Kepri
 

Komentar

Komentar menjadi tanggung jawab anda sesuai UU ITE