Batam (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau (Pemprov Kepri) mulai membatasi ekspor atau menjual kelapa ke luar negeri untuk mencegah terjadinya kelangkaan santan seperti yang terjadi belum lama ini.
“Untuk mengatasi kelangkaan kelapa, kami membatasi, jangan sampai kelapa dari Kepri ini dijual ke luar, harus dipenuhi kebutuhan dalam negeri dulu,” kata Wakil Gubernur Kepri Nyanyang Haris di Batam, Rabu.
Baca juga: Pemkot Batam jalin kerja sama antar daerah guna penuhi bahan baku santan
Dia mengatakan produksi kelapa di Kepri harus untuk memenuhi kebutuhan santan kelapa di masyarakat, apabila sudah mencukupi baru dikirim ke luar negeri.
Menurut dia, kebutuhan kelapa cukup tinggi di Kepri dan dapat dipastikan masyarakat luar negeri tetap akan membeli dengan harga berapapun.
“Kalau dulu harga Rp2000-Rp3000, sekarang harganya Rp7.000 an, mereka masih mau terima,” kata dia.
Selain itu, lanjut dia, Pemprov Kepri juga berkoordinasi dengan Bea Cukai jangan sampai kelapa di Kepri sampai dijual keluar wilayah Kepri.
“Karena ketahanan pangan di Kepri harus berdaulat atau berdiri sendiri,” kata Nyanyang.
Kelangkaan santan kelapa terjadi di wilayah Kepri, khususnya Kota Batam sejak awal Maret 2025. Selain ketersediaan, harga jualnya juga melambung tinggi terlebih saat Ramadhan.
Harga kelapa di Kepri sebelumnya Rp23 ribu per kilogram, kini menjadi Rp46 ribu per kilogram.
Baca juga: Kejati Kepri siapkan 1.500 paket sembako di Pasar Murah Ramadhan di Tanjungpinang
Komentar