Gema hari kemerdekaan di Pulau Penawar Rindu

id hari kemerdekan RI, upacara bendera, HUT ke-79 RI, kecamatan belakangpadang, pulang terluar, kepulauan riau, kota batam Oleh Laily Rahmawaty

Gema hari kemerdekaan di Pulau Penawar Rindu

Masyarakat Kecamatan Belakangpadang melaksanakan Upacara Bendera Pengibaran Bendera Merah Putih HUT Ke-79 RI di Lapangan Belakangpadang, Kota Batam, Kepulauan Riau, Sabtu (17/8/2024). (ANTARA/Laily Rahmawaty)

Batam (ANTARA) - Hari menunjukkan pukul 07.09 WIB ketika protokoler mempersilahkan seluruh tamu undangan peserta Upacara Peringatan HUT Ke-79 RI untuk berdiri menyaksikan pengibaran Sang Merah Putih oleh anggota Paskibraka Pulau Belakangpadang, Kota Batam, Kepulauan Riau.

Seketika suasana di lapangan upacara hening, dan merinding kala derap sepatu 12 anggota Paskibraka menghentak ke bumi saat berjalan menuju tiang bendera.

Derap sepatu anak-anak pulau yang terdiri atas 4 siswa perempuan dan 8 siswa laki-laki itu bergema ‘tak-tak tak’ selama beberapa saat sebelum Sang Merah Putih berkibar dengan sempurna.

Penampilan sempurna itu tercapai berkat latihan rutin dan kerja keras, sekeras hentakan kaki yang menghentak jiwa di hari kemerdekaan.

Momentum sakral itu berjalan tanpa cela, purna sudah tugas Paskibraka, ketika Merah Putih sampai ke tiang tertinggi tepat pada bait terakhir Lagu Indonesia Raya dinyanyikan.

Pembacaan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, hingga mengheningkan cipta, ditutup dengan doa menjadi rangkaian terakhir dari Upacara Peringatan HUT Ke-79 RI yang dipimpin Camat Pulau Belakangpadang Abdul Hanafi sebagai inspektur.

Kekompakan terlihat saat upacara bendera dihadiri seluruh unsur musyawarah pimpinan kecamatan (Muspika) Belakangpadang, ada Kapolsek Belakangpadang Iptu Ade Putra, PJS Danposal Pulau Sambu Letda Laut (S) Babullah Darusalam, Kepala Kantor Imigrasi Kelas II Belakangpadang Moch Andri Budiman, dan lainnya.

Upacara Hari Kemerdekaan Ke-79 RI di Belakangpadang yang dijuluki Pulau Penawar Rindu tersebut diikuti oleh siswa sekolah, PGRI, PNS, PKK, anggota Polri, pegawai Kantor Imigrasi yang tampil berpakaian adat nusantara dan masyarakat umum.

Meski berada di pulau terdepan Indonesia yang berbatasan langsung dengan Singapura, peringatan HUT Ke-79 RI di Belakangpandang berlangsung khidmat dan rasa nasionalisme.


Momentum pelestarian budaya
 

Masyarakat menonton perlombahan perahu di Pelabuhan Pancung Belakangpadang, dalam rangka peringatan HUT Ke-79 RI di Pulau Belakangpadang, Kota Batam, Kepulauan Riau, Sabtu (17/8/2024). (ANTARA/Laily Rahmawaty)

 

Selain upacara bendera, peringatan HUT Ke-79 RI di Pulau Belakangpadang disemarakkan dengan pesta rakyat yang ditaja oleh pemerintah kecamatan.

Pesta rakyat itu digelar berbagai kegiatan, mulai dari lomba-lomba hingga pelestarian budaya, seperti lomba Sampan Layar, Ketinting, kiau dan kolek. Adu kecepatan perahu menjadi budaya masyarakat pesisir melayu.

Karena tingginya kegemaran masyarakat menyaksikan, lomba perahu tersebut digelar dua hari tanggal 16 dan 17 Agustus. Alhasil, masyarakat tumpah ruah di Pelabuhan Pancung Belakangpadang hingga Pelabuhan Bea Cukai untuk menonton para pengemudi kapal bermesin kecil itu beraksi dengan kecepatan tinggi.

Lomba Sampan Layar merupakan tradisi masyarakat pesisir melayu yang dilestarikan oleh Pulau Belakangpadang, dihelat setiap 17 Agustus.

Ketua Panitia Lomba HUT Ke-79 RI Belakangpadang Sukirno menyebut pertama kali lomba Sampan Layar diadakan tahun 1960 an, hingga kini masih terus dilestarikan.

Dahulu, lomba Sampan Layar tidak hanya diikuti penduduk lokal Belakangpadang, tapi juga masyarakat Melayu yang tinggal di Singapura dan Malaysia.

Namun kini, tradisi Sampan Layar ini sudah berangsur hilang dari Singapura dan Malaysia. Pulau Belakangpadang sebagai wilayah NKRI yang berbatasan langsung dengan Negeri Singa Putih berupaya mempertahankannya agar tak lekang di bumi Madani.

Lomba perahu tahun ini pun tinggi peminat, meski tak lagi diikuti oleh warga Malaysia dan Singapura karena faktor usia. Sampan layar diikuti 38 peserta.

Sedangkan lomba perahu lainnya, yakni speed boat kategori bebas dan standar diikuti 28 pserta, lomba perahu Ketinting kategori mesin dalam dan mesin luar ada 27 peserta, dan dayung sampan khusus wanita diikuti 21 peserta.

“Tradisi ini masih terjaga karena sudah jadi hobi masyarakat sekitar. Di Belakangpadang ini ada komunitasnya, jadi setiap tahun banyak peminatnya,” kata Pakde Kirno, sapaan akrab Sukorno.

 

Nasionalisme dibalik lomba
 

Pakde Kirno menyebut, masyarakat peserta lomba ikut secara sukarela meski harus merogoh kocek lebih dalam untuk bahan bakar kapal selama perlombaan. Minimal Rp200 ribu habis untuk biaya bahan bakar sekali jalan.

Bukan iming-iming hadiah juara lomba yang diharapkan, tapi ada rasa kebanggaan setelah berhasil mengikuti perlombaan menjadi marwah bagi para peserta.

Dengan bangganya Marsitah (50) memegang tropi juara 1 lomba sampan dayung wanita di tengah kerumunan warga yang memadati Pelabuhan Pancung Belakangpadang.

Ini bukan kali pertama dia mengikuti lomba sampang dayung bersama dua rekannya. Sebelumnya pernah meraih juara II dalam lomba yang digelar di Tanjung Riau. Total sudah 3 kali ibu rumah tangga itu mengikuti lomba.

Pada perlombaan hari ini, Marsitah mengaku tidak sempat latihan, tapi karena mendayung sampan sudah menjadi hobi, akhirnya bisa tampil percaya diri mengukir prestasi.

Hadiah lomba pun tak seberapa, untuk lomba sampan berlayar yang satu kapal diikuti 7 sampai 9 orang, juara 1 mendapat uang sebesar Rp6 juta, juara 2 Rp5 juta dan juara 3 Rp4 juta. Tentunya hadiah ini pun dibagi rata kepada peserta.

Meski biaya yang dikeluarkan untuk mengikuti lomba tidak lebih sebanding dari hadiah lomba, tapi masyarakat tetap semangat 45 mendaftarkan diri untuk berkompetisi. Selain karena hobi, juga rasa nasionalis tinggi di hari Kemerdekaan RI.

“Saya mau jadi atlet dayung,” kata Marsitah.

Rasa nasionalisme itu juga dikumandangkan tidak hanya lewat perlombaan, tapi pengibaran Bendera Merah Putih di Pulau Pelampung, yang merupakan salah satu dari tiga pulau terluar yang berada di Kecamatan Belakangpadang pada Jumat (16/8).

 

Momentum tingkatkan ekonomi
 

 

Pelaksanaan pesta rakyat dalam rangka HUT Ke-79 RI mendatang dukungan penuh Camat Belakangpadang yang merupakan putra daerah, sehingga masyarakat pun turut berpartisipasi dalam setiap lomba yang dihelat.

Camat Belakangpadang Abdul Hanafi menyebut, total ada 30 kegiatan lomba yang dilaksanakan untuk memeriahkan HUT Ke-79 RI. Walaupun berada di pulau terdepan NKRI, semarak merayakan hari kemerdekaan tetap bergema di hati masyarakat.

Sehingga banyak masyarakat yang mengisi hari libur akhir pekan bertepatan dengan Hari Kemerdekaan mengunjungi Pulau Belakangpadang. Cukup merogoh kocek Rp40 ribu pulang pergi naik kapal pancung dari Pelabuhan Sekupang Batam menuju Pelabuhan Pancung Belakangpadang.

Tentu jumlah ini belum termasuk jika mau ke destinasi wisata lain, seperti pantai putih, butuh Rp50 ribu untuk membayar sewa becak kayuh yang jadi transportasi umum utama di pulau berjuluk Penawar Rindu itu.

Belum lagi kalau ingin mencicipi aneka kuliner khas melayu yang otentik di Belakangpadang, seperti teh tarik Rp 15 ribu segelas, roti prata Rp7 ribu satu porsi, atau mie lendir Rp15 ribu per porsinya.

Rika (40), warga Kota Batam yang sengaja datang ke Belakangpadang untuk menyaksikan acara Agustusan, setelah tertarik melihat unggahan rekannya di media sosial.

Ibu satu anak itu mengajak serta suami, anak dan teman-teman kompleknya untuk mengisi liburan akhir pekan bertepatan dengan Hari Kemerdekaan di Belakangpadang.

Saking padatnya pengunjung yang datang. Untuk bisa menaiki kapal pancung menyeberang dari Batam ke Belakangpadang atau sebaliknya, masyarakat harus mengantre beberapa saat. Karena sesuai aturan, kapal ini hanya boleh berangkat membawa 12 penumpang maksimal.

Hanafi pun optimistis pelestarian lomba Sampan Layar di Hari Kemerdekaan menjadi kalender tahunan untuk meningkatkan kunjungan wisatawan lokal ataupun mancanegara ke Belakangpadang.

Perhelatan lomba-lomba 17 Agustusan ini dijadikan momentum untuk meningkatkan ekonomi masyarakat lewat kunjungan wisatawan domestik dan asing ke Belakangpadang.

Seperti julukan Pulau Penawar Rindu, Belakangpadang menjadi tujuan masyarakat Melayu yang sudah merantau ke negeri orang untuk datang kembali menikmati kenangan perkampungan pesisir sambil menyerumput segelas teh tarik dingin ataupun panas.

Motivasi kami melaksanakan pesta rakyat ini mau meningkatkan ekonomi masyarakat Bealkangpadang pada khususnya dan wilayah sekitar pada umumnya, demikian Hanafi.



Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Gema hari kemerdekaan di Pulau Pelepas Rindu

Komentar

Komentar menjadi tanggung jawab anda sesuai UU ITE